Implementasi perangkat pembelajaran bangun ruang menggunakan pendekatan PMRI di kelas IV SDN Caturtunggal 3 Sleman.

(1)

IMPLEMENTASI PERANGKAT PEMBELAJARAN BANGUN RUANG MENGGUNAKAN PENDEKATAN PMRI

DI KELAS IV SDN CATURTUNGGAL 3

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S-1) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh: Farina Dini Sukawati

091134127

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(2)

i

IMPLEMENTASI PERANGKAT PEMBELAJARAN BANGUN RUANG MENGGUNAKAN PENDEKATAN PMRI

DI KELAS IV SDN CATURTUNGGAL 3 SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S-1) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh: Farina Dini Sukawati

NIM: 091134127

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(3)

(4)

(5)

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan untuk:

Allah SWT yang selalu menyertaiku

Kedua orang tuaku tercinta Suka Sajarwo dan

Romi Hidayati

Keluarga besarku

Sahabatku “Veri Budi Setyawan”

Teman-temanku


(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis yang saya buat ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar pustaka selayaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 03 Juli 2013 Penulis

Farina Dini Sukawati


(7)

vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Farina Dini Sukawati

NIM : 091134127

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

IMPLEMENTASI PERANGKAT PEMBELAJARAN BANGUN RUANG MENGGUNAKAN PENDEKATAN PMRI DI KELAS IV SDN

CATURTUNGGAL 3 SLEMAN

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma baik untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya atau memberi royalti kepada saya selama tetap mencatumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 03 Juli 2013 Yang menyatakan


(8)

vii ABSTRAK

Sukawati, Farina Dini. (2013). Implementasi Perangkat Pembelajaran Bangun Ruang Menggunakan Pendekatan PMRI di Kelas IV SDN Caturtunggal 3. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

Berdasarkan hasil penelitian di SDN Caturtunggal 3 diketahui bahwa proses pembelajaran siswa kelas IV masih konvensional. Selain itu proses pembelajaran tidak menggunakan media pembelajaran yang mampu membantu siswa dalam proses pembelajaran. Dari latar belakang tersebut peneliti mencoba meneleti implementasi penggunaan pendekatan PMRI pada mata pelajaran matematika khususnya materi bangun ruang.

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian diskriptif dengan data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dikumpulkan peneliti dengan dokumentasi dan wawancara, sedangkan data kuantitatif dikumpulkan melalui validasi terhadap perangkat pembelajaran yang telah direvisi, uji keterbacaan, lembar evaluasi serta respon guru dan siswa. Adapun langkah-langkah penelitian ini dilakukan dengan lima tahapan sebelum implementasi yaitu mempelajari penelitian tahun lalu, revisi perangkat pembelajaran, validasi, uji keterbacaan, dan implementasi. Implementasi ini dilakukan pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 dengan 29 siswa sebagai sampel. Implementasi ini dilaksanakan sebanyak enam kali pertemuan.

Hasil implementasi perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan PMRI mampu membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran matematika. Dalam penelitian ini kelima karateristik PMRI yang dibagi ke dalam indikator-indikator. Karakteristik dari penggunaan konteks, penggunaan kontribusi siswa, penggunaan interaktivitas, dan penggunaan keterkaitan muncul sangat maksimal dalam proses pembelajaran. Sedangkan karakteristik penggunaan media muncul secara maksimal karena beberapa sub-indikator belum muncul dalam proses pembelajaran karena beberapa faktor.

Kata kunci: bangun ruang, implemntasi, matematika, pendekatan PMRI, perangkat pebelajaran


(9)

viii ABSTRACT

Sukawati, Farina Dini. (2013). The Implementation Of The Geometry Learning Instrument Using PMRI Approach Of The Fourth Grade In SDN Caturtunggal 3. Thesis. Yogyakarta: Primary School Teacher Education Program Sanata Dharma University.

