Hasil Analisis dan Pembahasan Indikator Setiap Karateristik PMRI

f. Pertemuan 6 Pada pertemuan terakhir ini dilaksanakan dari pukul 08.45 WIB - pukul 09.20 WIB. Kegiatan ini diisi dengan kegiatan evaluasi kompetensi dasar 8.2 yaitu menentukan jaring-jaring balok dan kubus. Proses pembelajaran hari ini diawali dengan guru mengucapkan salam dan menyiapkan siswa dalam mengikuti kegiatan evaluasi. Pada kegiatan evaluasi yang kedua ini juga diikuti oleh 28 siswa. Guru memberikan aturan dalam mengikuti proses evaluasi serta penjelasan mengenai cara pengerjaan soal evaluasi. Guru membagikan soal evaluasi dan mengingatkan kepada siswa agar tidak lupa memberi nama dan nomer absen. Guru memberikan waktu pengerjaan soal evaluasi dengan waktu 20 menit. Siswa mulai mengerjakan soal evaluasi. Kegiatan akhir diisi guru dengan meneliti pekerjaan siswa, apabila ada yang belum diberi nama atau jawaban belum lengkap, siswa diminta untuk memperbaikinya. Kegiatan ini diakhiri dengan guru meminta siswa untuk menyiapkan buku pelajaran dengan jadwal selanjutnya.

2. Hasil Analisis dan Pembahasan Indikator Setiap Karateristik PMRI

Pada analisis karateristik PMRI ini, peneliti menggunakan indikator- indikator yang telah dipakai pada penelitian sebelumnya. Karateristik PMRI dianalaisis berdasarkan implementasi perangkat pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh peneliti. Penandaan Trankripsi dengan X y : Z Keterangan : X = pertemuan ke- y = karakteristik PMRI ke- 1. Penggunaan konteks, 2. Penggunaan Model, 3. Penggunaan kontribusi siswa, 4. Penggunaan interaktivitas, 5. Pemanfaatan keterkaitan Z = baris trankripsi 1 Indikator Karateristik Penggunaan Konteks a Menggunakan masalah kontekstual 1 Menggunakan cerita yang dekat dengan kehidupan siswa Pada pertemuan pertama, keempat dan kelima pada pembelajaran ini, guru menyajik an sebuah cerita yang berjudul ”Paijo dan Kotak Ajaib”. Cerita ini sebagai kegiatan apersepsi pada pertemuan pertama, keempat dan kelima. Berikut transkripsi dari kegiatan pembelajaran yang menggambarkan indikator ini yang terdapat pada transkripsi I 1 : 41 – 52. 41 G : ”Tapi kita tidak bobok karna ini bukan cerita mau bobok. Konon, konon katanya di hutan tinggal seorang anak yang sangat kumal. ” 42 BS : ”Kumal ki opo apa bu?” 43 G : ”Karena tidak pernah membersihkan badan, ra tau adus tidak pernah mandi, anak itu bernama Paijo. ” 44 SS : “Hahahaha” 45 G : ”Sing ra tau adus koyo Paijo Yang tidak pernah mandi seperti Paijo. Pada suatu malam, anak itu bermimpi bertemu dengan seorang kakek. Didalam mimpinya kakek itu berpesan agar ia pergi ke sebuah gua untuk mengambil kotak ajaib. Tiba-tiba terdengar suara ayam berkokok. Berarti sudah? ” 46 BS : ”Pagi.” 47 G : ”Dan membangunkan Paijo. Setelah matahari terbit, karna tadi ingat mimpinya ya, terus setelah matahari terbit, dia bergegas pergi kesebuah gua di tengah hutan. Sesuai dengan yang dipesankan oleh sang kakek didalam mim …” 48 BS : ”pi” 49 G : ”Setalah sampai dipintu gua, dengan perasaan takut dan penasaran, Paijo mulai memasuki gua. Sesampainya didalam gua, dia menemukan sebuah kotak, ketika Paijo hendak membuka kotak tersebut, terdengar suara kakek yang ada didalam mimpinya, Hey...Paijo. ” 50 SS : ”hahahahahahaha” 51 G : ”Paijo pun terjatuh dan kaget. Kakek berkata, anakku Paijo, pergunakanlah kotak tersebut dengan baik, kemudian Paijo bangun, mau kan tibo to terus kaget, bangun dan mendekati kotak tersebut dengan ragu-ragu. Diberanikan dirinya untuk membuka kotak tersebut, kemudian Paijo mengeluarkan benda-benda dari dalam kotak ajaib satu persatu. Paijo tampak kebingungan namun tidak ada seorangpun. Ki nde’e sopo kotak iki? Opo isine? Kotak iki nggo ngopo iki? Nah, maukah kalian memban tu Paijo menyelesaikan kebingungan?” 52 BS : ”Mau.” Cerita diatas menunjukan bahwa guru telah menggunakan cerita untuk menyajikan masalah kontekstual mengenai seorang anak yang bernama Paijo yang mencari kotak ajaib kepada siswa. Selain data yang disebutkan di atas, penggunaan cerita yang dekat dengan kehidupan siswa yaitu pada pertemuan keempat dan kelima. Cerita yang disampaikan pada pertemuan k empat dan k lima ini adalah lanjutan dari pertemuan pertama yang dapat dilihat pada transkripsi IV 1 : 14 – 26 dan 94 - 105. Transkripsi tersebut tentang sorang anak yang bernama Paijo akan membuat kotak kado yang berbentuk seperti di dalam kotak ajaib. Dari transkripsi tersebut, dapat dilihat bahwa guru sudah memunculkan masalah kontekstual secara maksimal dengan sebuah cerita yang disukai anak-anak. 2 Permasalahan kontekstual yang disampaikan mampu mengarahkan siswa menemukan konsep Pada saat guru menyampaikan masalah kontekstual dengan mengajukan pertanyaan mengenai benda-benda yang ada di kotak ajaib diharapkan dapat membantu siswa untuk menemukan konsep yang dapat dilihat pada transkipsi II 1 : 94 - 108 yaitu: 94 G : “Anak-anak bisa menyebutkan contoh bangun kubus disekitar kita? Yo ? pernah melihat bangun kubus contohnya silahkan” 95 S : “Almari.” 96 G : “Ni almari kubus?” 97 BS : “Bukan.” 98 G : “Apakah semua sisinya sama?” 99 BS : “Nggak.” 100 G : “Nggak.” 101 S : “Kotak.. Kardus bu..” 102 G : “Kardus ada yang kubus. Tau rubik ? tau gak rubik itu apa ?” 103 S 2 : “Tau.” 104 S : “Dadu.” 105 G : “Rubik balok po kubus ?” 106 S : “Balok.” 107 G : “Balok po kubus?” 108 BS : “Kubus .” Pada transkripsi tersebut guru memberikan pertanyaan mengenai contoh benda yang berbentuk kubus yang ada disekitar siswa. Selain pada transkripsi di atas, pada transkripsi I 1 : 290 – 297, II 1 : 69 -71, II 1 : 174 – 175, dan II 1 : 277 – 280 guru memberikan contoh benda konkret yang ada dalam kotak ajaib yang seperti kotak lampu, kotak obat, kotak makanan dan lain-lain yang sering dijumpai oleh siswa. Adanya benda nyata atau konkret dapat membantu siswa menemukan konsep sifat-sifat balok dan kubus. Dapat disimpulkan bahwa penyajian permasalahan kontekstual yang mengarahkan siswa menemukan konsep sudah muncul. Gambar 4.1 Siswa dalam kelompok sedang berdiskusi menggunakan kotak obat Selain pada transkripsi, pada kegiatan diskusi siswa juga menggunakan media konkret berupa kotak obat, kotak makanan dan kotak lampu untuk menyelesaikan LKS. Dari hasil transkipsi dan gambar tersebut, dapat dilihat bahwa penggunaan masalah kontekstual dapat membantu siswa dalam membangun konsep telah muncul. 3 Permasalahan kontekstual yang disampaikan mudah dimengerti siswa Masalah kontekstual yang diberikan guru kepada siswa akan memudahkan siswa untuk membangun pengetahuannya untuk membayangkan masalah tersebut. Masalah kontekstual yang disajikan guru berbentuk cerita yang dapat dilihat ditraskripsi I 1 : 55 – 58, IV 1 : 21 – 29 dan V 1 : 94-104. Berikut transkripsi IV 1 : 21 – 29 yaitu: 21 G : ”Kotak yang telah ditemukan oleh paijo dari dalam goa, kemudian dibawa pulang oleh Paijo. Dulu paijo yang menemukan kotak to dalam gua?” 22 S2 : ”Iya.” 23 G : ”Diambil lalu diambil, sesampainya dirumah, paijo kembali membuka kotak tersebut dan mengeluarkan isinya diartas meja. Paijo teringat bahwa temannya akan berulang tahun minggu depan. Paijo telah mempersiapkan kado yang akan diberikan kepada ketemennya disaat ia akan datang kepesta ulang tahun temennya itu. Tetapi paijo binggung, bagaimana akan membungkus kadonya itu? Paijo mencoba memasukan kado kedalam kotak-kotak tersebut tetapi kado yang disiapkan Paijo tidak dapat masuk ke dalam kotak tersebut. kok bisa ya? Kemudian dia berpikir, bagaimana caranya membuat kotak dalam ukuran yang lebih besar untuk membungkus kado dengan bentuk yang sama. Nanti kalian ikut berfikri Membantu Paijo. Bagaimana caranya membuat kotak dalam bentuk dan ukuran yang lebih besar. Kan kotak e kekecilan jadi gak bisa masuk. Kamu nanti kamu ikut berfikir ya Ow sing arep cerita mas Ibnu.” 24 S2 : ”Gak” 25 G : ”Kita dengarkan ceritanya mas Ibnu. Piye kok meneng? Dirungoke je. Bagaimana caranya kamu nanti membantu paijo membuat kotak yang lebih besar untuk membungkus kado dengan bemtuk yang sama. Setelah lama berpikir, paijo memberanikan diri untuk membuat kotak kado dalam ukuran yang lebih besar, jadi kado yang disiapkan paijo dapat dimasukkan ke dalam kotak. Apakah kalian mau membantu Paijo?” 