IMPLEMENTASI METODE KOOPERATIF TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI SISWA KELAS X-5 SMA NEGERI 7 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016.

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

D. Odhi Rochman Triwicaksono 12406244009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

v

do’a dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat selesai. Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya persembahkan rasa syukur dan terimakasih saya kepada:

1. Allah SWT, atas segala rakhmat dan hidayahNya yang telah memberikan kekuatan, kesehatan, dan kesabaran untuk saya dalam mengerjakan skripsi ini sehingga dapat dibuat dan selesai pada waktunya.

2. Bapak dan Ibu saya, yang telah memberikan kasih sayangnya dan dukungan baik moril maupun materi serta doa’a yang tiada henti untuk kesuksesan saya. Tentunya ucapan terimakasih saja tidaklah pernah cukup untuk membalas semua kebaikan orang tua, karena itu terimalah persembahan bakti, cinta dan sayang ku kepada kalian bapak ibu ku.

3. Kakak-kakak ku dan Salma yang telah sabar menghadapi sifatku dan mengingatkan ku untuk selalu serius dalam menimba ilmu.

4. Bapak dan Ibu Dosen pembimbing, penguji, dan pengajar, yang selama ini telah tulus ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya, memberikan bimbingan dan ilmu yang tak ternilai harganya.

5. Keluarga Besar HNR 2012 dan Mb. Arawinda, terimakasih atas kekeluargaan yang kuperoleh dari kalian. Terimakasih untuk canda tawa, tangis, dan perjuangan yang kita lewati bersama dan terimakasih atas kenangan manis yang telah kita ukir bersama.


(6)

vi

6. Keluarga besar HMPS, LITBANG 2014, BEM FIS 2015, dan SOSPOL 2015 terimakasih telah menjadi salah satu keluargaku dan telah menambah pengalamanku selama di Yogyakarta.

7. Teman-teman KOS Surya 3C, yang penuh canda tawa dan kebersamaan. Motto kalian “Jangan cepet-cepet wisuda kalo belum bisa renang, memanah, dan berkuda”. Tetap saling terhubung ya teman-teman walaupun nantinya saling berpisah untuk menggapai cita-cita masing-masing.

Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua tanpa kalian saya bukanlah siapa-siapa, akhir kata saya persembahkan karya ini untuk kalian semua, orang-orang yang saya sayangi dan cintai. Semoga karya ini dapat bermanfaat dan berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan kedepannya. Amin.


(7)

vii

terulang kembali. (Penulis)


(8)

viii

IMPLEMENTASI METODE KOOPERATIF TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI SISWA KELAS X-5 SMA NEGERI 7 YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2015/2016 Oleh:

D. Odhi Rochman Triwicaksono 12406244009

ABSTRAK

Siswa SMA Negeri 7 Yogyakarta di kelas X-5 mempunyai keaktifan dan prestasi pembelajaran sejarah yang rendah. Penyebabnya adalah siswa tidak memiliki buku paket sejarah dan tidak memperhatikan jalannya pembelajaran. Metode pembelajaran guru sejarah masih dominan menggunakan metode ceramah.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model yang digunakan adalah model Kemmis, S. & Taggart, R. Penelitian dilakukan selama dua siklus yang terdiri dari dua kali pertemuan. Tahapan setiap siklus adalah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan pre test, post test, angket, observasi, dan wawancara. Keabsahan data menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Analisis data menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

Penggunaan metode Rotating Trio Exchange di kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta menunjukan peningkatan keaktifan dan prestasi siswa. Keaktifan siswa pada siklus I yaitu 79,13,% dan pada siklus II meningkat menjadi 81,33%. Keaktifan siswa ditunjukan dalam berdiskusi dan bertukar pendapat selama presentasi. Hasil prestasi siswa dengan indikator rata-rata nilai ulangan pada siklus I yaitu 77,58 dan pada siklus II mencapai 84,67, daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah di siklus I yaitu 89,65% termasuk kategori sangat tinggi dan siklus II meningkat menjadi 100% termasuk kategori sangat tinggi. Nilai siswa sesuai kriteria ketuntasan minimal pada siklus I yaitu 72,41% meningkat menjadi 90% di Siklus II. Peningkatan prestasi pada siklus kedua, siswa mampu menjawab soal selama diskusi, serta berani memberikan tanggapan terhadap pertanyaan maupun pendapat dari siswa lainnya. Hasil-hasil tersebut menunjukan bahwa metode Rotating Trio Exchange berhasil meningkatkan keaktifan dan prestasi siswa Kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta.


(9)

ix

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir. Sholawat serta salam selalu kami panjatkan kehadirat Rasulullah SAW, semoga kita semua kelak mendapatkan syafa’atnya. Penulis telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Metode Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016” guna memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi yang telah terselesaikan tidaklah lepas dari peran dan dorongan dari beberapa pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd, M.A, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Dr. Dyah Kumalasari, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah.

4. Orang tua saya, Bapak Darsono dan Ibu Sulastri yang selalu saya harapkan doa dan ridhonya.


(10)

5- Dr. AmarL htrPq Dosen pembimbing Tugas

Alirir skripi

yang senantiasa msmberihn masukaru

tritih

$amn dan pengaxahn selama penyusumn s*ripsi"

sudrajat

tdP4

Penasehm Aka&mrk dan nam$umber- serta selnruh Do$e,r

Pendidikan sejn.ah FIs I"fi,{Y, Smng telah memberi ilmu sslama perkuliahan

Nugfoho Teguh A" s.P4 gunr sejarah sMA Negeri ? yograkarta yang telah

memberikan bimbingan selama melaksanakan perrclitian, dan sisrnna-siswi kelas

x-5

sMA

ltegrri

? yog5rnkarb yang telah bekerja sarna &ngan baik

selama pelaksanaan penelitian

8-

Tsnan-ternan HNR 2012 dan program studi pendidikan $ejaraft serta teman-tipman organisasi yang iurut meiannrnai kehidupan

penulis-g-

Semua pihak yang tidak dapst penulis sehttran mtu psrsdrr

Penulis menyadari tlalam skripsi ini terdapat bebsrap kekurangan dan

:

kesalaharL oleh karena itu penulis mengluraplcan saran dan kritik dari pembacr

untuk dijadikan perhikan

di kemurlian

hari. Penutis berharap s*ripsi

ini

dapd

berrnanfaat bngi pembaca Cukup sekian diln tilima

h$itl

,t35;# r&l

I *

r:

F!*le

p}*ll3

Yogyakartq

3

Mei

2016

Yangmenyatakmr"

dh

D. Odhi Rochman Triwicaksono

124562448&6 6.


(11)

xi

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

MOTTO ... vii

ABSTRAK ...viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ...xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ...xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Masalah ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori ... 11


(12)

xii

1. Pembelajaran Sejarah ... 11

2. Keaktifan ... 16

a. Aktif Belajar ... 16

b. Jenis-jenis Aktivitas ... 18

3. Prestasi ... 22

a. Prestasi Belajar ... 22

b. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 23

4. Metode Rotating Trio Exchange ... 24

B. Penelitian yang Relevan ... 29

C. Kerangka Pikir ... 31

D. Hipotesis Tindakan ... 33

E. Pertanyaan penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian ... 34

B. Waktu Penelitian ... 34

C. Subjek Penelitian ... 34

D. Jenis Penelitian ... 35

E. Desain Penelitian ... 37

F. Sumber Data ... 40

G. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 41

H. Validitas Data ... 52

I. Teknik Analisis Data ... 52


(13)

xiii

2. Visi dan Misi ... 57

3. Struktur Organisasi SMA Negeri 7 Yogyakarta ... 58

4. Kondisi Sarana dan Prasarana... 59

B. Hasil Penelitian ... 67

1. Kegiatan Pra Tindakan ... 67

2. Penyusunan Rencana Tindakan ... 72

3. Pelaksanaan Tindakaan ... 73

C. Pembahasan ...119

D. Pokok Temuan Penelitian ...122

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...125

B. Saran ...127

DAFTAR PUSTAKA ...130


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. SK dan KD Mata Pelajaran Sejarah SMA Kelas X Semester II ... 15

Tabel 2. Indikator SK dan KD ... 16

Tabel 3. Kisi-Kisi Observasi pembelajaran dengan Metode Rotating Trio Exchange ... 45

Tabel 4. Kisi-Kisi Wawancara Guru ... 47

Tabel 5. Kisi-Kisi Wawancara Siswa... 48

Tabel 6. Kisi-Kisi Angket Keaktifan Siswa ... 49

Tabel 7. Kisi-Kisi Tes Metode Rotating Trio Exchange ... 50

Tabel 8. Kategori Pencapaian ... 55

Tabel 9. Daftar Nama Guru Mata Pelajaran... 62

Tabel 10. Prestasi Belajar Siklus I ... 86

Tabel 11. Rekapitulasi Ketuntasan Prestasi Belajar Pre Test Siklus I ... 87

Tabel 12. Rekapitulasi Ketuntasan Prestasi Belajar Post Test Siklus I... 88

Tabel 13. Daya Serap Pre Test Siklus I ... 88

Tabel 14. Daya Serap Post Test Siklus II ... 89

Tabel 15. Prestasi Belajar Siklus II ... 107

Tabel 16. Rekapitulasi Ketuntasan Prestasi Belajar Pre Test Siklus II... 108

Tabel 17. Rekapitulasi Ketuntasan Prestasi Belajar Post Test Siklus II ... 108

Tabel 18. Daya Serap Pre Test Siklus II ... 109

Tabel 19. Daya Serap Post Test Siklus II ... 109

Tabel 20. Perbandingan Keaktifan Siklus I dan Siklus II ... 113

Tabel 21. Perbandingan Nilai Rata-rata Prestasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II ... 115