Based on the research finding at SDN Caturtunggal 3 was known that the teaching and learning process of the fourth grade students of SDN Caturtunggal 3 were still conventional. Moreover, the teaching and learning process was not use the learning media which could help the students in the learning process. Based on the background of the study, the researcher tried to conduct research about the implementation of using PMRI approach in Mathemetic subject in Geometry.

The type of study in this research is descriptive research which use qualitative and quantitative data. The qualitative data were collected by the researcher using obeservation, documentation, and interview in teaching and learning activity, whereas the quantitative data were collected by validity through learning instruments which had been revised, readability test, and evaluation sheet. The reasearh methods were done by five steps before implementation such as, study of the related research, revise learning instruments, validity, readability test, students and teacher responses and implementation. The sample of this implementation were 29 students of the fourth grade students of SDN Caturtunggal 3. This implementation were done for six meetings.

The implementation result of teaching instrument using PMRI approach was able to help the teacher and the students in Mathematics learning process. In this research, five of the PMRI characteristics divided into some indicators. The characteristic of context applying, student contribution applying, interactivity applying, and connection applying appeared very maximal in the learning process. Whereas, media applying characteristic appeared maximally because of some sub-indicator which had not appeared in the learning process because of some factors.

Keywords: geometry; implementation; mathemetic; PMRI approach; learning instrument


(10)

ix PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mendapatkan gelar sarjana (S1) pendidikan di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak akan selesai tepat pada waktunya tanpa bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma,

2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma,

3. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma dan Dosen Pembimbing Akademik,

4. Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, ide, saran dan kritik yang membangun untuk penelitian ini,

5. Veronika Fitri Rianasari, M.Sc., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, ide, saran dan kritik yang membangun untuk penelitian ini,

6. Karti Andayani S.Pd. SD., selaku kepala sekolah SDN Caturtunggal 3 yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SDN Caturtunggal 3,

7. Ibu Haryati Rahayu, A.Ma., selaku guru kelas IV di SDN Caturtunggal 3 yang telah memberikan bantuan dan waktu kepada penulis,

8. Siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 yang telah bersedia membantu dalam penelitian ini,


(11)

x

9. Ayahku tercinta Suka Sajarwo dan Ibuku tercinta Romi Hidayati yang telah memberikan support baik material ataupun financial serta doa yang tidak pernah berhenti untuk penulis,

10.Kakakku Reni Sukawati, adikku Saiful Sabri, dan si kecil Sarah Alifah yang telah memberikan doa dan support untuk penulis,

11.Sahabat saya, Veri Budi Setyawan yang telah memberikan semangat, doa, dorongan dan bantuan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini,

12.Teman-teman PMRI-ku, Vani, Tika, Eko, Lina, Mbak Yas, Tian, Novi, Winda, dan Erni yang telah bekerja sama dan semangat dalam menyelesaikan penelitian ini,

13.Teman-temanku, Nova, Mas Yogi, Mbak Tutik dan Ratno, yang tak lelah memberikan bantuan dan semangat selama penelitian ini,

14.Teman-teman PPL CT3 (Linda, There dan Anita) yang telah memberikan bantuan selama proses penelitian berlangsung,

15.Teman-temanku di kelas C angkatan 2009, yang telah memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi ini, dan

16.Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penelitian ini berlangsung. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penulisaan ini. Semoga skripsi ini bermafaat bagi siapa saja yang membaca.

Yogyakarta, 03 Juli 2013 Penulis


(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

PRAKATA ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Operasional ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 8

1. Implementasi ... 8

2. Pendekatan Pembelajaran ... 8

3. Pendekatan PMRI ... 9

4. Perangkat Pembelajaran ... 14

5. Pembelajaran Matematika ... 16


(13)

xii

B. Kerangka Berpikir ... 24

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 26

B. Setting Penelitian ... 26

C. Rancangan Penelitian ... 27

D. Instrumen Penelitian ... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ... 31

F. Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Paparan Penelitian Sebelumnya ... 35