26 SS : ”Mau.” 27 G : ”Kita dengarkan ceritanya mas S 2 . Piye kok meneng? Dirungoke je. Bagaimana caranya kamu nanti membantu paijo membuat kotak yang lebih besar untuk membungkus kado dengan bemtuk yang sama. Setelah lama berpikir, paijo memberanikan diri untuk membuat kotak kado dalam ukuran yang lebih besar, jadi kado yang disiapkan paijo dapat dimasukkan ke dalam kotak. Apakah kalian mau membantu Paijo? ” 28 SS : ”Mauuu.” 29 G : ”Nah hari ini, kita akan belajar membuat kotak-kotak tersebut. kotaknya dalam bentuk kubus. Nanti kalian membuat jaring-jaring kubus. Sebelum pelajaran membuat kubus, kalian jiplak dulu jaring-jaringnya, kemudian menggambar, kemudian baru membuat jaring-jaring kubus. Udah buat alatnya? Penggaris .” Dari transkripsi tersebut dapat ditunjukan bahwa permasalahan kontekstual yang disampaikan mudah dimengerti siswa sehingga siswa dapat membayangkan masalah yang harus diselesaikan. Dapat disimpulkan penggunaan permasalahan kontekstual sudah digunakan guru dan muncul dalam kegiatan pembelajaran ini. b Menggunakan Permainan 1 Permainan yang digunakan membangkitkan semangat siswa Permainan saat pembelajaran dapat membangkitkan semangat siswa dalam belajar sehingga dalam pembelajaran ini guru memberi permainan pada pertemuan satu, tiga dan empat. Berikut transkripsi pembelajaran yang menggambarkan permaianan yang diberikan siswa yaitu “Tirukan Aku” yang dapat dilihat pada transkripsi yaitu III 1 : 21 – 34. 21 G : ”Saking konsentrasine Sangat konsentrasi. Siap urung mburi Siap belum yang belakang ?” 22 BS : ”Siappppp.” 23 Siswa melakukan permainan. 24 G : ”Pegang telingga.” 25 Siswa memegangi telinga mereka walaaupun yang dipegegng guru adalah hidung. Namun ada beberapa siswa yang memegang hidung seperti yang dilakukan guru mereka. 26 BS : ”hahahahhaha” 27 G : ”Haiyo siapa yang tidak memengang telinga? Telingganya pindah” 28 G : ”Haiyoooo.” 29 SS : ”hahahahahahaha.” 30 S 7 : ”Telinga lho.....” 31 G : ”Lho lak wis ngalamun Kok sudah melamun. Pegang ……….. hidung” 32 SS : ”Hahahahha.” 33 G : ”Ayo hidung siapa yang pindah? Pegang udele pusar masing-masing ” guru memegang dengkul. 34 Siswa tertawa saat guru memerintahkan mereka memegang pusar mereka. ada yang sibuk membuka baju, ada yang kebingunggan. Dikegiatan tersebut siswa diberikan permainan untuk membangkitkan semangat siswa dalam belajar. Siswa tampak bersemangat dan senang ketika guru mengajak mereka bermain. Permaian juga dilaksanakan pada pertemuan pertama dan keempat. Pada transkripsi I 1 : 58 - 75 yaitu mencocokan gambar kotak makanan atau kotak sabun yang ada dalam kertas dengan teman yang lain, jika gambar sama maka m enjadi satu kelompok. Selain permainan “Tirukan aku” juga ada sebuah permainan “Temukan Aku” yang dapat dilihat pada transkripsi IV 1 : 33 - 78. Selain permainan, pembelajaran pada pertemuan pertama dan kedua, guru memberikan keyword atau yel-yel yang diserukan saat pembelajaran berlangsung yaitu “Kelas Empat…. Geometri, Asyik-Asyik Yes”. Gambar 4.2 Guru dan siswa sedang menyerukan yel-yel Berdasarkan transkripsi diatas dapat disimpulkan bahwa permainan mampu membuat siswa terlihat senang dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran sehingga indikator menggunakan permainan untuk membangkitkan semangat siswa telah muncul. 2 Permainan menggambarkan apa yang akan dipelajari Permainan yang digunakan untuk membangkitkan semangat siswa juga dapat digunakan untuk mengenalkan materi yang dipelajari. Pada permainan yang digunakan guru seperti mencari kelompok untuk berdiskusi. Permainan dapat dilihat pada transkripsi yaitu I 1 : 118 – 122. 118 G : ”S 5 ambil. S 8 ” Guru memanggil satu persatu peserta didik untuk mengambil undian sebagai cara untuk membagi kelas menjadi kelompok kecil. Peserta didik mencari teman kelompoknya untuk berdiskusi. Suasana kelas sangat ramai saat pembagian kelompok. 119 G : ”Udah? Terus duduk. Kacang telor, disini. Gone S 7 sini. Ya … S 13 di sini… S 25 disana .” 120 S21 : ”Bawa peralatan bu?” 121 G : ”Ya bawa peralatan. Kacang telor… kacang telor. Udah dapet? ” 122 G : ”Satu.. Dua.. Tiga.. Empat..Lima.. Enam.. Tujuh.. Delapan.. Sembilan.. Sepuluh … Guru menenangkan siswa. Regu Promina sudah? ” Pembagian kelompok yang dilakukan dengan permainan. Permainan ini dilakukan dengan cara membagikan undian yang berisi gambar kotak yang berbentuk balok seperti bungkus pasta gigi, bungkus makanan, atau kardus lain yang sering dijumpai siswa. Semua siswa dibagi satu undian kemudian siswa berkumpul dengan siswa lain yang memiliki gambar sama. Nama kelompok menggunakan merek pada gambar yang diperoleh masing-masing kelompok. Selain itu juga keyword atau yel-yel yang diserukan saat pembelajaran yang diterapkan saat pembelajaran pada pertemuan satu dan dua. Keyword dapat dilihat pada transkrip I 1 : 30 – 38 dan II 1 : 22 – 32. Keyword ini memiliki tujuan untuk mengingatkan siswa bahwa materi yang sedang dipelajari adalah geometri khususnya bangun ruang. Dari transkripsi yang dijabarkan diatas dapat disimpulkan bahwa permainan dapat membantu siswa untuk mengenal pembelajaran yang akan dipelajari. Dalam hal ini guru telah memunculkan indikator penggunaan permainan untuk menggambarkan apa yang akan dipelajari. c Menggunakan media dan alat peraga 1 Media dan alat peraga yang digunakan mudah ditemukan atau dekat dengan peserta didik Media atau alat peraga yang ditemukan di sekitar siswa juga termasuk dalam pengggunaan konteks karena siswa telah mengenal benda tersebut tanpa guru harus menjelaskan. Penggunaan media dapat dilihat pada transkripsi II 1 : 69 – 73. 69 G : ”enam. Ada rusuk, ada sisi, ada titik sudut. Titik sudutnya ada berapa?” 70 BS : ”Delapan.” 71 G : ”Sudut ki pojok, pojoknya ada berapa ?” 72 BS : ”Delapan.. Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan. ” 73 SS : Siswa menghitng bersama-sama titik sudut yang ditunjuk oleh guru pada kotak ajaib. “Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan.” Selian transkripsi di atas, guru juga mengggunakan media yang sering dijumpai siswa untuk dibagikan ke siswa untuk berdiskusi kelompok. Berikut foto media yang digunakan: Gambar 4.3 Media bangun balok Gambar 4.4 Siswa sedang mengeksplorasi media kubus dengan kotak makanan Media yang digunakan untuk pembelajaran ini adalah kotak makan, kardus lampu, kotak obat dan kotak teh. Media pembelajaran ini digunakan pada pertemuan pertama, dua, empat dan lima. Berdasarkan uraian di atas penggunaan media mudah ditemukan siswa disekitarnya sehingga media yang digunakan adalah benda kontekstual. Dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran yang digunakan sudah dekat atau ditemukan di sekitar siswa sehingga indikator ini sudah muncul. 2 Media dan alat peraga dapat menarik perhatian siswa Media atau alat peraga yang baik adalah media yang dapat menarik perhatian siswa sehingga siswa mempunyai keinginan untuk belajar. Dapat dilihat pada transkrip I 1 : 123 - 128 yaitu: 123 Guru membagikan media yang ada di dalam kotak ajaib. Anak-anak ramai mencari teman kelompoknya, kursi. 124 S 28 : ”Bu dibuka?” 125 G : ”Nanti. Jangan dibuka ya” 126 S 28 : ”Boleh dibukakan?” 127 G : ”Kotaknya dilarang dibuka.” 