Tabel 22. Perbandingan Daya Serap Siswa Kelas X-5 Siklus I dan Siklus II ... 115

Tabel 23. Perbandingan Peningkatan Nilai Ketuntasan Siswa Kela X-5 ...116


(15)

xv Gambar 2. Proses Penelitian Tindakan Menurut

Model Kemmis, S. & Taggart, R. ... 36 Gambar 3. Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaksi ... 54 Gambar 4. Grafik Perbandingan Keaktifasn Siswa Kelas X-5

Siklus I dan Siklus II ... 113 Gambar 5. Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Prestasi Belajar Siswa

Kelas X-5 Siklus I dan Siklus II ... 115 Gambar 6. Grafik Perbandingan Daya Serap Siswa Kelas X-5

Siklus I dan Siklus II ... 116 Gambar 7. Grafik Perbandingan Peningkatan Nilai Ketuntasan Siswa


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman Lampiran 1. Data Nilai UTS Semester I Siswa Kelas X-5

SMA Negeri 7 Yogyakarta ... 134

Lampiran 2. Data Rekap Nilai UTS Semester I Kelas X SMA Negeri 7 Yogyakarta ... 135

Lampiran 3. Observasi Kondisi Sekolah ... 136

Lampiran 4. Tabel Data Profesi Orang Tua Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta ... 139

Lampiran 5. Data Kehadiran Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta ... 140

Lampiran 6. Data Pembagian Kelompok Siswa Siklus I ... 141

Lampiran 7. Data Pembagian Kelompok Siswa Siklus II ... 142

Lampiran 8. Lembar Observasi Metode Rotating Trio Exchange ... 143

Lampiran 9. Hasil Observasi Metode Rotating Trio Exchange Siklus I ... 145

Lampiran 10. Hasil Observasi Metode Rotating Trio Exchange Siklus II ... 147

Lampiran 11. Lembar Angket Keaktifan Siswa Sebelum Tindakan ... 149

Lampiran 12. Tabel Hasil Angket Keaktifan Sebelum Tindakan Siklus I ... 151

Lampiran 13. Tabel Hasil Angket Keaktifan Sebelum Tindakan Siklus II ... 153

Lampiran 14. Lembar Angket Keaktifan Siswa Setelah Tindakan ... 155

Lampiran 15. Tabel Hasil Angket Keaktifan Siswa Setelah Tindakan Siklus I ... 157

Lampiran 16. Tabel Hasil Angket Keaktifan Siswa Setelah Tindakan Siklus I ... 159

Lampiran 17. Soal Pre Test Siklus I ... 161

Lampiran 18. Hasil Pre Test Siklus I ... 163

Lampiran 19. Daya Serap Nilai Pre Test Siklus I ... 164

Lampiran 20. Soal Post Test Siklus I ... 165

Lampiran 21. Hasil Nilai Post Test Siklus I... 168

Lampiran 22. Daya Serap Nilai Post Test Siklus I ... 169

Lampiran 23. Soal Pre Test Siklus II ... 170

Lampiran 24. Hasil Nilai Pre Test Siklus II... 173

Lampiran 25. Daya Serap Nilai Pre Test Siklus II ... 174

Lampiran 26. Soal Post Test Siklus II... 175

Lampiran 27. Hasil Nilai Post Test Siklus II ... 178

Lampiran 28. Daya Serap Nilai Post Test Siklus II ... 179

Lampiran 30. Lembar Wawancara Guru ... 182

Lampiran 31. Hasil Wawancara Guru Siklus I ... 184

Lampiran 32. Hasil Wawancara Guru Siklus II ... 186

Lampiran 33. Lembara Wawancara Siswa ... 188

Lampiran 34. Hasil Wawancara Siswa Siklus I ... 189

Lampiran 35. Hasil Wawancara Siswa Siklus I ... 190

Lampiran 36. Hasil Wawancara Siswa Siklus I ... 191


(17)

xvii

Lampiran 43. Surat Ijin Penelitian Pemerintah Kota DIY ... 226 Lampiran 44. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 227 Lampiran 45. Foto Penelitian ... 228


(18)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan bangsa-bangsa di dunia dewasa ini semakin maju, salah satunya dapat terlihat dari munculnya berbagai teknologi yang diciptakan oleh manusia. Manusia yang unggul tentunya didukung atas pendidikan yang baik. Pendidikan yang baik memegang peranan yang penting bagi kemajuan bangsa, pendidikan merupakan sarana bagi masyarakat dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Semakin baik pendidikan suatu bangsa, semakin baik pula kualitas bangsa tersebut. Menurut pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa...” (Dwi Siswoyo, 2008: 25).

Negara Indonesia dalam perkembangannya masih dihadapkan pada berbagai masalah pendidikan yang berat, terutama berkaitan dengan kualitas dan efisiensi pendidikan. Selain itu permasalahan pendidikan yang dialami oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Pemerintah telah melakukan berbagai usaha sadar untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu


(19)

manajemen sekolah tetapi usaha tersebut belum menunjukkan peningkatan yang berarti (Enco Mulyasa, 2003: 179).

Tingkat kompetensi guru menjadi salah satu penunjang berhasil atau tidaknya suatu proses pendidikan yang berkualitas tersebut. Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyebut guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Dwi Siswoyo, 2008: 128).

Guru atau dapat disebut juga dengan pendidik, merupakan sosok yang sangat penting bagi pengembangan segenap potensi peserta didik. Ia menjadi orang yang paling menentukan dalam perancangan dan penyiapan proses pendidikan dan pembelajaran di kelas, serta dalam pengaturan kelas dan pengendalian siswa. Pendidik merupakan sosok yang amat menentukan dalam proses keberlangsungan dan keberhasilan pendidikan dan pembelajaran (Dwi Siswoyo, 2008: 132). Dapat disimpulkan bahwa guru dalam kegiatan belajar mengajar memiliki peranan yang sangat penting untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Guru dalam proses pembelajaran mempunyai peran yang sangat penting. Peran guru, apalagi untuk siswa pada usia pendidikan dasar, tidak mungkin dapat digantikan oleh perangkat lain, seperti televisi, radio, komputer dan lain sebagainya. Siswa adalah organisme yang sedang berkembang yang memerlukan bimbingan dan bantuan orang dewasa.


(20)

3

Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning) (Wina Sanjaya, 2006: 52).

Pembelajaran yang baik seharusnya melibatkan peserta didik, tidak hanya guru saja yang berperan aktif didalam kegiatan belajar mengajar. Keterlibatan peserta didik ini tentunya didasari atas metode yang dipakai oleh guru. Metode ceramah atau metode konvesional yang biasanya guru-guru gunakan lebih memunculkan siswa yang pasif, dikarenakan selain guru sebagai pusat belajar, siswa seperti hanya dirancang untuk mendengarkan, menyimak, dan mencatat. Metode ceramah khususnya pada mata pelajaran sejarah akan membuat siswa bosan. Sehingga perlu adanya sebuah metode baru yang dipakai oleh guru dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi siswa dalam belajar khususnya mata pelajaran sejarah.

Sudah menjadi rahasia umum, banyak yang mengatakan bahwa mata pelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang membosankan. Padahal sebenarnya mata pelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang sangat penting. Mata pelajaran sejarah dapat memberikan pengetahuan kepada siswa akan kesadaran waktu dan ruang. Serta dapat menjadi acuan hidup dimasa yang akan datang. Sangat disayangkan apabila mata pelajaran sejarah semakin tertinggal dibandingan mata pelajaran yang lainnya.


(21)

Beberapa sekolah masih banyak ditemukan berupa fenomena tersebut. Seperti kegiatan pembelajaran sejarah di SMA Negeri 7 Yogyakarta, yang masih cenderung bertumpu pada dominasi guru, metode pembelajaran masih konvensional dengan cara ceramah, tanya jawab, meskipun ada diskusi kelompok tetapi tidak semua siswa dapat berperan aktif. Pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode ceramah membuat siswa menjadi cepat bosan. Tentu hal ini sangat disayangkan, apabila terus dibiarkan pembelajaran semacam itu dijalankan

Berdasarkan hasil diskusi dengan guru sejarah dan observasi serta pengalamaan peneliti saat pelaksanaan PPL di SMA Negeri 7 Yogyakarta. Ditemukan hasil bahwa pada saat proses pembelajaran sejarah di kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta terdapat beberapa sikap yang ditunjukan siswa dalam pembelajaran sejarah, diantaranya sedikit sekali siswa yang membawa buku paket sejarah, beberapa siswa tidak memperhatikan jalannya pembelajaran, terdapat siswa yang mengobrol sewaktu pembelajaran. Hal ini tentunya tidak menunjukan keaktifan mereka dalam pembelajaran sejarah serta menyebabkan prestasi mereka rendah. Yang terlihat dari hasil UTS yang mereka peroleh masih ada siswa yang tidak tuntas. Sesuai standar minimal nilai yang berlaku di SMA Negeri 7 Yogyakarta yaitu 78. Sedangkan untuk rata-rata nilai UTS yang diperoleh siswa kelas X-5, yaitu sebesar 76,12 dengan jumlah siswa yang tuntas berjumlah 18 siswa dan tidak tuntas berjumlah 15 siswa (Lihat lampiran 1 halaman 134).