B. Revisi Perangkat Pembelajaran ... 39

C. Validasi Perangkat Pembelajaran ... 73

D. Uji Keterbacaan ... 74

E. Paparan Implementasi Perangkat Pembelajaran ... 75

1. Diskripsi Pelaksanaan Pembelajaran ... 75

2. Hasil Analisis dan Pembahasan Indikator Setiap Karateristik PMRI ... 84

3. Rangkuman Kemunculan Indikator setiap Karateristik PMRI dalam Pembelajaran ... 134

4. Respon Guru dan Siswa ... 143

F. Refleksi ... 148

BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 151

B. Saran ... 153


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel kriteria penilaian hasil produk ... 34

Tabel 4.1 Revisi Identitas RPP ... 39

Tabel 4.2 Revisi Indikator pada RPP dan Silabus ... 40

Tabel 4.3 Revisi Tujuan Pembelajaran pada Silabus dan RPP ... 43

Tabel 4.4 Revisi Karakter yang Diharapkan pada RPP ... 46

Tabel 4.5 Revisi Kegiatan Awal Pada Silabus dan RPP ... 47

Tabel 4.6 Revisi Kegiatan Inti pada Silabus dan RPP ... 50

Tabel 4.7 Revisi Kegiatan Akhir pada Silabus dan RPP ... 56

Tabel 4.8 Revisi Sumber Belajar pada Silabus dan RPP ... 58

Tabel 4.9 Revisi Media Belajar pada Silabus dan RPP ... 60

Tabel 4.10 Revisi Pedoman Skoring Silabus dan RPP ... 60

Tabel 4.11 Revisi Naskah Cerita Pada Lampiran ... 62

Tabel 4.12 Revisi Soal Evaluasi ... 62

Tabel 4.13 Revisi Kunci Jawaban ... 64

Tabel 4.14 Revisi Rubrik Penilaian ... 65

Tabel 4.15 Revisi LKS ... 66

Tabel 4.16 Revisi Bahan Ajar ... 70

Tabel 4.17 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 73

Tabel 4.18 Hasil Uji Keterbacaan ... 75

Tabel 4.19 Kritreia kemunculan indikator PMRI ... 135

Tabel 4.20 Rangkuman kemunculan indikator penggunaan konteks ... 135

Tabel 4.21 Rangkuman kemunculan indikator penggunaan media ... 137

Tabel 4.22 Rangkuman kemunculan indikator penggunaan kontribusi siswa . 138 Tabel 4.23 Rangkuman kemunculan indikator penggunaan interaktivitas ... 140

Tabel 4.24 Rangkuman Rangkuman kemunculan indikator penggunaan keterkaitan ... 142

Tabel 4.25 Transkripsi Wawancara Respon Siswa ... 144

Tabel 4.26 Hasil Angket Respon Siswa ... 146


(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar bangun ruang kubus dan balok ... 19

Gambar 2.2 Gambar bangun kubus ... 19

Gambar 2.3 Gambar Bangun Balok ... 21

Gambar 2.4 Gambar Jaring-Jaring Kubus ... 22

Gambar 2.5 Gambar Jaring-Jaring Balok ... 23

Gambar 3.1 Bagan Rancangan Penelitian ... 27

Gambar 4.1 Siswa dalam kelompok sedang berdiskusi menggunakan kotak obat ... 101

Gambar 4.2Guru dan siswa sedang menyerukan yel-yel ... 105

Gambar 4.3 Media bangun balok ... 107

Gambar 4.4 Siswa sedang mengeksplorasi media kubus dengan kotak makanan ... 108

Gambar 4.5 Siswa sedang berdiskusi menggunakan media balok dengan kardus lampu ... 109

Gambar 4.6 Siswa sedang berebut untuk membongkar bangun kubus ... 109

Gambar 4.7 Siswa sedang membongkar media kubus ... 112

Gambar 4.8 Siswa mendapatkan rebahan dari bangun kubus dengan bentuk salib ... 112