128 G : ”Kelompok mana yang belum dapat benda? Ada yang belum dapat benda dari kotak ajaib? Benda itu jangan dibuka Nanti bomnya meledak. Sekarang ditulis nama anggotanya. ” Selain transkripsi tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini yang menunjukan bahwa siswa tertarik pada media yang diberikan guru. Gambar 4.5 Siswa sedang berdiskusi menggunakan media balok dengan kardus lampu Gambar 4.6 Siswa sedang berebut untuk membongkar bangun kubus Dilihat dari kegiatan pembelajaran yang menggunakan media yang ada di sekitar siswa bahwa pembelajaran lebih menarik sehingga siswa antusias mengikuti pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sudah memunculkan penggunaan media dan alat peraga. d Menggali pengetahuan awal yang digali sesuai dengan materi 1 Pengetahuan awal yang digali sesuai dengan materi Pada awal pembelajaran di pertemuan kedua ini, guru memberikan materi berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki peserta didik. Kegiatan tersebut dapat dilihat pada transkripsi I 1 : 150 – 154, II 1 : 33 – 40 dan II 1 : 92 – 108. Transkripsi dari I 1 : 150 – 154 yaitu: 150 G : ”Bendanya berbentuk apa?” 151 BS : ”Persegi panjang.” 152 G : ”Bangun ruang kok persegi panjang.” 154 G : ”Nama benda yang kamu dapatkan itu lho. Nama benda yang kamu dapatkan” 154 S 19 : ”Owh alah, balok jenenge Ow… balok namanya.” Dari hasil transkripsi di atas dapat dikatakan guru telah menggali pengetahuan awal siswa sehingga siswa dapat menemukan konsep yang dibangun siswa sendiri. Jadi indikator menggali pengetahuan awal siswa mengenai bangun ruang balok sudah muncul dalam proses pembelajaran. e Mengaitkan masalah kontekstual dengan materi matematika yang dipelajari Masalah kontekstual yang disajikan guru berbentuk cerita. Cerita ini sering dijumpai siswa ketika akan membungkus sesuatu. Cerita tersebut dapat dilihat ditraskripsi IV 1 : 23 – 29 yaitu: 23 G : “Kotak yang telah ditemuakan oleh paijo dari dalam goa, kemudian dibawa pulang oleh Paijo. Dulu paijo yang menemukan kotak to dalam gua?” 24 S 2 : “Iya.” 25 G : “Diambil lalu diambil, sesampainya dirumah, paijo kembali membuka kotak tersebut dan mengeluarkan isinya diatas meja. Paijo teringat bahwa temannya akan berulang tahun minggu depan. Paijo telah mempersiapkan kado yang akan diberikan kepada ketemennya disaat ia akan datang kepesta ulang tahun temennya itu. Tetapi Paijo binggung, bagaimana akan membungkus kadonya itu? Paijo mencoba memasukan kado kedalam kotak-kotak tersebut tetapi kado yang disiapkan Paijo tidak dapat masuk ke dalam kotak tersebut. kok bisa ya? Kemudian dia berpikir, bagaimana caranya membuat kotak dalam ukuran yang lebih besar untuk membungkus kado dengan bentuk yang sama. Nanti kalian ikut berfikri Membantu Paijo. Bagaimana caranya membuat kotak dalam bentuk dan ukuran yang lebih besar. Kan kotak e kekecilan jadi gak bisa masuk. Kamu nanti kamu ikut berfikir ya Ow sing arep cerita mas S 2 . Ow yang mau cerita Mas S 2 ” 26 S 2 : “Gak” 27 G : “Kita dengarkan ceritanya mas S 2 . Piye kok meneng? Dirungoke je. ” Bagaimana kok diam? Didengerin “Bagaimana caranya kamu nanti membantu paijo membuat kotak yang lebih besar untuk membungkus kado dengan bentuk yang sama. Setelah lama berpikir, paijo memberanikan diri untuk membuat kotak kado dalam ukuran yang lebih besar, jadi kado yang disiapkan paijo dapat dimasukkan ke dalam kotak. Apakah kalian mau membantu Paijo?” 28 SS : “Mauuu.” 29 G : “Nah hari ini, kita akan belajar membuat kotak-kotak tersebut. kotaknya dalam bentuk kubus. Nanti kalian membuat jaring-jaring kubus. Sebelum pelajaran membuat kubus, kalian jiplak dulu jaring-jaringnya, kemudian menggambar, kemudian baru membuat jaring-jaring kubus. Udah bawa alatnya? Penggaris .” Dari hasil transkripsi di atas, guru memberikan masalah yang kontekstual dengan cerita “Paijo dan Kotak Ajaib”. Masalah yang diangkat yaitu bagaimana cara membuat kotak kado dengan bentuk balok atau kubus. Dari masalah tersebut siswa perlu mengetahui jaring-jaring balok atau kubus terlebih dahulu sebelum membuat balok atau kubus. Masalah tersebut sering dijumpai siswa sehingga proses pembelajaran sudah memunculkan indikator mengaitkan masalah kontekstual dengan materi matematika yang akan dipelajari. 2 Indikator Karateristik Penggunaan Media a Penggunaan strategi informal oleh siswa dalam pemecahan masalah Strategi informal dibutuhkan siswa untuk membangun pengetahuan awalnya. Diharapkan dari pengetahuan awal yang dimiliki, siswa dapat memecahkan maslah yang dihadapinya. Penggunaan strategi informal ini dapat dilihat saat siswa membuat jaring-jaring kubus pada pertemuan keempat. Dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 4.7 Siswa sedang membongkar media kubus Gambar 4.8 Siswa mendapatkan rebahan dari bangun kubus dengan bentuk salib Gambar 4.9 Siswa mendaptkan jaring-jaring kubus yang berbeda Ada beberapa macam jaring-jaring kubus yang diperoleh siswa dari kegiatan membongkar kotak makanan yang disediakan. Seluruh media dibongkar dengan cara yang sama namun hasilnya berbeda-beda. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaaan strategi informal bermanfaat bagi siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Adanya dukungan media pembelajaran sehingga kemunculan penggunaan strategi informal dapat muncul dalam proses pembelajaran. b Penggunaan strategi formal oleh siswa dalam pemecahan masalah 1 Memodelkan masalah dalam kalimat matematika Dalam pembelajaran matematika ini, memodelkan masalah dalam kalimat matematika belum nampak karena pada pembelajaran matematika siswa tampak mengikuti arahan dari guru dan guru juga tidak menggunakan kalimat matematika saat menjelaskan materi bangun ruang. 2 Menggunakan rumus matematika dalam pemecahan masalah Indikator penggunaan rumus matematika dalam pemecahan masalah tidak muncul dalam proses pembelajaran karena materi yang dipelajari penelitian ini mempelajari materi mengenai sifat-sifat dan jaring-jaring bangun ruang kubus dan balok. Pada materi ini tidak memerlukan penggunaan rumus matematika dalam pemecahan masalahnya. 3 Menggunakan langkah-langkah matematis dalam pemecahan masalah Penggunaan langkah-langkah matematis dalam membantu siswa dalam pemecahan masalah. Langkah-langkah tersebut dapat dilihat dari proses pembuatan bangun kubus. Berikut langkah-langkahnya yaitu pertama siswa mengamati benda yang diberikan guru, kemudian siswa diminta untuk membongkar kotak makanan agar siswa mendapat rebahan dari bangun kubus. Gambar 4.10 Siswa sedang mengamati benda yang diberikan oleh guru Gambar 4.11 Siswa sedang membongkar kotak makanan yang berbentuk kubus Setelah membongkar kotak makanan, siswa menjiplak hasil rebahan yang diperoleh dari langkah sebelumnya. Gambar 4.12 Siswa sedang menjiplak hasil rebahan kubus Langkah keempat yaitu menggambar jaring-jaring kubus dikertas manila atau karton yang telah disediakan dengan ukuran yang berbeda. Gambar 4.13 Siswa bersama kelompok membuat jaring-jaring kubus Setelah siswa mendapatkan gambar jaring-jaring kubus yang dilakukan adalah menggunting gambaran tersebut yang kemudian dibentuk menjadi bangun ruang kubus. Gambar 4.14 Siswa menggunting hasil gambar jaring-jaring kubus Gambar 4.15 Siswa membentuk bangun kubus dari gambar jaring-jaring kubus yang dipotong Uraian di atas adalah uraian langkah-langkah membuat bangun kubus. Pada pembuatan bangun balok sama dengan langkah-langkah pembuatan bangun kubus. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ini telah memunculkan langkah-langkah matematis dalam pemecahan masalah. c Pembimbingan oleh guru dalam menjembatani strategi informal peserta didik ke strategi formal 1 Guru memberi pertanyaan yang mengarah ke strategi formal Kegiatan pembelajaran oleh guru diarahkan ke strategi formal dengan memberi pertanyaan kepada siswa. Kegiatan ini dapat dilihat pada transkripsi V 2 : 164 – 165. 