(22)

5

Selain melihat dari data nilai UTS semester satu kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta, juga dilihat melalui RPP guru semester I kelas X. Pada materi memahami prinsip dasar ilmu sejarah, guru menggunakan metode kombinasi metode pembelajaran Word Square, Head Number Together, Picture and P icture, tebak kata dan P roblem Solving. Namun, pada materi-materi yang lainnya seperti materi mendeskripsikan sejarah sebagai peristiwa, kisah, ilmu, dan seni; Materi mendeskripsikan dan menjelaskan mengenai Generalisasi, Periodesasi dan Kronologi; Materi mendeskripsikan pengertian kronik dan historiografi. Ketiga materi tersebut menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Tentunya dengan penggunaan metode ceramah yang secara terus menerus atau sering dilakukan, membuat siswa akan cepat bosan dan akan berdampak pada tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas.

Melihat permasalahan tersebut, maka dalam pembelajaran sejarah diperlukan metode pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar. Penggunaan metode pembelajaran yang melibatkan siswa tentunya akan berdampak pada keaktifan dan prestasi siswa dalam mata pelajaran sejarah. Selain itu, diharapkan dapat menciptakan susana pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan. Salah satu metode yang tepat untuk dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran sejarah adalah menerapkan metode Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange.


(23)

Metode pembelajaran Pertukaran Tiga Memutar (Rotating Trio Exchange) tepat digunakan sebagai alternatif untuk metode pembelajaran kooperatif yang bisa meningkatkan prestasi belajar siswa. Pertukaran Tiga Memutar (Rotating Trio Exchange) merupakan sebuah cara mendalam bagi siswa untuk berdiskusi tentang berbagai masalah dengan beberapa (namun biasanya tidak semua) teman kelasnya.Pertukaran ini dapat dengan mudah dilengkapi dengan pelajaran (Mel Silberman, 2006: 85). Model pembelajaran seperti ini dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Peningkatan aktivitas belajar siswa ini dapat memberi pengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa tersebut.

Mengapa peneliti memilih metode Rotating Trio Exhange, karena metode ini beberapa kali digunakan oleh peneliti yang lain dan mendapatkan hasil yang positive. Salah satunya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Meiristy Tia Naga dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung, Bandar Lampung tahun 2013 yang melakukan penelitian mengenai “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Rotating Trio Exchange untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas V-A SD Negeri 1 Palapa Bandar Lampung, Tahun Ajaran 2012/2013”. Hasil penelitian tersebut menunjukan peningkatan aktivitas dan hasil belajar.

Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata aktivitas pada siklus I (51,48), pada siklus II (66,81) peningkatan dari siklus I dan siklus II sebesar (15,33), sedangkan nilai rata-rata aktivitas siswa pada siklus


(24)

7

III sebesar (84,67), peningkatan dari siklus II dan siklus III sebesar (17,86). Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I (61,42), pada siklus II (70,23), peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dari siklus I dan II sebesar (8,81), sedangkan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus III sebesar (80,71) dan peningkatan dari siklus II dan III sebesar (10,48). Sementara itu persentase ketuntasan hasil belajar siswa siklus I (33,33%), pada siklus II (61,90%), dan pada siklus III sebesar (90,47%). (Jurnal Skripsi, Meiristy Tia Naga).

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Implementasi Metode Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan dalam penelitian dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut. 1. Prestasi belajar sejarah siswa kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta

tahun ajaran 2015/2016 masih rendah.

2. Pembelajaran sejarah di kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 masih dominan mengandalkan metode ceramah dan tanya jawab yang menyebabkan pembelajaran menjadi membosankan.


(25)

3. Pelaksanaan pembelajaran di kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 masih kurang melibatkan peran serta siswa yang cenderung menjadi pendengar saja sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Suatu penelitian agar tidak hanyut dalam persoalan yang terlalu luas, maka perlu diadakan suatu pembatasan masalah. Pembatasan masalah disini dimaksudkan agar mengarah pada tujuan penelitian. Sesuai penelitian yang diajukan maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah Implementasi Metode Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana meningkatkan keaktifan belajar siswa menggunakan metode Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange dalam Pembelajaran Sejarah Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016? 2. Bagaimana meningkatkan prestasi belajar siswa menggunakan metode

Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange dalam Pembelajaran Sejarah Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016?


(26)

9

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui bagaimana meningkatkan keaktifan belajar siswa menggunakan metode Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange dalam Pembelajaran Sejarah Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016?

2. Mengetahui bagaimana meningkatkan prestasi belajar siswa menggunakan metode Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange dalam Pembelajaran Sejarah Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016?

F. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian dikatakan berhasil apabila dapat memberikan manfaat pada dunia pendidikan. Melalui penelitian ini, penulis mengharapkan adanya manfaat, khususnya bagi peneliti sendiri dan umumnya bagi yang berkepentingan di dalam bidang pendidikan. Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperkaya keilmuan dan pengetahuan mengenai metode pembelajaran Rotating Trio Exchange


(27)

b. Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kreatifitas dan inovasi pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

Memberikan pemahaman dan pembelajaran kepada siswa tentang belajar sejarah yang lebih menarik dan tidak membosankan, menggunakan metode Rotating Trio Exchange bukan metode ceramah. Serta meningkatkan keaktifan dan prestasi siswa dalam pembelajaran sejarah.

b. Bagi Guru

Menambah pengetahuan guru mengenai metode pembelajaran untuk diterapkan kepada siswa, dan mampu melakukan inovasi pembelajaran.

c. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat dijadikan salah satu acuan atau pedoman bagi sekolah guna menerapkan metode-metode pembelajaran yang menarik, sehingga siswa dapat berpartisispasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar khususnya mata pelajaran sejarah.

d. Bagi Peneliti

Menerapkan disiplin ilmu yang yang telah dipelajari selama perkuliahan dan menambah wawasan mengenai metode pembelajaran yang mampu mempengaruhi keaktifan dan prestasi siswa.


(28)

11

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Sejarah

Belajar merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang karena dengan belajar, seseorang memahami dan menguasai sesuatu sehingga orang tersebut dapat meningkatkan kemampuannya. Belajar merupakan perkembangan hidup manusia yang dimulai sejak lahir dan berlangsung seumur hidup (Leo Agung S, 2013: 96). Seperti yang diungkapkan oleh Sardiman (2009: 20-21), belajar pada dasarnya merupakan aktivitas manusia yang dilakukan sepanjang hayatnya, dalam arti luas belajar adalah kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya, sedangkan dalam arti sempit belajar merupakan usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.

Menurut Oemar Hamalik (2001: 28), belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Sejalan dengan Oemar Hamalik, menurut Slameto (2013: 2), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya.


(29)

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan usaha atau proses seseorang untuk dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, menambah wawasan dan kemampuan, serta tambahan ilmu bagi dirinya yang diperoleh baik melalui bangku pendidikan maupun pengalaman hidupnya.

Mata pelajaran Sejarah adalah cabang ilmu yang mengkaji secara sistematis keseluruhan perkembangan proses perubahan dan dinamika kehidupan masyarakat dengan segala aspek kehidupan yang terjadi di masa lampau. Sejarah merupakan peristiwa masa lampau yang direkontruksi yakni apa yang sudah di pikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami oleh orang (Sardiman, 2004: 9). Menurut Kuntowijoyo (1995: 18-19) diharapkan dengan pembelajaran sejarah siswa mampu berkaca dari peristiwa di masa lampau untuk menentukan sikap dimasa mendatang dan mampu meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran.

Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada, baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat, dan kemampuan dasar yang dimiliki, termasuk gaya belajar, maupun potensi yang ada diluar diri siswa seperti lingkungan, sarana, dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu (Leo Agung S, 2013: 3). Senada dengan Leo Agung dan Sri Wahyuni, menurut Kunandar (2011: 293) pembelajaran


(30)

13

adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku yang lebih baik.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 157) pembelajaran merupakan proses yang diselenggarakan oleh guru dan membelajarkan siswa dalam rangka belajar, bagaimana belajar dan memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasikan dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien dengan hasil optimal menurut Sugihartono (2012: 81).

Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa dalam rangka mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa (fisik maupun non fisik) dengan cara guru mentransfer ilmu pengetahuan yang dimiliki. Sehingga dapat mengembangkan potensi siswa kearah yang jauh lebih baik.

Pembelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesia dan dunia dari masa lampau hingga kini (Leo Agung S, 2013: 55). Pembelajaran sejarah adalah suatu proses interaksi yang mengikut sertakan guru dan siswa dalam mata pelajaran sejarah. Sasaran umum diselenggarakannya


(31)

pembelajaran sejarah adalah memperkokoh rasa nasionalisme dan mengajarkan prinsip-prinsip moral (Kochar, 2008: 33-36).

