siswa dalam proses pembelajaran perlu diperhatikan, karena mempengaruhi hasil belajar siswa.
3 Faktor Kelelahan Kelelahan dapat mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar siswa. Kelelahan
Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya.
29
Dari uraian tersebut jelas tergambarkan bahwa prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh faktor internal siswa. Dengan kata lain, faktor tersebut berada dalam diri siswa itu
sendiri, dan dapat mempengaruhi prestasi belajarnya.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar individu itu sendiri.Faktor eksternal meliputi faktor lingkunga keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat, dan faktor waktu. 1 Faktor lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga merupakan pendidikan pertama yang didapat oleh siswa sebelum mengikuti pendidikan di tingkat sekolah.Kondisi lingkungan
keluarga yang baik, hubungan antara orang tua dengan anaknya baik maka hal itu turut mempengaruhi prestasi belajar siswa.
2 Faktor lingkungan Sekolah Lingkungan sekolah menjadi parameter dalam keberhasilan prestasi belajar
siswa.Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang baik, simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik, dapat menjadi dorongan postif bagi
kegiatan belajar siswa sehingga mempengaruhi prestasi belajar siswa. 3 Faktor lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat juga dapat mempengaruhi bakat dan minat anak dalam belajar.Tetapi, lingkungan pun dapat memberikan dampak yang kurang
baik dalam menghambat kecerdasan anak terutama prestasi belajarnya. Apabila lingkungan masyarakat tempat tinggal anak adalah lingkungan yang baik,
bergotong royong, maka dengan sendirinya anak akan terdorong untuk memiliki sikap gotong royong dan suka membantu orang.
29
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003, Cet. 4 h. 54-59
4 Faktor Waktu Adanya keseimbangan antara kegiatan belajar dan kegiatan yang bersifat
hiburan atau rekreasi sangat perlu.Tujuannya agar selain dapat meraih prestasi belajar yang maksimal, siswa pun tidak dihinggapi kejenuhan dan kelelahan
pikiran yang berlebihan serta merugikan.
30
c. Faktor Jenis Belajar Siswa
Jenis belajar siswa dalam hal ini tentu sangat mempengaruhi prestasi belajarnya, Berikut ini ada 7 jenis belajar di bawah ini.
31
1 Belajar arti kata-kata Belajar arti kata, ialah orang mulai menangkap arti yang terkandung
dalam kata yang digunakan.Pada mulanya, suatu kata sudah dikenal atau sudah didengar, tetapi belum tahu artinya.Jika dihubungkan dengan proses
pembelajaran, setiap siswa pasti belajar arti kata-kata tertentu yang belum diketahui. Misalnya, dalam suatu materi pembelajaran, ada kata seperti
puisi yang sering didengar bahkan diucapkan oleh siswa.Namun., sebagian dari mereka belum mengetahui konsep tentang puisi. Maka, melalui belajar
arti kata-kata, siswa diharapkan menjadi mengerti tentang konsep puisi.
Setiap pelajar atau mahasiswa pasti belajar arti kata-kata tertentu yang
belum diketahuinya.Tanpa
hal tersebut,
maka sulit
menggunakannya.Misalnya terdapat kata-kata istilah ilmiah dalam pelajaran tertentu. Mengerti arti kata-kata merupakan dasar terpenting.
Orang yang membaca akan mengalami kesukaran untuk memahami isis bacaan, karena ide-ide yang terdapat dalam suatu kata atau kalimat hanya
dapat dimengerti dengan memahami arti dari setiap kata. Dengan kata itulah, biasanya dalam suatu buku, penulis atau pengarang melukiskan ide-
idenya kepada sang pembaca agar mereka mengerti maksdu kata-kata tersebut. Oleh karena itu, penguasaan arti kata-kata menjadi penting dalam
belajar, terutama terhadap peserta didik di bangku sekolah dasar. 2 Belajar kognitif
Belajar kognitif berkaitan dengan masalah mental.Belajar kognitif menjelaskan tentang bagaimana proses
mental seseorang untuk menghadirkan objek-objek materil maupun tidak materil melalui proses
tanggapan, gagasan atau lambang menuju kea rah adanya perubahan tingkah laku seseorang. Artinya, dalam belajar kognitif, dibutuhkan
kepekaan dalam proses penerimaan informasi yang diawali melalui tanggapan terhadap objek-objek yang diamati sehingga otak merespon
informasi tersebut. Belajar kognitif ini sangatlah penting kaitannya dengan pembelajaran di kelas, karena dalam prosesnya pembelajaran sendiri
membutuhkan proses mental seorang siswa dalam menerima informasi sehingga ia dapat merubah tingkah lakunya.
30
Ibid., Thursan Hakim, h.20
31
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, h. 27-37.