164 G : “Ya. Semua sudah dijiplak? Jika sudah dijiplak kamu isi LKSnya, sambil diisi LKSnya. Diisi berdasarkan diskusimu tadi. Terdiri dari berapa sisi? 165 S : “Enam.” Transkripsi di atas menunjukan guru memberikan pertanyaan mengenai jumlah sisi berdasarkan hasil rebahan jaring-jaring kubus. Selain transkripsi tersebut, pada hasil transkripsi IV 2 : 356 – 369 guru memberikan pertanyaan mengenai pengertian jaring-jaring kubus berdasarkan hasil diskusi kelompok. Dari hasil transkripsi tersebut dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang mengarahkan siswa ke strategi formal muncul namun pertanyaan guru masih terkesan mendikte jawaban siswa selain itu guru masih menunjuk salah satu siswa untuk menjawab. 2 Guru memberi soal dengan konteks lain yang mengarah ke strategi formal Pembimbingan oleh guru dalam menjembatani strategi informal peserta didik ke strategi formal dengan guru memberi tugas membuat bangun kubus dengan ukuran yang berbeda yang dapat dilihat pada transkripsi IV 2 : 227. Berikut hasil transkripsinya: 227 G : “Kegiatan belajar dua, dengarkan gambarlah sebuah jaring- jaring kubus. Nikan jaring-jaring kubus yang berbeda ukurannya, boleh lebih besar boleh lebih kecil dari ini. Sampai sini jelas belum? ” sambil memegang hasil jaring-jaring kubus Pada transkripsi diatas guru telah memberikan konteks untuk menuju ke strategi formal, sehingga indikator ini muncul maksimal dalam proses pembelajaran. Selain itu pada transkripsi I 2 : 51, II 2 : 94 dan V 2 : 104 juga menunjukan bahwa guru telah menjebati siswa dari tahap informal ke tahap formal. Dari transkripsi diatas dapat dikatakan bahwa indikator ini sudah muncul dalam proses pembelajaran. 3 Guru memberi contoh analogi yang mengarah ke strategi formal Ketika proses pembelajaran sedang berlangsung, guru memberikan contoh anologi untuk mengarahkan siswa ke startegi formal. Kegiatan tersebut dapat dilihat pad transkrpsi II 2 : 61 – 62 yaitu: 61 G : “Ada enam sisi, tembok kalau kamu bingung le mbayangke ki. Terus ada berapa rusuk? cagak e? ” Ada enam sisi, dinding kalau kamu bingung ngebayangin. Terus ada berapa rusuk? Tiangnya? 62 SS : “Dua belas.” Guru menganalogikan rusuk diibaratkan cagak tiang. Selain itu pada traskripsi I 2 : 312 – 313 yang menganalogikan pojok menjadi titik sudut. Sedangkan pada transkripsi I 2 : 198, guru menganolagikan tekuk- tekuan lipatan-lipatan menjadi garis yang pada bangun ruang adalah rusuknya. Dengan adanya analogi yang diberikan guru kepada siswa, sehingga siswa mudah untuk memahami materi yang diajarkan. Siswa dapat membayangkan bahwa rusuk itu seperti tiang sebuah bangunan. Dari uraian diatas dapat dilihat kemunculan contoh analogi yang mengarah ke strategi formal dalam proses pembelajaran sudah muncul. 3 Indikator Karateristik Penggunaan Kontribusi Siswa a Pengungkapan berbagai strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah 1 Munculnya berbagai cara yang digunakan dalam pemecahan masalah oleh siswa Dalam kegiatan pembelajaran ditemukan berbagai macam cara yang digunakan siswa dalam memecahkan masalah. Berikut gambar yang dapat menunjukan munculnya cara siswa dalam memecahkan masalah. Gambar 4.16 Hasil rebahan balok dari kelompok 2, 3 dan 6. Gambar 4.17 Hasil rebahan kubus dari kelompok 1 Gambar 4.18 Hasil rebahan kubus dari kelompok 2 Gambar 4.19 Hasil rebahan kubus dari kelompok 7 Dalam penggunaan media, siswa memiliki cara berbeda-beda untuk menemukan cara memotong bangun balok atau kubus menjadi sebuah jaring-jaring balok dan kubus sehingga bentuk jaring-jaringnya berbeda antara kelompok satu dengan yang lain. Berdasarkan gambar-gambar di atas telah menunjukan adanya pengungkapan berbagai strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah sudah muncul saat proses pembelajaran. 2 Pemberian waktu yang mencukupi kepada peserta didik dalam pemecahan masalah Pada setiap kegiatan pada pembelajaran membutuhkan waktu. Dalam pembelajaran ini guru sudah memberikan waktu anak-anak disetiap kegiatan. Dapat dilihat pada transkrip I 3 : 136 – 138. 136 G : “Diberi nama dulu. Yang udah dapet diberi nama dan nomer absen. Diberi nama dulu Semua punya nama dan nomer absen to? Beri nama dan nomer absen Sudah dapat semua? Kalau sudah diberi nama, dibuka, dibaca LKS nya. Dibaca petunjuknya, kamu kerjakan sesuai dengan petunjuknya. Waktunya berdiskusi 30 menit ya. ” 137 Semua siswa dalam kelompok mulai berdiskusi untuk menyelesaikan LKS 138 G : “Eh … ibu beri waktu diskusinya 15 menit saja.” Transkripsi tersebut menunjukan guru memberikan waktu kepada siswa untuk berdiskusi bersama. Pemberian waktu tidak hanya pada kegiatan diskusi, pada kegiatan evaluasi guru juga memberikan waktu. Dapat dilihat pada transkripsi I 3 : 352, II 3 : 385, III 3 : 55-57, V 3 : 326 dan VI 3 : 25. Salah satu transkripsi tersebut yaitu : 55 G : “Waktunya tiga puluh menit dari sekarang. Dua puluh menit ding.” 56 BS : “Haa?” 57 G : “Waktunya dua puluh menit dari sekarang” Selain dari transkrip yang telah disebutkan di atas, dapat dilihat transkrip yang memperlihatkan guru memberikan waktu saat presentasi. Transkripsi dapat dilihat I 3 : 230 yaitu: 230 G : “Yok cepet, 5 menit saja. Yang lainnya mendengarkan temanmu yang presentasi. Terus nanti diberi tanggapan dari dua kelompok tadi. Yo yang lainnya. yuk S 7 ” Dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran sudah memunculkan pemberian waktu untuk siswa dalam membangun konsep pengetahuannya. 3 Pemilihan media oleh siswa yang digunakan dalam pengungkapan strategi yang digunakan Siswa diberi media pembelajaran berupa kotak lampu, kotak makanan, kotok obat dan lain-lain. Tujuan dari pemberian media pembelajaran ini adalah untuk memfasilitasi siswa dalam pengungkapan strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah. Berikut gambar yang menunjukan bahwa siswa memilih media sendiri. Gambar 4.20 Siswa sedang mengambil media dalam kotak ajaib yang diedarkan guru Selain gambar, ada beberapa transkripsi video yang menunjukan siswa diberi kesempatan untuk memilih media pembelajaran yaitu II 3 : 116 dan IV 3 : 94. Berdasarkan gambar dan transkripsi di atas dapat disimpulkan bahwa pemilihan media pembelajaran oleh siswa telah memunculkan dalam pengungkapan strategi. b Pemberian tanggapan terhadap strategi yang digunakan 1 Siswa memberi komentarsaran terhadap hasil pekerjaan siswa lain Siswa saat pembelajaran diharapkan mampu membangun pengetahuannya sendiri. Pemberian komentarsaran terhadap pekerjaan teman lain adalah salah satu cara membangun pengetahuannya. Selain itu menjadi bukti adanya kontribusi siswa terhadap pembelajaran. Berikut transkripsi IV 3 : 264 – 271 yang menunjukan adanya pemberian komentarsaran terhadap pekerjaan temannya. 264 Kelompok S 24 sudah menyelesaikan dalam membuat jaring-jaring kubus bahkan sudah digunting dengan rapi sehingga hanya tinggal membuat bangun kubus. 265 S 24 : “Dolanan wae. Ngene to? Mainan saja. Beginikan?” 267 S 27 : “Iki ngene. Ini begini.” 268 S 24 : “Lah iki engko lem, ngeneki. Lah ini nanti lem, begini” 269 S 12 : “Iki gunting wae Ini gunting saja.” Menunjuk bagian yang sebaiknya digunting. 270 S 24 : ”Men roto. Biar rata.” 271 S 21 : ”Kene to sini to? Gunting wae Gunting Aja” Melakukan saran dari S 12 . Selain transkripsi di atas masih ada transkripsi yang menunjukan pemberian sarankomentar terhadap pekerjaan temannya. Dapat dilihat pada transkripsi I 3 : 174 – 177, IV 3 : 102 – 103 dan IV 3 : 126 – 135. Berdasarkan uraian di atas dapat dismpulkan bahwa pemberian komentarsaran atas pekerjaan teman ini mampu memunculkan kontribusi siswa. 