Pembelajaran sejarah merupakan bidang studi yang terkait dengan fakta-fakta dalam ilmu sejarah namun tetap memperhatikan tujuan pendidikan pada umumnya (I Gede Widja, 1989: 23). Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006 dinyatakan bahwa pelajaran sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air (KTSP, 2006: 523).

Pembelajaran sejarah yang ideal tidaklah cukup apabila guru sejarah hanya berceramah saja, melainkan dituntut pula mengaktifkan siswa melalui kerja kelompok, diskusi, dan lain sebagainya. Pengajaran sejarah memang tidak sekedar menyentuh ranah kognitif rendah (menghafal), tetapi juga kognitif tinggi (“menjelaskan...”, “mengkaji...”), bahkan juga afeksi (“menghayati...”, “ menghargai...”). agar sampai pada taraf menghargai/menghayati, maka harus ada refleksi, menemukan makna atau hikmahnya suatu peristiwa, serta menemukan nilai-nilai apa yang ada di balik peristiwa tersebut (Suparno, 2001: 138-140)

Menurut Kuntowijoyo (2013: 14-28) ada dua manfaat dalam mempelajari sejarah. Yang pertama ialah manfaat secara intrinsik dan yang kedua manfaat secara ekstrinsik. Manfaat secara intrinsik adalah


(32)

15

sejarah sebagai ilmu, sejarah sebagai cara mengetahui masa lampau, sejarah sebagai pernyataan pendapat, dan sejarah sebagai potensi.

Manfaat secara ekstrinsik adalah sejarah sebagai pendidikan moral, sejarah sebagai pendidikan penalaran, sejarah sebagai pendidikan politik, sejarah sebagai pendidikan, kebijakan, sejarah sebagai pendidikan perubahan, sejarah sebagai pendidikan masa datang, sejarah sebagai pendidikan keindahan, sejarah sebagai ilmu bantu, sejarah sebagai latar belakang, sejarah sebagai rujukan, dan yang terakhir sejarah sebagai bukti.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran sejarah merupakan interaksi antara guru dan siswa yang dilakukan untuk memberikan pemahaman materi-materi sejarah yang dipelajari baik dari buku maupun cerita nenek moyang, dengan tujuan untuk membentuk watak siswa agar nantinya tercipta generasi yang bermartabat serta cinta tanah air.

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada mata pelajaran sejarah SMA kelas X-5 semester II adalah sebagai berikut.

Tabel 1. SK dan KD mata pelajaran sejarah SMA Kelas X Semester II

Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) 2. Menganalisis peradaban

Indonesia dan dunia.

2,1 Menganalisis kehidupan awal masyarakat Indonesia.

2,2 Menganalisis kehidupan awal masyarakat di dunia yang berpengaruh terhadap peradaban Indonesia


(33)

Tabel 2. Indikator dari SK dan KD diatas adalah sebagai berikut.

Kompetensi Dasar (KD) Indikator

2.1 Menganalisis kehidupan awal masyarakat Indonesia

2.1.1 Menyusun Bagan Pembagian Jaman Menurut Geologi.

2.1.2 Mengidentifikasi jenis-jenis manusia purba di Indonesia. 2.1.3 Mengedentifikasi peta Lokasi

penemuan fosil manusia purba di Indonesia

2.1.4 Menyusun bagan Pembagian

Jaman berdasarkan

Arkheologis.

2.1.5 Mengeditifikasi Alat-alat peninggalan arkheologis masyarakat awal Indonesia. 2.1.6 Mengidentifikasi ciri-ciri sosial,

budaya, ekonomi, dan kepercayaan masyarakat pada masa berburu (food gathering) dan masyarakat pertanian (food producing) dan perunda gian 2.2 Menganalisis ehidupan

awal masyarakat di dunia yang berpengaruh terhadap peradaban Indonesia

2.1.1. Mendeskripsikan pengertian peradaban dan proses awal pembentukan peradaban

2.1.2. Mendeskripsikan kebudayaan Bacson, Hoa Binh, dan

Dongson terhadap

perkembangan budaya masyarakat awal di kepulauan Indonesia

2.1.3. Mendeskripsikan peradaban lembah sungai Indus, lembah sungai Gangga, lembah sungai Hoang.

2. Keaktifan a. Aktif Belajar

Anton M. Mulyono (2001: 26) keaktifan adalah kegiatan atau aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau


(34)

kegiatan-17

kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik. Menurut Sanjaya (2007: 101-106) aktivitas tidak hanya ditentukan oleh aktivitas fisik semata, tetapi juga ditentukan oleh aktivitas non fisik seperti mental, intelektual dan emosional. Keaktifan yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi belajar aktif.

Menurut Rochman Natawijaya (dalam Depdiknas, 2005: 31) belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual, dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara edukatif dan psikomotor. Kegiatan belajar ini, menurut Rousseau yang dikutip Sardiman (1996: 96) menjelaskan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis.

Sehingga dapat kita lihat bahwa pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri (Oemar Hamalik, 2001: 171). Berdasarkan beberapa pandangan dari berbagai ahli tersebut di atas, jelas bahwa dalam kegiatan belajar, subjek didik/siswa harus aktif berbuat, dengan kata lain bahwa dalam belajar sangat diperlukan


(35)

adanya aktivitas, tanpa aktivitas, belajar itu tidak mungkin berlangsung dengan baik.

b. Jenis-jenis Aktivitas

Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah tradisional. Paul D Diedrich dalam Sardiman (1996: 100-101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut.

1. Visual Activities yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral Activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3. Listening Activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4. Writing Activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5. Drawing Activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.


(36)

19

6. Motor Activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, berternak.

7. Mental Activities, sebagai contoh misalnya: menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emotional Activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Menurut Paul D. Dierich (2001: 20) keaktifan belajar dapat diklasifikasikan dalam delapan kelompok, yaitu sebagai berikut. 1. Kegiatan-kegiatan visual (Memebaca, melihat gambar-gambar,

mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain).

2. Kegiatan Lisan (oral) (Mengemukaan suatu fakta atau prinsip, menghubungan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi).

3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan (Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio).

4. Kegiatan-kegiatan menulis (Menulis cerita, laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket).


(37)

5. Kegiatan-kegiatan menggambar (Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola).

6. Kegiatan-kegiatan metrik (Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun).

7. Kegiatan-kegiatan mental (Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, faktor-faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat keputusan).

8. Kegiatan-kegiatan emosional (Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain).

Kegiatan pembelajaran ini sangat dituntut keaktifan siswa dimana siswa adalah subjek yang banyak melakukan kegiatan, sedangkan guru lebih banyak membimbing dan mengarahkan. Menurut Martini Yamin (2007: 80-81) menjelaskan bahwa keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan manakala: 1) pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, 2) guru berperan sebagai pembimbing supaya terjadi pengalaman dalam belajar, 3) tujuan kegiatan pembelajaran tercapai kemampuan minimal siswa (kompetensi dasar), 4) pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa, meningkatkan kemampuan minimalnya, dan mencapai siswa yang kreatif serta mampu menguasai konsep-konsep, dan 5) melakukan


(38)

21

pengukuran secara kontinu dalam berbagai aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan

Terdapat enam aspek keaktifan siswa menurut Martinis Yamin (2007: 78) sebagai berikut.

1. Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran.

2. Tekanan pada aspek afektif dalam belajar.

3. Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antar siswa.

4. Kekompakan kelas sebagai kelompok belajar.

5. Kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa dan kesempatan untuk berbuat serta mengambil keputusan penting dalam proses pembelajaran.

6. Pemberian waktu untuk menanggulangi masalah pribadi siswa. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa aktivitas pembelajaran yang diharapkan peneliti yaitu sebagai berikut. 1) Visual Activities (Kegiatan berupa membaca buku atau sumber), 2) Oral Activities (Mengemukaan suatu fakta atau prinsip, menghubungan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat), 3) Listening Activities (Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok), 4) Writing Activities (Menulis laporan dan materi), 5) Mental Activities (Kegiatan berupa memecahkan soal,


(39)

menganalisa, mengambil keputusan), 6) Emotional Activities (Kegiatan berupa gembira, bersemangat, berani, tenang).

3. Prestasi

a. Prestasi Belajar

Prestasi belajar berasal dari dua suku kata ialah prestasi dan belajar. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 1101), prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi menurut J. Stanley Ahmann (1981: 420) adalah status siswa yang menunjukan apa yang mereka ketahui dan apa yang mereka bisa lakukan.

Menurut Nana Syaodih S (2002: 154), prestasi adalah realisasi dan kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang dimana penguasaan hasil belajar dapat dilihat dari perilakunya dalam penguasaan pengetahuan, dan keterampilan berfikir maupun motorik. Oemar Hamalik (2011: 155) mendefinisikan hasil belajar sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pencapaian prestasi belajar siswa dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.