Gambar 4.9 Siswa mendaptkan jaring-jaring kubus yang berbeda ... 112

Gambar 4.10 Siswa sedang mengamati benda yang diberikan oleh guru ... 114

Gambar 4.11 Siswa sedang membongkar kotak makanan yang berbentuk kubus ... 114

Gambar 4.12 Siswa sedang menjiplak hasil rebahan kubus ... 114

Gambar 4.13 Siswa bersama kelompok membuat jaring-jaring kubus ... 115

Gambar 4.14 Siswa menggunting hasil gambar jaring-jaring kubus ... 115

Gambar 4.15 Siswa membentuk bangun kubus dari gambar jaring-jaring kubus yang dipotong ... 115

Gambar 4.16 Hasil rebahan balok dari kelompok 2, 3 dan 6 ... 118


(16)

xv

Gambar 4.18 Hasil rebahan kubus dari kelompok 2 ... 119

Gambar 4.19 Hasil rebahan kubus dari kelompok 7 ... 119

Gambar 4.20 Siswa sedang mengambil media dalam kotak ajaib yang diedarkan guru ... 121

Gambar 4.21 Guru sedang mendemontrasikan kotak Paijo untuk materi balok ... 130

Gambar 4.22 Siswa demonstrasi menggunakan papan tulis saat menggambar kubus dipertemuan kedua ... 131

Gambar 4.23 Guru memberikan pendampingan kepada siswa ... 132

Gambar 4.24 Guru sedang melakukan penilaian proses psikomotorik pada pertemuan pertama ... 134

Gambar 4.25 Guru sedang melakukan penilaian proses pada saat presentasi 134 Gambar 4.26 Kelompok sedang mendengarkan langkah mempresentasikan hasil diskusi kelompok ... 137

Gambar 4.27 Siswa saling bekerja sama dalam menjiplak jaring-jaring balok ... 138

Gambar 4.28 Siswa bertanya kepada kelompok presentasi ... 139

Gambar 4.29 Siswa sedang memperhatikan kelompok yang sedang presentasi ... 140

Gambar 4.30 Siswa sedang menggamabar kubus ... 146

Gambar 4.31 Hasil gambar kubus dari salah satu siswa ... 146

Gambar 4.32 Siswa menggmabar jaring-jaring kubus ... 146


(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus ... [1]

Lampiran 2 RPP Pertemuan 1 ... [14]

Lampiran 3 RPP Pertemuan 2 ... [28]

Lampiran 4 RPP Pertemuan 3 ... [41]

Lampiran 5 RPP Pertemuan 4 ... [54]

Lampiran 6 RPP Pertemuan 5 ... [69]

Lampiran 7 RPP Pertemuan 6 ... [84]

Lampiran 8 Bahan Ajar ... [98]

Lampiran 9 LKS Pertemuan 1 ... [106]

Lampiran 10 LKS Pertemuan 2 ... [110]

Lampiran 11 LKS Pertemuan 4 ... [114]

Lampiran 12 LKS Pertemuan 5 ... [117]

Lampiran 13 Soal Evaluasi 1 ... [120]

Lampiran 14 Soal Evaluasi 2 ... [121]

Lampiran 15 Instrumen Validasi Desain Pembelajaran ... [122]

Lampiran 16 Angket Uji Keterbacaan ... [126]

Lampiran 17 Angket Respon Siswa ... [127]

Lampiran 18 Indikator-Indikator Karateristik PMRI ... [128]

Lampiran 19 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran Pada Penelitian Sebelumnya ... [131]

Lampiran 20 Hasil Validasi Ahli ... [132]

Lampiran 21 Lembar Pedoman Wawancara Guru ... [133]

Lampiran 22 Lembar Pedoman Wawancara Siswa ... [134]

Lampiran 23 Hasil Olah Validasi ... [135]

Lampiran 24 Uji Keterbacaan Siswa ... [148]

Lampiran 25 Hasil Angket Respon Siswa ... [150]

Lampiran 26 Transkripsi Video kegiatan Pembelajaran ... [152]

Lampiran 27 Hasil Pekerjaan Siswa pada LKS Pertemuan 1 ... [210]


(18)

xvii

Lampiran 29Hasil Pekerjaan Siswa pada LKS Pertemuan 4 ... [218]

Lampiran 30 Hasil Pekerjaan Siswa pada LKS Pertemuan 5 ... [221]

Lampiran 31 Hasil Evaluasi ... [224]

Lampiran 32 Hasil Penilaian ... [226]

Lampiran 33 Surat Izin Penelitian ... [227]

Lampiran 34 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... [228]


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini, peneliti akan menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini.