2 Siswa menyimpulkan hasil pelajaran guru hanya mengarahkan siswa Pada kegiatan inti, kegiatan dibagi menjadi kegiatan eksporasi, kegiatan elaborasi dan kegiatan konfirmasi. Dalam kegiatan konfirmasi, siswa menyimpulkan hasil belajar yang telah dipelajari. Kegiatan ini dapat dilihat pada transkripsi II 3 : 348 – 349. 348 G : “Kubus. Berarti kesimpulannya apa tadi? kubus sifat- sifatnya apa?” 349 S 24 : “Mempunyai enam sisi, dua belas rusuk, dan delapan titik sudut.” Dalam kegiatan pembelajaran tersebut, guru kurang memunculkan siswa menyimpulkan hasil pelajaran dengan arahan guru karena guru hanya memberikan pertanyaan yang jawabannya singkat mengenai materi pelajaran. Sehingga dapat disimpulkan indikator siswa menyimpulkan hasil pelajaran dengan arahan guru sudah muncul. c Pemberian motivasi oleh guru kepada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya terhadap pemecahan masalah 1 Pemberian pertanyaan oleh guru untuk memancing siswa bertanya Saat proses pembelajaran siswa diberikan pertanyaan agar siswa bertanya sehingga siswa mampu mengungkapkan pendapatnya untuk memecahkan masalah. Kegiatan yang menunjukan bahwa guru memberikan pertanyaan kepada siswa dapat dilihat pada transkripsi I 3 : 155 – 158 yaitu: 155 G : “Kamu dapat benda apa ini?” 156 S : “Ini namanya benda apa?” 157 G : “Lha apa itu? Ini yang kamu amati Benda ini yang kamu amati. Ini dapet benda apa?” 158 S : “Boleh liat buku?” Selain trasnkripsi di atas juga dapat dilihat pada transkripsi II 3 : 78 – 79 dan II 3 : 190 – 193. Dari transkripsi diatas menunjukan bahwa guru memberikan pertanyaan kepada siswa agar siswa dapat mengeluarkan pendapatnya untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Selaian itu pada traskripsi IV 3 : 142 – 146 yaitu 142 G : “Waktunya hanya terbatas lho Tiga puluh menit saja waktunya, buat diskusi tiga puluh menit, ayo gek ndang. Apa yang dimaksud jaring-jaring kubus? Untuk nomer tiga, jilpak dikertas yang disediakan .” 143 S 24 : “Ow jiplak? Berarti digambar?” 144 G : “Ya.” 145 S 19 : “Gambar bu?” 146 G : “Dijiplak.” Dari tarnskripsi diatas dapat disimpulkan bahwa siswa hanya bertanya mengenai hal-hal teknis. Dapat disimpulkan bahwa guru memberikan pertanyaan yang memancing siswa untuk bertanya muncul, namun guru mendominasi dalam memberikan pertanyaan kepada siswa. d Pemberian kesempatan oleh guru kepada siswa untuk mengungkapkan pendapat Kegiatan pemberian kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pendaptnya dalam setiap kegiatan pembelajaran. Kegiatan tersebut dapat dilihat pada trankripsi I 3 : 253. 253 G : “Ya kelompok yang lainnya, kelompok S 28 coba tanggapi gambarnya kelompok S 7 . Kelompoknya S 28 menanggapi kelompoknya S 7 . Dilihat gambar e gone angger gimana Dilihat punya Angger bagaimana ? ” Selain transkrip tersebut, pemberian kesempatan untuk mengungkapkan pendapat dari siswa dapat dilihat pada transkripsi I 3 : 270. 270 G : “udah, terus kelompok, kelompoknya S 19 , menanggapi yang kelompoknya pepsodent. ” Kegiatan yang sama juga dapat dilihat pada transkripsi II 3 : 182, II 3 : 188, dan II 3 : 204. Berdasarkan uraian transkripsi diatas, dapat disimpulkan bahwa guru telah memuculkan pemberian kesempatan kepada siswa mengungkapkan pendapatnya. e Pengajuan pertanyaan oleh siswa yang mengarah pada membangun konsep pembelajaran Pada indikator ini dapat dilihat pada transkripsi II 3 : 154 – 157 yaitu siswa memberikan pertanyaan yang diajukan kepada guru mengenai konsep pembelajaran yang belum dimengerti. 154 S 28 : ”Bu Haryati, seginya kan banyak. Bangun ruangkan bukan bidang datar? Maksudnya gimana?” 206 G : ”Benda tersebut memiliki apa dari sini? Bangun datar cuma satu po dalam bangun ruang? Haiyo… ada berapa itu?” 207 S : ”Empat.” 208 G : ”Lho kok empat? Kamu ngetung gak? Diitung bangun datarnya Mosok Cuma satu. Nek satu namanya bukan bangun ruang, mau wis diitung kok.” Guru berkeliling untuk melihat pekerjaan siswa. ”Diitung bangun datar yang menyusun bangun tersebut. Bangun datarnya ada satu po ada berapa? nek bidang datarnya cuma satu jadinya gak membentuk kotak.” Pada transkripsi diatas siswa sedang bertanya mengenai bangun ruang tetapi pertanyaan pada LKS bangun datar, siswa tersebut binggung. Kemudian guru menjelaskan bangun datar yang ada dalam bangun itu ada berapa. Namun siswa tersebut menjawab salah, sehingga guru meminta untuk menghitung kembali. Indikator pengajuan pertanyaan oleh siswa yang mengarah pada membangun konsep pembelajaran muncul namun guru masih mendominasi bertanya kepada siswa dan pertanyaan tersebut tidak memancing siswa untuk berpikir. 4 Indikator Karateristik Penggunaan Interaktivitas Siswa a Guru dan siswa 1 Membangun norma kelas Pada setiap pertemuan, diawal pembelajaran guru memberikan tata tertib saat mengikuti pembelajaran. Tata tertib tersebut disepakti siswa dan guru sehingga diharapkan terciptanya kondisi belajar yang tenang. Kegiatan pembangunan norma antara guru dan siswa dapat dilihat pada transkripsi I 4: 22 - 29, II 4 :18 - 20, IV 4 : 14 – 16, dan V 4 : 13 -22. Berikut ini transkripsi dari I 4: 22 - 29 yaitu: 22 G : “Kayak permainan. Seperti permainan ini ada peraturannya karna kita akan belajar tentng bangun ruang. Ada auturannya, Yang pertama jadi ada tata tertibnya nanti kalau melanggar tata tertib mendapatkan sanksi. Yang pertama, peserta didik, ya kamu ya anak-anak, tidak diperkenankan atau tidak boleh berbicara kepada guru, pendidik atau teman lain. Selama pelajaran ini tidak boleh berbicara. Dua, siswa yang akan bertanya menjawab atau ijin melakukan sesuatu misalnya ke kamar mandi, bicara bertanya, mengangkat tangan terlebih dahulu ditempatnya masing-masing angkat tangan, sebelum ditunjuk tidak boleh berbi….” 23 S : “Cara.” 24 G : “bertanya atau menjawab. Yang ketiga siswa menjaga ketertiban selama pelajaran berlangsung. Harus ter…..” 25 BS : “Tib.” 26 G : “Keempat, yang melanggar peraturan akan mendapatkan sanksi yaitu menggantikan regu piket mem bersihkan kelas.” 27 S 16 : “Yahhh.” 28 G : “Jadi piketnya bebas tugas digatikan oleh yang melanggar peraturan. Udah paham peraturannya?” 29 SS : “Paham.” Pada kenyataan pelaksanaannya masih ada siswa yang melanggar perarturan atau norma yang telah disepakati bersama ketika pembagian kelompok sedang berlangsung. Dapat dilihat pada transkripsi II 4 : 117 – 118 yaitu: 117 G : “Semua sama. Sudah dapat benda? ssttt... ingat ketika ibu guru berbicara, ketika orang lain berbicara apa yang kalian lakukan? sstttt... ” 118 S 11 : “Diam.” Selain itu pada kegiatan evaluasi juga terdapat pembanguan norma, yang dapat dilihat pada transkripsi III 4 : 8 -10 dan VI 4 : 9. Berikuti ini transkripsi dari III 4 : 8 -10. 8 G : “Sakit? ya. Sudah siap alat tulisnya? peraturan masih sama seperti kemarin, tidak boleh berbicara jika ada yang berbicara didepan, baik ibu guru ataupun teman-temannya. Jika mau ijin, bicara, bertanya, apa yang dilakukan? ” 9 BS : “Mengacungkan tangan.” 10 G : “Mengacungkan jari. Menjaga ketertiban, yang tenang tertib selama proses evaluasi berlangsung. Hari ini kita evaluaisi ya. Yang melanggar nanti mendapat sanksi waktu dikurangi dari peserta yang lain, kalau temenmu tiga puluh lima menit kamu dikurangi lima menit. Sebelum evaluasi kita lakukan, untuk penyegaran, melatih konsentrasimu, ibu punya game, permainan, namanya tirukan aku. ” Pemberian peraturan atau norma saat kegiatan evaluasi agar siswa mengerjakan soal dengan mandiri dan kegiatan evaluasi berjalan dengan baik. Berdasarkan trasnkripsi diatas, guru dan siswa telah memunculkan adanya pembangun norma kelas namun penggunaan norma kurang diterapkan. Hal ini dikarenakan guru kurang memberi peringatan kepada siswa yang tidak mematuhi peraturan dan siswa belum terbiasa dengan pemberian dan pelaksanaan peraturan selama pembelajaran berlangsung. 