(40)

23

Ranah kognitif bertujuan untuk mengukur pengembangan penalaran siswa. Dalam penelitian ini untuk mengukur prestasi belajar hanya menggunakan ranah kognitif saja, yang dapat dilihat dari rata-rata nilai ulangan harian. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan suatu hasil yang dicapai oleh siswa, berupa angka nilai yang diperoleh melalui test yang diberikan guru. Sebagai hasil akhir yang dicapai setelah proses pembelajaran berlangsung. Sehingga angka nilai tersebut dapat dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan akan penguasaan materi yang diperoleh siswa.

b. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern ialah faktor yang ada pada individu yang sedang belajar dan faktor ekstern ialah faktor yang ada di luar individu tersebut. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Slameto ( 2013, 54-59).

1. Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang terdapat dari dalam diri seseorang. Yang dapat di golongan pada faktor intern adalah intelegensi, perhatian, minat, bakat, yang meliputi tiga faktor. a) Faktor Jasmaniah, yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh. b) Faktor Psikologis, yaitu intelegensi, perhatian, minat, bakat motif,


(41)

kematangan, kesiapan. c) Faktor kelelahan, yaitu kelelahan secara jasmani maupun rohani.

2. Faktor ekstern, yang meliputi tiga faktor: a) Faktor keluarga, ialah: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan. b) Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah. c) Faktor masyarakat, ialah: kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu faktor dari luar dan faktor yang dari dalam siswa. Faktor dari luar siswa berupa faktor sosial yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Sedangkan faktor dari dalam diri siswa terdiri dari jasmaniah, psikologis, dan kelelahan.

4. Metode Rotating Trio Exchange

Metode Rotating Trio Exchange merupakan salah satu metode pembelajaran dari Cooperative Learning. Model cooperative learning menuntut kerjasama dan interdependensi siswa dalam struktur tugas,


(42)

25

struktur tujuan, dan struktur reward-nya. Siswa dalam situasi cooperative learning didorong dan/atau dituntut untuk mengerjakan tugas yang sama secara bersama-sama, dan mereka harus mengoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas itu. Di samping itu, dalam cooperative learning, dua individu atau lebih saling bergantung (interindependen) untuk mendapatkan reward yang akan mereka bagi, bila mereka sukses sebagai kelompok. Pelajaran dengan cooperative learning menurut Ricard I, Arens (2007: 344-345) dapat ditandai oleh fitur-fitur berikut ini.

1. Siswa belajar dalam tim untuk mencapai tujuan bersama.

2. Tim-tim itu terdiri atas siswa-siswa yang berprestasi rendah, sedang, dan tinggi.

3. Bilamana mungkin, tim-tim itu terdiri atas campuran ras, budaya, dan gender.

4. Sistem reward-nya berorientasi kelompok maupun individu.

Model pembelajaran pertukaran trio memutar (Rotating Trio Exchange) adalah sebuah cara mendalam bagi peserta didik untuk berdiskusi tentang berbagai masalah dengan beberapa (namun biasanya tidak semua) teman kelasnya. Pertukaran ini dapat dengan mudah dilengkapi dengan materi pelajaran (Mel Silberman, 2006: 85). Diskusi kelas merupakan suatu desain kegiatan untuk menghasilkan pemufakatan kelompok melalui pembicaraan dan perenungan yang bertujuan untuk menstimulasi kemampuan analisis, interpretasi, serta


(43)

mengembangkan atau mengubah perilaku (Kenneth H. Hoover, 1979: III-7).

Metode pembelajaran Pertukaran Tiga Memutar (Rotating Trio Exchange) ini memungkinkan siswa saling berkelompok dengan teman sekelasnya untuk saling bertukar pendapat dalam memecahkan suatu permasalahan. Metode Rotating Trio Exchange juga mengembangkan sebuah lingkungan belajar yang aktif dengan menciptakan siswa bergerak secara fisik untuk saling berbagi pikiran secara terbuka untuk memperoleh pengetahuan. Dengan adanya lingkungan belajar yang aktif maka akan tercipta pula peningkatan aktivitas belajar yang menghasilkan prestasi belajar siswa menjadi lebih baik.

Secara mendasar kelompok kerja kecil memiliki sejumlah keuntungan dibandingkan dengan belajar secara individu. Salah satu kelebihan/keuntungannya adalah membantu mengembangkan aspek kerjasama. Bekerjasama dengan siswa lain dimungkinkan dapat membantu dalam mengembangkan kemampuan empati siswa, dengan cara melihat sudut pandang atau pendapat dari siswa yang lain dan membuat mereka sadar atas kelemahan dan kelebihan mereka. Dengan berada di dalam grup, pengetahuan siswa pun akan terakumulasi menjadi lebih banyak dan dapat membuat mereka mampu untuk memecahkan masalah yang lebih sulit dibandingkan dengan apa yang dapat diterima oleh mereka secara individu (Daniel Muijs, 2005: 52-53).


(44)

27

Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model Rotating Trio Exchange (Pertukaran Trio Memutar) menurut Silberman (2006: 85) sebagai berikut.

1. Pembelajaran dengan model Rotating Trio Exchange, kelas diawali dengan pembagian kelompok yang terdiri dari 3 orang siswa dan memberi nomor 0, 1, dan 2 pada setiap trio. Kelas ditata sehingga setiap kelompok dapat melihat kelompok lainya dikiri dan kananya. 2. Setelah kelompok terbentuk guru memberikan pertanyaan yang sama

pada setiap trio untuk didiskusikan sesuai dengan materi pelajaran. 3. Setelah diskusi kemudian guru memerintahkan nomor 1 berpindah

searah jarum jam dan bertugas untuk mencari informasi ke kelompok lain dan nomor 2 berpindah berlawanan searah jarum jam dan bertugas mencari informasi. Sedangkan nomor 0 tetap ditempat yang memiliki tanggung jawab untuk menerima dan memberi informasi kepada kelompok lain yang berkunjung ke tempatnya.

4. Kemudian siswa kembali ke kelompok masing-masing untuk menyampaikan atau mendiskusikan hasil kerjanya. Guru meminta peserta untuk mendiskusikan hasil sharingnya. Dalam proses pembelajaran, siswa diajak untuk berdiskusi secara klasikal untuk membahas permasalahan yang belum jelas atau yang kurang dimengerti.


(45)

5. Untuk mengakhiri pembelajaran guru bersama-sama dengan peserta didik mengevaluasi dan menyimpulkan materi pembelajaran (Isjoni, 2011: 25).

Pendapat dari Isjoni (2013: 59) mengatakan bahwa pada metode ini, kelas dibagai ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 3 orang, kelas ditata sehingga setiap kelompok dapat melihat kelompok lain di kiri dan kanannya. Berikan pada setiap trio tersebut pertanyaan yang sama untuk didiskusikan, contohnya 0, 1 dan 2, kemudian perintahkan nomor 1 berpindah searah jarum jam dan nomor 2 sebaliknya berlawanan jarum jam sedangkan nomor 0 tetap berada di tempat. Ini akan mengakibatkan timbulnya trio baru, berikan setiap trio baru tersebut pertanyaan-pertanyaan baru untuk didiskusikan, tambahkanlah sedikit tingkat kesulitan. Rotasikan kembali siswa sesuai setiap pertanyaan yang telah disiapkan.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Pertukaran Tiga Memutar (Rotating Trio Exchange) adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif dimana murid dibagi dalam kelompok yang beranggotakan 3 orang untuk memecahkan pertanyaan yang diberikan oleh guru dimana murid diberikan simbol 0, 1 dan 2 kemudian nomor 1 berpindah searah jarum jam dan nomor 2 sebaliknya, berlawanan jarum jam, sedangkan nomor 0 tetap berada ditempat.


(46)

29

B. Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain sebagai berikut.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Meiristy Tia Naga yang berjudul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Rotating Trio Exchange untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas V-A SD Negeri 1 Palapa Bandar Lampung, Tahun Ajaran 2012/2013”. Merupakan mahasiswa jurusan pendidikan sekolah dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung, Bandar Lampung. Kesamaan dalam penelitian ini yaitu metode yang dipakai dan variabel yang ingin ditingkatkan. Sedangkan perbedaannya dengan penelitian ini yaitu pada kelas dan tempat penelitian yang diteliti.

2. Hary Ismawanto yang berjudul “Penerapan Model Rotating Trio Exchange (Pertukaran Trio Memutar) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Materi Sejarah Siswa Kelas IX B SMP Negeri 15 Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2013”. Merupakan skripsi mahasiswa pendidikan sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukan bahwa masih terdapat metode ceramah, kelebihannya terdapat hasil yang signifikan pada prestasi siswa dalam pembelajaran sejarah, siswa menjadi bersemangat dalam belajar dan lebih bisa menerima pendapat orang lain melalui diskusi. Jelas ini berbeda sekali dengan penggunaan metode ceramah.


(47)

Persamaan dari penelitian relevan ini ialah sama-sama meneliti tentang metode Rotating Trio Exchange terhadap prestasi siswa. Perbedaan dari penelitian ini, dimana penelitian relevan terdapat satu variabel bebas mengenai prestasi sedangkan peneliti mengunakan dua variabel bebas mengenai keaktifan dan prestasi. Perbedaan lainya yaitu terletak pada kelas dan tempat penelitian yang diteliti.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Rizky Kusumaningrum yang berjudul “Implementasi Model Pembelajaran Course Review Horay untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran IPS Materi Sejarah Siswa Kelas VIII B SMP 14 Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012”. Merupakan skripsi mahasiswa Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta, menunjukan peningkatan keaktifan dan prestasi belajar dengan menggunakan Metode Course Review Horay dibanding metode konvensional. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Rizky Kusumaningrum terletak pada jenis penelitian dan pengukuran keaktifan serta prestasi belajar. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada metode pembelajaran yang digunakan. Penelitian ini menggunakan metode Course Review Horay sedangkan peneliti menggunakan metode Rotating Trio Exchange.