3 Belajar Menghafal Menghafal merupakan suatu proses belajar yang melibatkan otak
dalam mengingat sesuatu. Menghafal sendiri merupakan kegiatan yang sering dilakukan seseorang, bahkan selalu dalam kehidupan sehari-
hari.Menghafal yaitu suatu aktivitas materi verbal di dalam ingatan, sehingga dapat diingat kembali secara harfiah. Dengan kata lain, menghafal
itu berarti aktivitas yang dilakukan melalui verbal untuk kemudian diingat secara harfiah. Aktivitas menghafal juga merupakan proses mental untuk
menyimpan kesan-kesan, yang nantinya suatu waktu bila diperlukan dapat diingat kembali ke alam sadar.
Dalam aktivitas belajar menghafal, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan,
yaitu mengenai tujuan, pengertian, perhatian, dan
ingatan.Oleh karena itu, efektif tidaknya menghafal dipengaruhi oleh syarat-syarat kriteria tersebut.
4 Belajar Teoritis Kata “teoritis”, sering kita dengat bahkan selalu diucapkan dalam
kehidupan.Namun, tidak sedikit orang yang belum mengetahui makna teoritis tersebut. Belajar teoritis ini bertujuan untuk menempatkan semua
data dan fakta pengetahuan dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk memecahkan masalah,
seperti yang ada dalam bidang-bidang studi ilmia
h, misalnya teori “Bujur sangkar” mencakup semua bentuk persegi.
5 Belajar Konsep Konsep merupakan satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang
mempunyai ciri-ciri yang ssama.Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi, sehingga objek
ditempatkan dalam golongan tertentu.
Belajar konsep adalah berpikir dalam konsep dan belajar pengertian.Artinya, belajar konsep merupakan belajar untuk memahami
konsep dan pengertian.Dalam hal ini, peserta didik harus menguasai beberapa konsep yang telah mereka pelajari dalam pembelajaran di
sekolah.Belajar konsep tidak terlepas dari taraf berpkir.Taraf berpikir tersebut ada dua, yaitu pertama, taraf pengetahuan, yaitu belajar reseptif
atau menerima.Kedua, taraf berpikir komprehensif. Artinya dalam belajar konsep, peserta didik harus dimulai dengan tahap penenrimaan informasi,
kemudian setelah itu barulah ia memahami konsep suatu materi secara menyeluruh.
6 Belajar Kaidah
Belajar kaidah termasuk dari jenis belajar kemahiran intelektual intellectual skill, yang dikemukakan oleh Gagne. Belajar kaidah adalah
bila dua konsep atau lebih dihubungkan satu sama lain, kemudian terbentuk suatu ketentuan yang merepresentasikan suatu keteraturan. Selam belajar di
sekolah, seorang siswa akan menemukan nkaidah-kaidah. Hal ini tentunya harus dimiliki untuk kemajuan belajarnya.
Kaidah merupakan suatu pegangan yang tidak dapat diubah- ubah.Kaidah merupakan representasi gambaran mental dari kenyataan
hidup dan sangat berguna dalam mengatur kehidupan sehari-hari.Hal ini
berarti, bahwa kaidah merupakan suatu keteraturan yang berlaku sepanjang masa.Orang yang telah mempelajari suatu kaidah, mampu menghubungkan
beberapa konsep.Misalnya dalam kaidah perkalian matematika, “dua kali dua sama dengan empat”.Artinya, ahasil dari perkalian dua kali dua tersebut
pasti empat, karena memang sudah kaidahnya. Oleh karena itu, belajar kaidah sangat penting bagi seseorang,
terutama seorang pserta didik sebagai salah satu upaya peguasaan ilmu pengetahuan selama belajar di sekolah.
7 Belajar Berpikir
Belajar berpikir sangat diperlukan selama belajar di sekolah atau diperguruan tinggi. Masalah belajar terkadang ada yang harus diselesaikan
secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Pemecahan masalah itulah yang memerluka pemikiran. Berpikir itu berarti kemampuan jiwa untuk
meletakkan hubungan antara bagian-bagian pengetahuan, ketika berpikir dilakukan, maka di sana terjadi suatu proses. Oleh karena itu, John Dewey
dan Wertheimer memandang berpikir sebaagai proses. Dalam proses ini tekanannya terletak pada penyusuna kembali kecakapan kognitif yang
bersifat ilmu pengetahuan.
Menurut Dewey, langkah-langkah dalam pemecahan masalah adalah sebagai berikut.
a Kesadaran akan maslah; b Merumuskan masalah;
c Mencari data dan merumuskan hipotesis-hipotesis; d Menguji hipotesis-hipotesis itu;
e Menerima hipotesis yang benar.
Meskipun dalam pemecahan masalah memerlukan langkah-langkah tersebut, menurut Dewey, setiap pemecahan masalah memerlukan rafa
berpikir.Taraf berpikir itu sendiri memiliki tahap-tahap berikut, sebagaimana tabel yang ada di bawah ini.
Tabel 2.1 Taraf Berpikir
Taraf Nama Taraf Berpikir Macam Kerja Pikir Diajarkan
5 4
3 2
Evaluasi Analisis dan sintesis
Aplikasi Komprehensif
Berpikir kreatif atau berpikir memecahkan masalah
Berpikir menguraikan dan menggabungkan
Berpikir menerapkan Berpikir dalam konsep dan
belajar pengertian