A. Latar Belakang

Pendidikan masa kini memiliki tujuan umum untuk memberi bekal agar kita dapat berfungsi secara efektif pada zaman teknologi ini (Marks, 1988:3). Hal ini sejalan dengan salah satu tujuan yang hendak dicapai negara Indonesia dalam memajukan sektor pendidikan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3 yaitu Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dari tujuan tersebut, peranan penting pendidikan adalah mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berkompetisi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.


(20)

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran inti yang diajarkan dalam dunia pendidikan di Indonesia. Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan atau simbol yang dapat membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran matematika diajarkan di sekolah dasar dari kelas I sampai kelas VI sehingga matematika harus diajarkan dengan maksimal hingga siswa memahami materi matematika sesuai pada tahap yang telah ditentukan.

Hudojo mengatakan bahwa matematika adalah berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun hirarkis dan penalarannya deduktif (1998:3). Dari materi dalam pelajaran matematika yang bersifat abstrak tersebut membuat siswa mengganggap matematika adalah pelajaran yang membosankan, tidak menarik dan sulit. Hal ini disebabkan karena pada usia anak sekolah dasar, siswa masih berpikir konkret (nyata). Didukung dengan teori Piaget dalam Catur (2009:10-11) menyatakan bahwa dalam perkembangan kognitif, anak pada masa ini (sekolah dasar) sedang berada pada masa operasi konkret. Selain itu, pembelajaran matematika di sekolah kaku dengan penyampaian materi dengan ceramah tanpa media yang mampu membuat siswa berpikir konkret. Dengan suasana tersebut, guru mengenyampingkan kebermaknaan proses belajar siswa sehingga prestasi belajar siswa kurang memuaskan.

Tujuan dari pembelajaran matematika adalah agar pembelajaran matematika lebih bermakna bagi siswa dan dapat memberikan bekal


(21)

kompetensi yang memadai baik untuk studi lanjut maupun memasuki dunia kerja (Hadi, 2005:11). Pada kenyataannya pembelajaran matematika yang sebenarnya bertolak belakang dengan tujuan pembelajaran matematika. Siswa merasa pembelajaran matematika sebuah tekanan untuk menghafalkan berbagai rumus-rumus. Padahal sebenarnya matematika mampu melatih siswa berpikir dan mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah.

Pada kenyataan saat ini, siswa mengganggap matematika bagaikan momok yang membuat siswa enggan untuk belajar matematika. Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti pada Rabu, 15 Januari 2013 di kelas IV SDN Caturtunggal 3 pada saat pembelajaran matematika dengan materi bilanagan bulat dapat dilihat bahwa guru hanya berada di depan kelas. Di depan kelas, guru menuliskan materi ajar di papan tulis, tidak hanya itu guru menyampaikan materi secara lisan tanpa ada diskusi yang dilakukan siswa bersama siswa yang lain. Siswa terlihat pasif saat proses pembelajaran berlangsung. Terlihat dari siswa hanya mendengarkan guru berbicara untuk menyampaikan materi ajar atau menyimak materi ajar yang ada dibuku paket sebagai acuan belajarnya. Saat proses pembelajaran berlangsung terlihat kurangnya interaksi antara guru dengan siswa ataupun siswa dengan siswa lainnya. Interaksi hanya sebatas guru dengan siswa, itupun jika guru mengajukan pertanyaan dan siswa ditunjuk untuk menjawab. Guru memberikan waktu untuk siswa mengajukan pertanyaan mengenai materi yang sedang diajarkan namun siswa hanya ramai dan tidak ada yang bertanya.