(48)

31

C. Kerangka Pikir

Banyak masalah yang menyebabkan mutu dan kualitas pendidikan Indonesia tertinggal diantaranya masih dominannya penggunaan metode pembelajaran konvensional (ceramah) yang tentu pada pembelajaran ini masih berpusat pada guru. Guru terkesan hanya sebatas memindahkan materi pengetahuan dari guru ke siswa, tanpa memperhatikan bagaimana suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa. Masalah ini bisa jadi disebabkan juga dari rendahnya kreatifitas guru dalam mengembangkan metode dan media yang menarik bagi siswa.

Seperti halnya yang ditemui peneliti di SMA Negeri 7 Yogyakarta, dimana pembelajaran sejarahnya masih kurang dapat melibatkan siswa. Kurangnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran sejarah menyebabkan pembelajaran tidak menarik. Karena dianggap kurang menarik dan ditambah materi pembelajaran sejarah sebagian besar bersifat hafalan semakin menyebabkan siswa malas untuk belajar sejarah. Suasana malas ini menyebabkan keaktifan dan prestasi belajar sejarah siswa menurun.

Sehingga perlu mencari alternatif pembelajaran yang dapat lebih menarik dan mengaktifkan siswa. Selain itu, variasi pembelajaran yang sekaligus dapat memudahkan siswa untuk lebih mudah memahami dan mengingat materi-materi yang diajarkan guru di kelas, sehingga diharapkan prestasi belajar sejarah dapat meningkat. Penggunaan metode


(49)

dalam pengajaran merupakan salah satu variasi dalam pembelajaran sejarah.

Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rotating Trio Exchange. Metode ini mengembangkan sebuah lingkungan belajar yang aktif dengan menciptakan siswa bergerak secara fisik untuk saling berbagi pikiran secara terbuka untuk memperoleh pengetahuan. Dengan adanya lingkungan belajar yang aktif maka akan tercipta pula peningkatan aktivitas belajar yang menghasilkan prestasi belajar siswa menjadi lebih baik

Kerangka pikir penelitian ini jika digambarkan dalam bagan kerangka berfikir sebagai berikut.

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Metode Pembelajaran

Konvesional

Permasalahan 1 Keaktifan Kurang Optimal

Metode Pembelajaran Rotating Trio Exchange

Keaktifan dan Prestasi Siswa Meningkat

Permasalahan 2 Prestasi kurang Guru Sejarah


(50)

33

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah disampaikan, dapat dirumuskan hipotesis seperti berikut. “Dengan penerapan metode Rotating Trio Exchange dalam pembelajaran sejarah dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi siswa kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta”.

E. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan Hipotesis diatas, maka pada penelitian ini mengangkat permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimana penerapan metode pembelajaran Rotating Trio Exchange untuk meningkatkan keaktifan belajar sejarah siswa kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016?

2. Bagaimana penerapan metode pembelajaran Rotating Trio Exchange untuk meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016?

3. Apa manfaat penerapan metode pembelajaran Rotating Trio Exchange pada siswa kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016?


(51)

34

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 7 Yogyakarta yang berlokasi di jalan MT. Haryono No. 47, Kota Yogyakarta. Dipilihnya SMA Negeri 7 Yogyakarta sebagai tempat penelitian, karena sekolah tersebut masih menggunakan metode konvesional dalam beberapa pembelajaran salah satunya mata pelajaran sejarah. Hal ini membuat siswa tidak aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar.

B. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap, yaitu bulan Januari sampai Maret 2016, adapun rincian kegiatan adalah.

Proposal : Desember-Januari 2015 Perijinan : Januari 2016

Pengumpulan Data : Januari-Maret 2016 Analisis Data : Maret 2016

Penulisan Laporan : Maret-April 2016

C. Subjek Penelitian

Subjek Penelitian ini adalah kelas X-5 yang berjumlah 32 siswa terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan, alasan mendasar kelas X-5 dijadikan sebagai subjek penelitian karena kelas X-5 memiliki


(52)

35

prestasi yang masih rendah dari pada kelas X yang lain. Selain itu juga atas arahan dan saran dari guru pembimbing dalam pemilihan kelas.

D. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Reasearch). Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang memaparkan terjadinya sebab-akibat dari perlakuan, sekaligus memaparkan apa saja yang terjadi ketika perlakuan diberikan, dan memaparkan seluruh proses sejak awal pemberian perlakuan sampai dengan dampak dari perlakuan tersebut. Penelitian tindakan kelas atau PTK adalah jenis penelitian yang memaparkan baik proses maupun hasil, yang melakukan PTK di kelasnya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran (Suharsimi Arikunto, 2015: 1-2).

Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran di kelas, sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan (Daryanto, 2011: 4). Menurut Suharsimi Arikunto (2015: 2). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR) terdiri dari tiga kata, yang masing-masing menunjukan makna yang terkandung didalamnya yaitu.

1. Penelitian, menunjuk pada kegiatan mencermati objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh


(53)

data atau informasi yang bermanfaat dalam peningkatan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan, menunjuk pada gerak kegiatan yang sengaja dilakukan untuk tujuan tertentu.

3. Kelas, sekelompok siswa yang dalam waktu sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Penelitian tindakan kelas ini bersifat kolaboratif, yaitu guru dan peneliti. Guru berperan sebagai pelaksana tindakan serta peneliti sebagai pengamat pelaksanaan tindakan. Peneliti tindakan kelas terdiri dari empat tindakan utama yang dilakukan dalam siklus yang berulang. Empat tindakan utama yang ada pada setiap siklus yaitu perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect) (Suharsimi Arikunto, 2006: 16). Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini mengadopsi metode penelitian tindakan kelas dari Kemmis dan Taggart, dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2. Proses Penelitian Tindakan, menurut Kemmis dan Taggart


(54)

37

Model Spiral oleh Kemmis dan Mc Taggart (Rochiati Wiriaatmaja, 2006: 66)

Keterangan. 0. Refleksi awal. 1. Rencana Siklus I.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I dan Observasi. 3. Rencana Revisi pada Siklus II.

E. Desain Penelitian

Penelitian ini dibuat untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar sejarah dalam pembelajaran sejarah.

1. Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

1) Observasi ke sekolah tujuan penelitian

Observasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi kelas dan untuk mengetahui apakah sekolah tersebut bersedia menjadi tempat penelitian.

2) Penyusunan RPP

Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk setiap pertemuan.

3) Menyiapkan pembelajaran untuk pelaksanaan tindakan dengan metode Rotating Trio Exchange.


(55)

4) Membuat catatan kejadian yang ada selama kegiatan belajar mengajar.

b. Tahap Pelaksanan Tindakan 1) Pendahuluan

a) Guru membuka pelajaran dengan memberi salam dan memimpin doa.

b) Guru mengecek kesiapan siswa dan melihat buku kehadiran siswa.

c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran mengenai peradaban Indonesia dan dunia.

d) Guru memotivasi siswa dengan menyakan hal-hal yang berkaitan dengan materi.

2) Kegiatan Inti

a) Siswa menyimak pengantar dari guru yang menyampaikan materi mengenai kehidupan awal masyarakat Indonesia.

b) Siswa menyimak penjelasan guru mengenai langkah-langkah metode pembelajaran Rotating Trio Exchange.

c) Guru memilih persoalan yang sangat menarik untuk didiskusikan

d) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 3 orang.


(56)

39

e) Setelah kelompok terbentuk guru memberikan pertanyaan yang sama pada setiap trio atau kelompok untuk didiskusikan sesuai dengan materi pelajaran.

f) Setelah diskusi kemudian guru memerintahkan nomor 1 berpindah searah jarum jam dan bertugas untuk mencari informasi ke kelompok lain dan nomor 2 berpindah berlawanan searah jarum jam dan bertugas mencari informasi. Sedangkan nomor 0 tetap ditempat yang memiliki tanggung jawab untuk menerima dan memberi informasi kepada kelompok lain yang berkunjung ke tempatnya.

g) Kemudian siswa kembali ke kelompok masing-masing untuk menyampaikan atau mendiskusikan hasil kerjanya. Guru meminta peserta untuk mendiskusikan hasil sharingnya.

h) Beberapa kelompok maju ke depan untuk mempresentasikan hasil diskusinya.

i) Guru melakukan evaluasi dengan memberikan masukan jika ada hal yang masih perlu diluruskan.

3) Penutup

a) Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

b) Guru melakukan evaluasi dengan memberikan masukan jika ada hal yang masih perlu diluruskan.


(57)

c. Pengamatan

Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan untuk mengamati semua tindakan yang dilakukan siswa saat pembelajaran. Pengamatan berfungsi untuk melihat seberapa besar keaktifan dan prestasi siswa dalam proses pembelajaran sejarah.

d. Refleksi

Tahap ini dilakukan pengumpulan dan analisis data untuk mengetahui ketercapaian maupun kekurangan keaktifan dan prestasi sejarah. Kekurangan dari siklus I sebagai pertimbangan perencanaan pada siklus selanjutnya.

F. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan berbagai macam sumber data, adapun sumber yang baik adalah sumber yang diambil dengan tepat dan akurat (Suharsismi Arikunto, 2008: 129). Sumber data yang dipakai pada penelitian meliputi berbagai hal berikut ini.

1. Narasumber terdiri dari berbagai macam pihak, baik perorangan atau intansi yang terkait dalam penelitian.

a. Guru mata pelajaran sejarah SMA Negeri 7 Yogyakarta. b. Siswa kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta.

2. Lembar observasi dan wawancara yang didapat dari SMA Negeri 7 Yogyakarta.


(58)

41

3. Lembar mengenai data keaktifan dan prestasi dari SMA Negeri 7 Yogyakarta.

G. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data di lakukan dengan teknik observasi, wawancara, angket, tes dan dokumen yang digunakan oleh peneliti yaitu sebagai berikut.

a. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah cara menghimpun bahan keterangan atau data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan (Anas Sudijono, 2015: 76).

Observasi dilakukan oleh peneliti dengan cara melakukan pengamatan dengan melihat kondisi sekolah, siswa dan guru selama proses pembelajaran. Observasi atau pengamatan digunakan untuk mengetahui sejauh mana prestasi belajar siswa selama belajar sejarah dengan menggunakan metode Rotating Trio Exchange (Perputaran Tiga Memutar).

b. Wawancara

Wawancara merupakan pengumpulan informasi dengan cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan


(59)

mengajukan tanya-jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan diajukan sejumlah pertanyaan verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Anas Sudijono, 2015: 82). Proses wawancara yang bisa dilakukan secara bertatap muka atau secara langsung dengan narasumber.

Wawancara bertujuan untuk mengetahui tanggapan mengenai keaktifan dan prestasi belajar siswa, kekurangan, kelebihan serta solusi yang diambil untuk mengetahui permasalahan dalam pembelajaran sejarah dengan mengguanakan metode Rotating Trio Exchange (Perputaran Tiga Memutar).

c. Angket

Angket (questionaire) juga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka penilaian hasil belajar. Berbeda dengan wawancara dimana penilai (evaluator) berhadapan secara langsung (face to face) dengan peserta didik atau dengan pihak lainnya, maka dengan menggunakan angket, pengumpulan data sebagai bahan penilaian hasil belajar jauh lebih praktis, menghemat waktu dan tenaga (Anas Sudijono, 2015: 84).

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis pula oleh responden. Angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang siswa, baik pada mata pelajaran, proses pembelajaran, dan pengajaran. Pada penelitian ini, angket digunakan


(60)

43

oleh peneliti untuk mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan keaktifan belajar sejarah di kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta. d. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengumpulkan ketrampilan, pengetahuan, intelegen kemampuan, bakat yang dimiliki untuk individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 1991: 123). Tes untuk mengukur keberhasilan siswa ditinjau dari keguanaannya dibedakan menjadi tiga macam tes, yaitu: tes diagnosis, tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). Ditinjau dari segi bentuknya, tes hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu tes objektif dan tes subjektif (Suharsimi Arikunto, 1993: 61). Data mengenai hasil belajar siswa ditetapkan melalui skor atau angka.

1) Tes Awal (Pre Test)

Tes awal dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal dari siswa sebelum pembelajaran dan dilakukan tindakan.

2) Tes Akhir (Post Test)

Tes akhir dilakukan setelah proses pembelajaran selesai, tes akhir ini bertujuan untuk mengetahui tingkat belajar siswa dan tingkat keberhasilan setelah dilakukan tindakan.

e. Dokumen

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu. Dokumen bisa berupa tulisan, gambar atau karya-karya monumental


(61)

dari seseorang. Dokumen dipergunakan untuk menjaring data mengenai jumlah siswa dan prestasi belajar pada semester sebelumnya sebagai dasar menentukan kelompok dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode Rotating Trio Exchange (Perputaran Tiga Memutar).

Dokumen merupakan pelengkapan model observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitain dari observasi atau wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya apabila didukung oleh sejarah pribadi kehidupan kecil, di sekolah, di masyarakat dan autobiografi (Sugiyono, 2007: 72)

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan data secara lengkap guna mempermudah pekerjaannya sehingga hasil pekerjaannya menjadi lebih baik.

a. Observasi

Observasi yaitu metode yang digunakan untuk mengamati dan mencatat proses pembelajaran dikelas yang meliputi guru sejarah, metode pembelajaran, dan strategi yang digunakan. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.


(62)

45

Tabel 3. Kisi-kisi observasi pembelajaran dengan metode Rotating Trio Exchange

Aspek yang diamati

Indikator No

Butir A. Perangkat

Pembelajaran

1.RPP.

2.Bahan Bacaan.

3.Perangkat Pembelajaran.

1 2 3 B. Proses pembelajaran dengan menerapkan metode Rotating Trio Exchange

1. Membuka pelajaran

a. Guru membuka pelajaran dengan memberikan salam dan memimpin doa.

b. Melakukan presensi kepada siswa.

2. Menjelaskan metode Rotating Trio Exchange.

3. Melakukan langkah-langkah pembelajaran dengan metode Rotating Trio Exchange.

a. Siswa menyimak penjelasan guru mengenai langkah-langkah metode pembelajaran Rotating Trio Exchange.

b. Guru menyampaikan materi yang akan diajarkan.

c. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, dengan masing-masing kelompok terdiri dari 3 siswa dan memberi nomor 0, 1, dan 2 pada setiap trio.

d. Setelah kelompok terbentuk guru memberikan pertanyaan yang sama pada setiap trio atau kelompok untuk didiskusikan sesuai dengan materi pelajaran. e. Setelah diskusi kemudian guru

memerintahkan nomor 1 berpindah searah jarum jam dan bertugas untuk mencari informasi ke kelompok lain dan nomor 2 berpindah berlawanan searah jarum jam dan bertugas mencari informasi. Sedangkan nomor 0 tetap ditempat yang memiliki tanggung jawab untuk

4 5 6 7 8 9 10 11 12


(63)

menerima dan memberi informasi kepada kelompok lain yang berkunjung ke tempatnya. f. Kemudian siswa kembali ke

kelompok masing-masing untuk

menyampaikan atau

mendiskusikan hasil kerjanya. Guru meminta peserta untuk mendiskusikan hasil sharingnya.

g. Beberapa kelompok

mempresentasikan hasil diskusinya dan guru melakukan evaluasi dengan memberikan masukan dan menyimpulkan materi yang diajarkan.

h. Guru menutup pembelajaran dengan berdoa. 13 14 C. Kendala penerapan metode

Rotating Trio Exchange

1.Dari segi waktu.

2.Dari segi kerjasama kelompok. 3.Pengkondisian siswa.

15 16 17 D. Kelebihan penerapan metode

Rotating Trio Exchange

1.Dari segi keaktifan siswa. 2.Dari segi kerjasama kelompok. 3.Dari segi pemahaman materi.

18 19 20

b. Wawancara

Wawancara merupakan proses percakapan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, yaitu antara pewawancara yang mengajukan pertanyaan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan. Berikut kisi-kisi wawancara untuk metode Rotating Trio Exchange.


(64)

47

Tabel 4. Kisi-kisi Wawancara untuk Guru

Aspek Indikator Butir

Wawancara A.Pembelajaran

Sejarah

1. Sarana dan Prasarana

pembelajaran sejarah. 1

2. Situasi belajar siswa. 2 3. Pembelajaran sejarah di SMA

Negeri 7 Yogyakarta. 3

4. Sikap siswa terhadap

pembelajaran sejarah. 4

B.Pembelajaran metode Rotating Trio Exchange

1. Pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode Rotating Trio Exchange.

5 2. Manfaat menggunakan metode

Rotating Trio Exchange. 6 3. Respon siswa terhadap

pelaksanaan metode Rotating Trio Exchange.

7 4. Kendala dalam pelaksanaan

metode Rotating Trio Exchange.

8 5. Dukungan dalam pelaksanaan

metode Rotating Trio Exchange.

9 6. Solusi terhadap kendala yang

ditemui selama pembelajaran menggunakan metode Rotating Trio Exchange.

10 C. Langkah-langkah metode Rotating Trio Exchange

1. Guru menjelaskan mengenai

metodeRotating Trio Exchange. 11 2. Siswa dibagi dalam beberapa

kelompok yang terdiri dari 3 orang.

12 3. Masing-masing kelompok

diberikan materi yang sama 13 4. Setiap anggota kelompok diberi

nama 0, 1, 2 Anggota yang bernomor 1 memutar searah jarum jam, nomor 2 berlawanan arah jarum jam, sedangkan nomor 0 tetap ditempat. Setiap siswa bertugas mencari dan memecahkan materi atau persoalan yang diberikan.


(65)

D.Keaktifan dan Prestasi belajar siswa

1. Evaluasi keaktifan prestasi belajar siswa setelah mengimplementasikan metode RotatingTrio Exchange.

15

Tabel 5. Kisi-kisi wawancara untuk siswa

Aspek Indikator Butir

Wawancara A.Pembelajaran

Sejarah

1. Sarana dan Prasarana pembelajaran sejarah.

1 2. Pembelajaran sejarah di SMA

Negeri 7 Yogyakarta.