2 Mengadakan tanya jawab selama pembelajaran berlangsung Kegiatan pembelajaran yang baik adalah adanya interaksi antara guru dan siswa. Salah satu cara membangun interaksi adalah dengan mengadakan tanya jawab antara guru dan siswa. Pada pembelajaran ini dapat dilihat pada transkripsi I 4 : 150 – 161, I 4 : 230 – 24, I 4 : 278 – 291. Berikut ini salah satu hasil transkripsi dari II 4: 378 – 383 yaitu : 378 G : “Kalau sudah, sekarang kamu mengerjakan soal evaluasinya. Sendiri-sendiri, tidak boleh... ” 379 S : “Yang lain dikumpulin bu?” 380 G : “Ya nanti, sekalian ini.” 381 G : “Beri nama, nomor absen. Tidak boleh lihat buku.” 382 S : “Boleh lihat buku…” 383 G : “Tidak boleh lihat buku. Semuanya tidak boleh buku. Sudah ditulis belum? Ingat-ingat sifat balok, eh sifat kubus. Kerjakan sendiri-sendiri. Tadi memperhatikan gak tadi pas dijelasin tadi. Kalau kamu memperhatikan, kamu bisa mengerjakna soal evaluasi ini. Nyatet karo ngeling-ngeling, iki mesti durung dicatet to Mencatat sama mengingat, ini pasti belum dicatat ?” Kegiatan tanya jawab yang dilakukan antara guru dan siswa diatas mengenai aturan saat evaluasi berlangsung. Selain itu juga ada tanya jawab antara guru dan siswa yang mengukur pengetahuan siswa, dapat dilihat pada transkripsi II 4 : 327 – 338. 327 G : “Mana titik sudutnya? Lhooo menentukan titik sudut lak io ra reti. Lhooo menentukan titik sudut aja tidak tahu. ” 328 S 22 : “Pojoke kui lho Pojokannya itu lho” 329 S 8 mulai menghitung satu-satu pojok dari kubus Satu dua tiga… dua belas dan S 8 masih mengitung sampai ke empat belas. 330 G : “Lhohhhhhhhh???? Ada berapa?” 331 S 8 : “Delapan.” 332 G : “Ada berapa?” 333 S 8 : “Delapan.” 334 G : “Titik sudut itu yang mana?” 335 G : “Titik sudut itu yang mana aja? Makane kalau guru menerangkan, didengarkan. Tadi peraturannya bagaimana? Titik sudut atau pojoknya dilihat ayo…” 336 SS : “Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan.” Berhitung satu sampai delapan sesuai dengan titik sudut yang ditujuk ibu guru. 338 G : “Wolu yo pojoknya ini lho mas, pertemuan antara rusuk dengan rusuk ini, ada dela… Delapan ya pojokannya ini mas. ” 338 SS : “...pan.” Pada transkripsi diatas juga memperlihatkan guru mendominasi pertanyaan untuk siswa dan memancing siswa untuk menjawab dengan menekankan pada kata pertama. Selain itu ada transkripsi yang menunjukan tanya jawab dilakukan oleh siswa kepada guru yang terlihat pada transkripsi II 4 : 154 – 157: 154 S 28 : “Bu haryati, seginya kan banyak. Bangun ruangkan bukan bidang datar? Maksudnya gimana?” 155 G : “Benda tersebut memiliki apa dari sini? Bangun datar Cuma satu po dalam bahasa Indonesia yang maksudnya atau dalam bangun ruang? Haiyo… ada berapa itu?” 156 S 28 : “Empat.” 157 G : “Lho kok empat? Kamu ngetung gak? Diitung bangun datarnya Mosok Cuma satu. Nek satu namanya bukan bangun ruang, mau wis diitung kok. tadi udah diitung kok ” Guru berkeliling untuk melihat pekerjaan siswa. Diitung bangun datar yang menyusun bangun tersebut. bangun datarnya ada satu po ada berapa? nek bidang datarnya Cuma satu jadinya gak membentuk kotak.” Berdasarkan hasil transkripsi di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator mengadakan tanya jawab selama pembelajaran berlangsung sudah muncul namun guru masih mendominasi bertanya kepada siswa pada setiap pembelajaran. Hanya ada beberapa siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru. 3 Melakukan demonstrasi dengan menggunakan media pembelajaran Pada kegiatan pembelajaran, guru maupun siswa melakukan demonstrasi. Kegiatan demonstrasi dapat menggunakan media pembelajaran yang disediakan. Pada saat guru mengulang materi balok, pada pertemuan kedua, berikut gambar yang menujukan guru saat demontrasi dengan menggunakan kardus. Gambar 4.21 Guru sedang mendemontrasikan kotak Paijo untuk materi balok Gambar 4.22 Siswa demonstrasi menggunakan papan tulis saat menggambar kubus dipertemuan kedua Selain gambar, terdapat transkripsi yang menunjukan bahwa guru mengguanakan media saat menjelaskan titik sudut kepada peserta didik. Dapat dilihat pada transkripsi II 4 : 336 – 338. 336 SS : “Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan.” Siswa berhitung satu sampai delapan sesuai dengan titik sudut pada kotak yang ditujuk ibu guru. 338 G : “Wolu yo pojoknya ini lho mas, pertemuan antara rusuk dengan rusuk ini, ada dela… Delapan ya pojokannya ini mas. ” 338 SS : “...pan.” Pada indikator melakukan demonstrasi dengan menggunakan media pembelajaran yang dilakuakan guru dan siswa dapat membantu siswa memahami materi pembelajaran sehingga siswa mampu menyelesaikan masalahnya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengunaan media untuk melakukan demonstrasi sudah muncul dalam proses pembelajaran. 4 Membimbing siswa dalam memecahkan masalah berupa soal yang diberikan guru Saat proses pembelajaran, guru memberikan pendampingan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan LKS. Guru selalu melihat perkembangan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru. Pada transkripsi IV 4 : 195 – 200 menunjukan guru membimbing siswa dalam menyelesaikan tugasnya. 195 Dikelompok S 20 masih belum terbentuk jiplakkan yang sempurna sehingga guru memberi cara yang benar dalam menjiplak jaring- jaringnya. 196 G : “Inikan ada lipetan-lipetannya.” 197 S 20 : “Iya po bu?” 198 G : “Iya.” 199 S 29 : “Dibuka eneh.” 200 G : “Ini ada tekuan-tekuan to? Ini masudnya kalau digambarkan jadi sebuah garis. Terus nomer empat dikerjakan ini.” Selain transkripsi diatas, ada gambar guru sedang mendampingi siswa saat proses pembelajaran. Gambar 4.23 Guru memberikan pendampingan kepada siswa Berdasarkan transkripsi di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator membimbing siswa dalam memecahkan masalah berupa soal yang diberikan guru sudah muncul. 5 Menfasilitasi negosiasi antar siswa Guru menfasiliatsi siswa untuk bernegosiasi dengan siswa yang lain . hal tersebut dapat dilihat pada transkripsi IV 4 : 95. 95 G : Sudah dibaca LKSnya? Semua sudah dapet kubusnya? Diskusikan bersama teman kelompokmu Kamu lakukan sesuai dengan kegiatan belajar satu dulu Bongkarlah bangun ruang kubus yang kamu peroleh menjadi sebuah rebahan. Ketua kelas maju ke depan e ketua kelas, ketua kelompok untuk menggambil ini untuk membongkar. Ambil satu Ambil satu Udah? Udah dapet kubusnya?” Pada transkripsi tersebut, guru memberikan kesempatan siswa untuk bekerja dalam kelompok untuk mendiskusikan LKS. Selain itu, guru menfasilitasi negosiasi antar siswa dapat dilihat pada transkripsi IV 4 : 178- 189. Berikut transkripsi tersebut: 178 G : ” Udah dijiplak belum? Jangan lupa ditulis kelompok berapa? Namanya. Ketuanya. Ketua dan nama anggota. ” 179 Kelompok S 17 tampak serius dalam menjiplak kotak makanan yang sudah dibongkar. Semua berperan serta dalam menyelasaikan tugas yang ada di LKS. 180 G : ”Tidak ada yang dipotong to sisa-sisanya ini? Menunjukan sisa potongan yang ada di kotak makanan. Gak ada yang di potongkan?” 181 S 24 : ”Gak.” 182 G : “Gak ada yang dipotong to?” 183 S 24 : “Gak.” 184 G : ““Itu ada fungsinya. Untuk apa sisa itu? Sisanya untuk me….ngelem, kalau hanya potongan-potongan ini kan tidak bisa dilem, nah sisanya itu untuk ngelem. Untuk menggabungkan jaring- jaring kubus tadi jadi kubus.” 185 S 17 : ““Iki digaris?” 