(22)

Setelah guru memberikan penjelasan mengenai materi ajar secara lisan (ceramah) selesai, kemudian siswa diberi sepuluh butir soal sebagai soal latihan. Peneliti melihat banyak siswa yang kurang menguasai materi yang disampaikan guru sehingga mereka banyak yang tidak bisa mengerjakan. Ini terlihat dari siswa yang masih bertanya kepada teman ataupun guru disela-sela pengerjaan soal. Hal ini juga disebabkan pada saat penyampaian materi mengenai operasi bilangan bulat, siswa ada yang berbicara sendiri, ada yang bermain dengan alat tulisnya dan ada yang melamun, hanya beberapa siswa yang mendengarkan penjelasan guru.

Selain observasi, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru kelas IV mengenai cara mengajar guru di kelas, karakter siswa kelas IV di sekolah tersebut, mengenai nilai yang didapat oleh siswa, dan mengenai tingkah laku siswa saat belajar di kelas. Dari hasil wawancara didapat bahwa guru menyampaikan materi dengan ceramah karena karakter anak yang sulit diajak untuk berdiskusi. Siswa cenderung ramai jika diminta kerja kelompok sehingga siswa diberi soal-soal dan dijelaskan mengenai materi dengan ceramah atau siswa diminta untuk meringkas materi pembelajaran. Selain itu, dari kegiatan wawancara dengan guru didapat informasi mengenai nilai Kriteria Ketuntatasan Minimal (KKM) matematika kelas IV di sekolah ini adalah 50. Pada tahun 2010/ 2011 pada materi geometri yang dilihat dari nilai ulangan, ada 7 siswa dari 32 siswa atau 21,9% yang tidak tuntas atau dibawah KKM sedangkan pada tahun 2011/2012 ada 11 siswa dari 35 siswa yang dibawah nilai rata-rata atau 31, 42% dengan nilai rata-ratanya adalah 81,17.


(23)

Berdasarkan penjabaran latar belakang di atas, peneliti menerapkan sebuah pembelajaran inovatif yaitu dengan menerapkan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia atau yang lebih dikenal dengan istilah PMRI. Pendekatan ini dipilih karena pada PMRI tidak langsung memulai proses pembelajaran matematika pada tingkat formal melainkan menggunakan konteks untuk membangun konsep matematika pada siswa. Selain itu di kelas ini belum pernah menggunakan pendekatan PMRI saat pembelajaran matematika. Pendekatan PMRI dapat dilihat penjelasannya pada bab selanjutnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian merumuskan masalah yang dilakukan agar lebih terarah. Peneliti merumuskan masalah yang diambil yaitu:

1. Bagaimana implementasi perangkat pembelajaran pada materi bangun ruang menggunakan pendekatan PMRI di kelas IV SDN Caturtunggal 3?

2. Bagaimana kemunculan indikator-indikator dari masing-masing karateristik PMRI pada implementasi perangkat pembelajaran bangun ruang menggunakan pendekatan PMRI di kelas IV SDN Caturtunggal 3?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui implementasi perangkat pembelajaran pada materi bangun ruang menggunakan pendekatan PMRI di kelas IV SDN Caturtunggal 3.


(24)

2. Mengetahui kemunculan indikator-indikator dari masing-masing karateristik PMRI pada implementasi perangkat pembelajaran bangun ruang menggunakan pendekatan PMRI di kelas IV SDN Caturtunggal 3.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sehingga dapat digunakan sebagai salah satu langkah memajukan dunia pendidikan. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi pihak sekolah

Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk mengadakan variasi penggunaan pendekatan pembelajaran matematika untuk mendukung proses kegiatan pembelajaran.

2. Bagi guru

Menjadi bahan pertimbangan guru untuk memperbaiki atau memaksimalkan pendekatan pembelajaran matematika, baik dalam penyampaian materi teori ataupun praktek, sehingga pembelajaran di kelas lebih optimal.

3. Bagi siswa

Dapat dijadikan sebagai variasi belajar sehingga mempermudah siswa untuk menerima materi pelajaran sehingga dapat meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar.