2 3. Sarana penunjang aktivitas

pembelajaran.

3 B.Metode

Rotating Trio Exchange

1. Pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode Rotating Trio Exchange.

4

2. Manfaat menggunakan metode Rotating Trio Exchange.

5 3. Pelaksanaan metode Rotating

Trio Exchange.

6 4. Keaktifan siswa dalam

pembelajaran menggunakan metode Rotating Trio Exhange.

7 C. Langkah-langkah metode Rotating Trio Exchange

1. Guru menjelaskan mengenai metode Rotating Trio Exchange.

8

2. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 3 orang.

9

3. Masing-masing kelompok diberikan materi yang sama.

10 4. Setiap anggota kelompok diberi

nama 0, 1, 2 Anggota yang bernomor 1 memutar searah jarum jam, nomor 2 berlawanan arah jarum jam, sedangkan nomor 0 tetap ditempat. Setiap siswa bertugas mencari dan memecahkan materi atau persoalan yang diberikan.

11

5. Setiap siswa berdiskusi dalam memecahkan persoalan.

12 D.Guru/Peneliti 1. Cara mengajar Guru/Peneliti. 13


(66)

49

2. Ketertarikan pengajaran metode Rotating Trio Exchange yang Guru/Peneliti terapkan.

14

3. Pemahaman siswa akan materi

pembelajaran yang

disampaikan.

15

c. Angket

Angket digunakan untuk mengetahui atau mengukur minat belajar siswa pada pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode Rotating Trio Exchange.

Tabel 6. Kisi-kisi angket keaktifan siswa Indikator

keaktifan

Pengamatan keaktifan siswa Jumlah butir

Nomor butir Visual

Activities

Siswa mampu mencari sumber materi.

1 1

Siswa rajin membaca buku materi sejarah.

2 2,3

Oral Activities

Siswa berani mengemukakan pendapat dan saran ketika jalanya diskusi.

2 4,5

Siswa berani mengajukan pertanyaan.

2 6,7

Listening Activities

Siswa mendengarkan penyajian materi dari guru.

1 8

Siswa mendengarkan teman lain ketika presentasi maupun diskusi.

1 9

Writing Activities

Siswa menulis materi poin penting yang dipelajari.

2 10,11

Siswa menyalin laporan hasil diskusi.

1 12

Mental Activites

Siswa dapat memecahkan permasalahan atau persoalan yang sedang di diskusikan.

2 13,14

Siswa mampu mengambil keputusan.

1 15

Siswa dapat menganalisa. 1 16

Emotional activities

Siswa bersemangat mengikuti pelajaran sejarah.


(67)

Siswa berani dan senang

sewaktu jalannya

pembelajaran.

2 19,20

d. Tes

Instrumen tes berupa soal penguasaan konsep terhadap materi. Tes dilakukan sebanyak satu kali dalam setiap siklus sesudah pembelajaran dilaksanakan (post test). Instrumen tes dalam bentuk pilihan ganda. Berikut kisi-kisi soal tes pada materi pembelajaran sejarah.

Tabel 7. Kisi-kisi tes metode Rotating Trio Exchange Standar Kompetensi

2.Menganalisis peradaban Indonesia dan dunia. Kompetensi Dasar

2.1 Menganalissi kehidupan awal masyarakat Indonesia.

2.2 Mengidentifikasi peradaban awal masyarakat di dunia yang berpengaruh terhadap peradaban Indonesia.

Indikator Ranah kognitif No

Item Jumlah Soal C 1 C 2 C 3 C 4 C 5 C 6

Menyusun Bagan

Pembagian Jaman Menurut Geologi.

1 1 1

Mengidentifikasi jenis-jenis manusia purba di Indonesia.

1 1 2, 6 2

Mengidentifikasi peta Lokasi penemuan fosil manusia purba di Indonesia.

1 1 3, 4 2

Menyusun bagan

Pembagian Jaman berdasarkan Arkheologis.

1 1 5, 8 2

Mengudentifikasi alat-alat peninggalan arkheologis masyarakat awal Indonesia.


(68)

51

Mengidentifikasi ciri-ciri sosial, budaya, ekonomi, dan kepercayaan masyarakat pada masa berburu (food gathering) dan masyarakat pertanian (food producing.) dan perundagian.

1 10 1

Mendeskripsikan

pengertian peradaban dan

proses awal

pembentukan peradaban.

1 1 1 11,15,

16

3

Mendeskripsikan

kebudayaan Bacson, Hoa Binh, dan Dongson terhadap perkembangan budaya masyarakat awal di kepulauan Indonesia.

1 2 1 12,13,

17

3

Mendeskripsikan

peradaban lembah sungai Indus, lembah sungai Gangga, lembah sungai Hoang.

1 1 14,18, 19,20

4

Jumlah 2 3 5 4 3 3 20

Validitas merupakan kepanjangan dari kata valid yang artinya tepat. Untuk mendapatkan data yang valid maka diperlukan instrumen yang valid pula. Pada penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas konstrak. Adapun metode yang dapat digunakan dalam menguji validitas konstrak adalah.

1. Menelaah butir.

2. Meminta pertimbangan ahli.

Penelitian ini peneliti meminta pertimbangan ahli yaitu guru SMA Negeri 7 Yogyakarta mengenai kisi-kisi dan pengembangan.


(69)

H. Validitas Data

Teknik pengembangan validitas data dalam kualitatif adalah triangulasi. Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2012: 330). Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Triangulasi Teknik yaitu peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama (Sugiyono, 2012: 330). Dalam hal ini peneliti menggunakan lembar observasi dan tes untuk mendapatkan data dari sumber yang sama yaitu siswa kelas X-5.

2. Triangulasi Sumber yaitu untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama (Sugiyono, 2012: 330). Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara terhadap perwakilan siswa kelas X-5 dan guru mata pelajaran sejarah SMA Negeri 7 Yogyakarta.

I. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif dan analisis data kualitatif.

1. Analisis data kualitatif

Analisis data kualitatif adalah proses dimana mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke


(70)

53

dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2010: 335).

Menurut Sugiyono (2010: 337) analisis dalam analisis data yaitu Reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

a. Reduksi data

Reduksi data yaitu proses merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya (Sugiyono, 2010: 338). Reduksi data merupakan proses penyederhanaan yang dilakukan melalui tahap seleksi, pemfokusan, dan pengabstrakan data mentah menjadi informasi yang bermakna, sehingga kesimpulan final dapat ditarik dan diverifikasi.

b. Penyajian data

Penyajian data yaitu proses menyajikan data, dalam penelitian kualitatif penyajian data biasanya berupa teks naratif, melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan mudah dipahami (Sugiyono, 2010: 341).

c. Penarikan kesimpulan

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi (Sugiyono, 2010: 345). Menarik kesimpulan merupakan tahap


(71)

terakhir dalam analisa data yang dilakukan dengan melihat hasil reduksi data dan tetap mengacu pada rumusan masalah serta tujuan yang hendak dicapai.

Gambar 3. Komponen-komponen analisis data model interaksi Menurut miles dan Hubberman dalam sugiyono (2010: 338). 2. Analisis data kuantitatif

Data keaktifan dan prestasi belajar siswa dapat diketahui dengan cara menghitung mean (rata-rata) dari daftar nilai peserta didik dan benyaknya nilai siswa mengacu pada pencapaian minat dan prestasi belajar.

a. Pengukuran Keaktifan dan Prestasi Belajar

Keterangan:

NP = Nilai presentase yang dicari atau yang diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh

SM = Skor Maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 = Bilangan genap

Pengumpulan data

Penarikan kesimpulan Reduksi data


(72)

55

Mean (rata-rata nilai siswa)

Keterangan:

X = Rata-rata/mean

= Jumlah nilai semua peserta didik N = Jumlah peserta didik

Suharsimi Arikunto (2008: 75)

b. Kategori Pencapaian

Tabel 8. Kategori Pencapaian

No Kriteria Penilaian

1 >80% Sangat Tinggi

2 60-80% Tinggi

3 40-60% Sedang

4 20-40% Rendah

5 <20% Sangat Rendah

(Suharsimi Arikunto, 2013: 44)

J. Indikator Keberhasilan Data

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini yaitu apabila keaktifan dan prestasi belajar siswa meningkat dengan nilai rata-rata prestasi belajar mencapai minimal >78 sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan


(73)

Minimal) dengan menggunakan metode pembelajaran Rotating Trio Exchange


(1)

Foto 1. Proses Kegiatan Belajar Mengajar


(2)

Foto 3. Siswa Berdiskusi dan Melakukan Pertukaran Tempat


(3)

Foto 5. Siswa Melakukan Presentasi


(4)

Foto 8. Siswa Mengerjakan Angket dan Soal dari Peneliti Foto 7. Siswa Mengerjakan Angket dan Soal dari Peneliti


(5)

Foto 10. Wawancara dan Berdiskusi dengan Guru Sejarah Foto 9. Wawancara dan Berdiskusi dengan Guru Sejarah


(6)

Foto 12. Lingkungan SMA Negeri 7 Yogyakarta Foto 11. Lingkungan SMA Negeri 7 Yogyakarta