186 S 13 : “Hooh.” 187 S 17 : “Garis piye? Garis Ngene? Sambil menggaris hasil jiplakan agar membentuk persegi-persegi. “Uwis.” 188 S 15 : “Eneh Lagi.” 189 S : “Lagi?” Dari transkripsi di atas pada transkripsi nomor 178 menunjukan guru menfasilitasi siswa untuk bernegosiasi. Pada transkripsi nomor 179 dan nomor 185 sampai 189 menunjukan siswa telah melakukan negosiasi untuk menjiplak jaring-jaring kubus. Berdasarkan pembahasan di atas, indikator menfasilitasi siswa untuk negosiasi telah muncul dalam proses pembelajaran ini. 6 Melakukan penilaian proses Guru melakukan penilaian proses yaitu pada aspek afektif dan psikomotorik selama proses pembelajaran berlangsung. Guru menilai kedua aspek tersebut menggunakan pedoman penilaian afektif dan pedoman penilaian psikomotorik dengan berkeliling melihat aktivitas yang dilakukan siswa. Berikut gambar guru sedang melakukan penilaian proses. Gambar 4.24 Guru sedang melakukan penilaian proses psikomotorik pada pertemuan pertama Gambar 4.25 Guru sedang melakukan penilaian proses pada saat presentasi Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa guru telah memunculkan indikator melakukan kegiatan penilaian proses selama pembelajaran. 7 Melakukan penilaian produk Dalam kegiatan pembelajaran guru melakukan penilaian produk sebanyak dua kali pada pertemuan ketiga dan keenam dengan kegiatan evaluasi. Dapat dilihat pada transkrip III 4 : 42 dan VI 4 : 20 -23. Berikut transkrip dari III 4 : 42. 42 G : “Dah? sekarang kita mulai evaluasinya.” Dari hasil pengerjaan soal evaluasi didapat nilai yang dicapai oleh peserta didik yaitu pada KD I mendapatkan total nilai 1.730 dengan rata- rata 61,79 dan KD II mendapatkan total nilai 1.771 dengan rata-rata 63,25. Siswa yang mengikuti kegiatan evaluasi masing-masing 28 orang. Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM di SD temapat penelitian ini adalah 50. Dari perolehan nilai evaluasi yang didapat peserta didik pada kompetensi dasar yang pertama maka siswa yang tuntas ada 22 orang atau sebesar 78,58 dan pada kompetensi dasar kedua peserta didik yang tuntas ada 23 orang atau sebesar 82,14 . Berdasarkan transkripsi kegiatan evaluasi yang dilakuakn guru disimpulkan bahwa interktivitas siswa dengan indikator guru dan siswa dengan melakukan penilaian produk muncul secara masimal dalam proses pembelajaran. 8 Memberikan penguatan Pada kegiatan pembelajaran, indikator memberikan penguatan yang dilakukan oleh guru tidak muncul. Hal tersebut dikarenakan setelah siswa melakukan kegiatan presentasi, guru hanya memberikan tepuk tangan. Selain itu, guru dalam proses kegiatan yang lain belum terbiasa memberikan penguatan terhadap kegiatan yang dilakukan siswa. b Siswa dan siswa 1 Mempresentasikan hasil pekerjaan. Pada proses pembelajaran siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Kegiatan presentasi dapat dilihat pada transkripsi I 4 : 200 – 206, I 4 : 227 – 241, II 4 : 190 – 201, II 4 : 224 – 229, dan IV 4 : 338 – 334. Berikut transkripsi dari salah satu transkripsi di atas yaitu II 4 : 224 – 230 224 G : Sudah? S 20 yok maju. Eh, ada yang berbicara didepan loh. Po digantiin aja kalau gak ada yang mendengarkan kelompoknya S 20 .” 225 S 6 : “kubus. a Memiliki titik sudut delapan , be sisinya enam .” 226 S 20 : Bidang datar yang menyusun bangun? Enam. Jumlah titik sudut enam.” 227 S 29 : “Apakah bidang datar yang menyusun bangun sama besar? ya. ” 228 S 23 : Apakah bidang datar yang berhadapan sama besar sama besar ? Ya. ” 229 S 6 : Berapa jumlah rusuk yang membangun bangun tersebut? Dua belas. ” Selain traskripsi terdapat gambar kelompok yang sedang presentasi. Gambar 4.26 Kelompok sedang mendengarkan langkah mempresentasikan hasil diskusi kelompok Berdasarkan transkripsi dan gambar di atas indikator mempresentasikan hasil pekerjaan atau diskusi sudah muncul dalam proses pembelajaran ini. 2 Melakukan kerjasama dengan siswa lain Kontribusi siswa juga dapat dilakukan dengan melakukan kerjasama dengan teman atau siswa lain. Kerjasama yang dilakukan adalah menyelesikan soal yang ada dalam LKS. Pada transkripsi IV 4 : 258 – 263 menunjukan adanya kerjasama dalam kelompok. Berikut transkripsi dari IV 4 : 258 - 263. 258 S2 : “Kene seko enol.Sini dari nol” 259 S25 : “kene.sini” 260 S1 : “Piye?bagaimana” 261 S2 : “Langsung Malah ra ngewangi. Malah gak bantuin” 262 S1 : “Wah S 25 ket mau ngopo wae … Wah S 25 dari tadi ngapain aja ” 263 S2 : “kok mering-mering kie piye kok miring-miring itu bagaimana ?” Transkripsi tersebut menunjukan siswa bekerja sama antar siswa untuk menyelesaikan membuat jaring-jaring kubus. Selian transkripsi di atas, kerja sama dapat dilihat pada transkripsi II 4 : 144 – 151, IV 4 : 292 – 303 dan IV 4 : 311 – 313. Kerjasama juga tergambar pada gambar dibawah ini. Gambar 4.27 Siswa saling bekerja sama dalam menjiplak jaring-jaring balok Dari gambar tersebut terlihat siswa sedang bekerja sama dalam menjiplak hasil rebahan balok dai atas kertas koran. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kerjasama antar kelompok atau teman sudah muncul dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. 3 Menyampaikan pendapat atau pertanyaan Siswa dalam proses pembelajaran siswa diharapkan mampu menyampikan pendapat atau pertanyaan terhadap proses pembelajaran. Siswa mengeluarkan pertanyaan atau mengeluarkan pendapatnya kepada teman atau kelompok misalnya setelah siswa presentasi atau diskusi. Berikut transkripsi dari kegiatan diskusi kelompok salah satu siswa bertanya kepada temannya IV 4 : 104 – 105 yaitu: 104 S 17 : “Piye e iki? Disuwek po?bagaimana ini? Apa disobek? ” 105 S : “Semuanya itu dibongkar. Digunting wae Digunting aja ” menyuruh S 17 untuk menggunting bangun kubus. Selain transkrip video yang menunjukan siswa menyampaikan pendapat atau pertanyaan, gambar dibawah ini juga menunjukan siswa mengeluarkan pendapatnya atas perbedaan jawaban yang dimiliki siswa berbeda. Gambar 4.28 Siswa bertanya kepada kelompok presentasi Indikator ini muncul namun guru kurang memancing siswa untuk memberikan pertanyaan kepada siswa lain. Guru masih menunjuk siswa jika akan menanggapi hasil diskusi kelompok. 4 Memberikan apresiasi terhadap teman lain Pemberian apresiasi kepada teman lain dilakukan siswa ketika selesai presentasi dengan tepuk tangan. Pemberian apresiasi dapat dilihat pada transkripsi II 4 : 204. 204 G : “Biasa to PQRS.TUVW. Sudah? beri tepuk tangan. Coba dikomentari S 19 , dari kegiatan yang pertama tadi. Nama bendanya apa tadi? ” Siswa bertepuk tangan atas kelompok S25 yang selesai presentasi. Transkripsi di atas menunjukan siswa menunjukan apresiasi siswa terhadap hasil pekerjaan dari kelompok presentasi. Proses pembelajaran sudah memunculkan pemberian apresiasi terhadap hasil pekerjaan teman atau kelompok lain sehingga siswa merasa senang atas pemberian apresisai tersebut. 5 Memperhatikan teman yang menyampaikan pendapatnya Saat proses pembelajaran berlangsung ada kegiatan presentasi yang berisi menyampaikan pendapat dari kelompok lain. Dalam hal ini siswa tampak memperhatikan namun ada yang masih ramai sendiri dan sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Gambar 4.29 Siswa sedang memperhatikan kelompok yang sedang presentasi Namun ada beberapa siswa yang malah membuat gaduh kelas sehingga guru harus menenangkan siswa agar memperhatikan kelompok yang presentasi. Berikut transkripsi I 4 : 200 yaitu: 200 G : “Kelompok….. yo yang lainnya memperhatiakan yang akan mempresenatsikan hasil diskusinya. Kelompok whitening shop, diwakili oleh siapa?” Berdasarkan uraian di atas, pemberian perhatian mepada siswa atau kelompok lain sudah muncul namun siswa kurang memusatkan perhatiannya kepada kelompok presentasi dan masih menyelesaikan pekerjaannya. 5 Indikator Karateristik Penggunaan Keterkaiatan Intertwining a Adanya kaiatan materi geometri dengan materi lainnya dalam suatu mata pelajaran matematika 1 Balok dan kubus Proses pembelajaran bangun ruang antara balok dan kubus memiliki keterkaiatan. Dapat dilihat dari transkripsi berikut ini III 5 : 70 – 75 yaitu: 70 G : “Yang belum selesai ga boleh diganti semunya sama, balok, kubus. Bedanya dimana balok sama kubus? ” 71 S : “Bentuknya.” 72 G : “Bentuk apanya? berbentuk apa sisinya?” 73 S : “Persegi panjang.” 74 G : “Kalau kubus?” 75 S : “Persegi.” Transkripsi diatas menunjukan bahwa materi balok dan kubus muncul bersamaan. Selain itu, pada transkripsi II 5 : 272 – 280 III 5 : 86 – 89 juga menunjukan adanya keterkaiatan antara balok dan kubus muncul dalam satu waktu. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada keterkaiatan antara balok dan kubus sudah dalam proses pembelajaran yang sudah muncul. 2 Bangun datar Pembelajaran bangun ruang juga terkait dengan pembelajaran bangun datar. Hal ini terlihat dari transkripsi III 5 : 70 – 75 yaitu: 70 G : “Yang belum selesai ga boleh diganti semunya sama, balok, kubus. Bedanya dimana balok sama kubus? ” 71 S : “Bentuknya.” 72 G : “Bentuk apanya? berbentuk apa sisinya?” 73 S : “Persegi panjang.” 74 G : “Kalau kubus?” 75 S : “Persegi.” Transkripsi tersebut menunjukan bahwa guru mengaitkan bangun datar dengan bangun ruang pada pembelajaran matematika ini dengan cara bertanya bentuk sisi dari balok dan kubus. Dari transkripsi diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika ini telah memunculkan keterkaitan antara bangun datar dengan bangun ruang. 3 Membilang Dalam matematika ada materi membilang untuk sekolah dasar kelas bawah, tetapi pada pembelajaran bangun ruang ini siswa masih melakukan kegiatan membilang yang terlihata pda transkripsi I 5 : 290 dan 309, II 5 : 58, 61 - 63, 72, 75, 318, dan 336 serta III 5 : 61 – 6. Berikut salah satu transkripsi diatas yaitu II 5 : 61 – 63: 61 G : “Ada enam sisi, tembok kalau kamu bingung le mbayangke ki. T erus ada berapa rusuk, cagak e?” 62 SS : “Dua belas” 63 SS : “Satu, dua, tiga …., sebelas, dua belas” siswa bersama- sama menghitung rusuk balok bersama guru menunjuk rusuk-rusuk media yang disunakan guru Pada pembelajaran bangun ruang siswa masih melakukan kegiatan membilang atau mengitung jumlah titik sudut, rusuk, ataupun sisisnya sehingga ada keterkaitan antara bangun ruang dengan kegiatan belajar bangun ruang saat proses pembelajaran. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada keterkaitan antara bangun ruang dengan membilang yang sehingga indikator ini muncul dalam proses pembelajaran. b Adanya kaitan materi bangun ruang dengan materi dari mata pelajaran di luar matematika 1 Kaitannya dengan materi dimata pelajaran Bahasa Indonesia a Menyimak cerita Pada pembelajaran Bahasa Indonesia pada kemampuan menyimak ada keterkaitan antara pembelajaran matematika ini karena adanya permasalahan kontekstual yang disajikan guru dengan sebuah cerita yaitu Paijo dan Kotak Ajaib. Keterkaiatan tersebut dapat dilihat pada transkripsi I 5 : 39 – 54. 39 G : “Dah. Sebelum pelajaran dimulai ibu punya cerita, punya dongeng, nanti ceritanya berkaitan dengan palajaran tadi, pelajaran hari ini ya, apakah ceritanya? Siap mendengatkan ceritanya gak?” 40 S 5 : “Siiiaapp” 41 G : “Tapi kita tidak bobok karna ini bukan cerita mau bobok. Konon, konon katanya di hutan tinggal seorang anak yang sangat kumal. ” 42 BS : ““Kumal ki opo bu?” 43 G : “Karena tidak pernah membersihkan badan, ra tau adus tidak pernah mandi, anak itu bernama Paijo. ” 44 SS : “Hahahaha” 45 G : “Sing ra tau adus koyo Paijo Yang tidak pernah mandi seperti Paijo. Pada suatu malam, anak itu bermimpi bertemu dengan seorang kakek. Didalam mimpinya kakek itu berpesan agar ia pergi ke sebuah gua untuk mengambil kotak ajaib. Tiba-tiba terdengar suara ayam berkokok. Berarti sudah? ” 46 BS : “Pagi.” 47 G : “dan membangunkan Paijo. Setelah matahari terbit, karna tadi ingat mimpinya ya, terus setelah matahari terbit, dia bergegas pergi kesebuah gua ditengah hutan. Sesuai dengan yang dipesankan oleh sang kakek didalam mim …” 48 BS : “pi” 49 G : “Setalah sampai dipintu gua, dengan prasaan takut dan penasaran, Paijo mulai memasuki gua. Sesampainya didalam gua, dia menemukan sebuah kotak, ketika Paijo hendak membuka kotak tersebut, terdengar suara kakek yang ada didalam mimpinya, Hey...Paijo. ” 50 SS : “hahahahahahaha” 51 G : “Paijo pun terjatuh dan kaget. Kakek berkata, anakku Paijo, pergunakanlah kotak tersebut dengan baik, kemudian Paijo bangun, mau kan tibo to terus kaget, bangun dan mendekati kotak tersebut dengan ragu-ragu. Diberanikan dirinya untuk membuka kotak tersebut, kemudian Paijo mengeluarkan benda-benda dari dalam kotak ajaib satu persatu. Paijo tampak kebingungan namun tidak ada seorangpun. Ki nde’e sopo kotak iki? Opo isine? Kotak iki nggo ngopo iki? Nah, maukah kalian membantu Paijo menyelesaikan kebingungan?” 52 BS : “Mau” Selain transkripsi di atas, pada transkripsi IV 5 : 16 – 27. Cerita diatas menujukkan bahwa matematika memiliki keterkaitan dengan pelajaran Bahasa Indonesia dengan kegiatan siswa mendengarkan cerita yang dibacakan guru, sehingga dapat disimpulkan bahwa sudah muncul keterkaitan matematika dengan pelajaran Bahasa Indonesia. b Kaitannya dengan mata pelajaran PKn yaitu kedisiplinan Selain pelajaran Bahasa Indonesia, pembelajaran matematika ini memiliki keterkaitan dengan pelajaran PKn. Matematika memiliki keterakiatan dengan PKn karena selama proses pembelajaran matematika berlangsung, guru dan siswa menyepakati mengenai peraturan-peratuaran atau norma dalam belajar. Keterkaiatan tersebut dapat dilihat pada transkripsi berikut ini yaitu I 5 : 22 - 29 yaitu: 22 G : “Kayak permainan. Seperti permainan ini ada peraturannya karna kita akan belajar tentng bangun ruang. Ada auturannya, Yang pertama jadi ada tata tertibnya nanti kalau melanggar tata tertib mendapatkan sanksi. Yang pertama, peserta didik, ya kamu ya anak-anak, tidak diperkenankan atau tidak boleh berbicara kepada guru, pendidik atau teman lain. Selama pelajaran ini tidak boleh berbicara. Dua, siswa yang akan bertanya menjawab atau ijin melakukan sesuatu misalnya ke kamar mandi, bicara bertanya, mengangkat tangan terlebih dahulu ditempatnya masing-masing angkat tangan, sebelum ditunjuk tidak boleh berbi….” 23 S : “Cara.” 24 G : “bertanya atau menjawab. Yang ketiga siswa menjaga ketertiban selama pelajaran berlangsung. Harus ter…..” 25 BS : “Tib.” 26 G : “Keempat, yang melanggar peraturan akan mendapatkan sanksi yaitu menggantikan regu piket mem bersihkan kelas.” 27 S 16 : “Yahhh.” 28 G : “Jadi piketnya bebas tugas digatikan oleh yang melanggar peraturan. Udah paham peraturannya?” 29 SS : “Paham.” Selain transkripsi di atas, dapat dilihat pembangunan norma pada transkripsi II 5 : 18 – 20, III 5 : 8 – 10, IV 5 : 14 – 16, V 5 : 13 – 22, dan V 5 : 9. Berdasarkan traskripsi tersebut ada keterkaitan antara pelajaran matematika dengan PKn yang ditunjukan dengan adanya pearturan yang disepakati pada setiap pertemuan. Dapat disimpulkan bahwa keterkaitan antara matematika dengan PKn sudah muncul dalam proses pembelajaran. c Kaitannya dengan mata pelajaran SBK Seni Budya dan Keterampilan Mata pelajaran SBK juga memiliki keterkaiatan dalam pembelajaran matematika dengan materi bangun ruang yaitu dengan kegiatan siswa menjiplak, menggamabar dan membuat bangun kubus serta balok. Dapat dilihat pada gambar-gambar dibawah ini: Gambar 4.30 Siswa sedang menggamabar kubus Gambar 4.31 Hasil gambar kubus dari salah satu siswa Gambar 4.32 Siswa menggmabar jaring-jaring kubus Gambar 4.33 Siswa menjiplak jaring-jaring kubus Dapat dilihat berdasarkan gambar di atas bahwa matematika memiliki keterkaiatan dengan mata pelajaran SBK. Disimpulkan bahwa sudah muncul keterkaiatan pada proses pembelajaran antara mata pelajaran matematika dengan mata pelajaran SBK.

3. Rangkuman dan Analisis Kemunculan Indikator setiap Karakteristik PMRI dalam Pembelajaran