E. Definisi Operasional

1. Implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan dari rencana tindakan strategi sumber daya untuk mencapai tujuan.


(25)

2. Perangkat pembelajaran adalah perlengkapan yang dibutuhkan oleh guru dalam proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang digunakan adalah silabus, RPP, bahan ajar, Lembar Kerja Siswa (LKS), dan soal evaluasi. Tujuan dari penyusunan perangkat pembelajaran ini adalah untuk membantu dan memperlancar guru dalam proses belajar mengajar.

3. Bangun ruang adalah sebuah bangun yang memiliki ruang yang dibatasi oleh beberapa sisi. Bangun runag terdiri dari titik sudut, rusuk dan sisi. Contoh-contoh bangun ruang adalah balok, kubus, tabung, limas, kerucut, bola dan prisma.

4. Kubus adalah bangun ruang yang terdiri dari enam bangun persegi yang kongruen.

5. Balok adalah bangun ruang yang terdiri dari tiga pasang bangun persegi panjang dengan sisi yang berhadapan kongruen.

6. Pendekatan PMRI adalah suatu pendekatan pembelajaran matematika yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran. Pendekatan yang disesuaikan dengan kondisi sekitar siswa sehingga siswa mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi.


(26)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini peneliti membahas hal-hal yang terkait dengan kajian pustaka dan kerangka berpikir. Pada bagian kajian pustaka dijelaskan mengenai variabel-variabel yang sesuai dengan rumusan masalah, yaitu implementasi, pendekatan pembelajaran, perangkat pembelajaran, pembelajaran matematika dan bangun ruang.

A. Kajian Pustaka 1. Implementasi

Menurut Lyer, dkk dalam Ferry dan Makhfud, implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik (2009:157). Sedangkan menurut Sanjaya menyatakan bahwa implementasi adalah pelaksanaan dari strategi dan penetapan sumber daya (2008:25). Dari pengertian implementasi dari dua tokoh tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa implementasi adalah rencana pelaksanaan tindakan dan penetapan sumber daya untuk mencapai tujuan yang spesifik.

2. Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran menurut Gulo dalam Siregar dan Nara, (2011:75) adalah suatu cara pandang dalam mengupayakan cara siswa berinteraksi dengan lingkungannya. Pendekatan pembelajaran merupakan


(27)

suatu himpunan asumsi yang saling berkaitan dengan sifat pembelajaran (Suyono dan Hariyanto, 2011:18).

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran adalah cara pandang guru yang berkaitan dengan sifat pembelajaran sehingga terjalinnya interaksi siswa dengan lingkungnnya dalam proses pembelajaran.

3. Pendekatan PMRI a. Sejarah PMRI

Pendidikan Matematika Realistik (PMR) merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika di Belanda (Wijaya, 2012:20). Di Belanda pendekatan ini dikenal dengan sebutan Realistic Mathematics Education (RME) yang berdiri tahun 1971 di Institut Freudental dibawah Utrecht University Belanda (Daryanto dan Tasrial, 2012:150). Menurut Suryanto (2010:150) menyatakan bahwa PMRI adalah pendidikan matematika sebagai hasil adaptasi dari Realistic Mathematic Education (RME) yang diselaraskan dengan kondisi budaya, geografi, dan kehidupan masyrakat Indonesia. PMRI adalah pendekatan pembelajaran matematika yang menekankan bagaimana siswa menemukan konsep-konsep atau prosedur-prosedur dalam matematika melalui masalah-masalah kontekstual. Dalam pembelajaran siswa dituntut lebih aktif, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator


(28)

tidak lagi mendominasi pembelajaran. Siswa didorong untuk mengeluarkan dan mengkomunikasikan idenya secara bebas.

Menurut Frudenthal, pendidikan harus mengarahkan siswa kepada penggunaan berbagai situasi dan kesempatan untuk menemukan kembali matematika dengan caranya sendiri (Hadi, 2005:7). Dalam kaitan matematika sebagai kegiatan manusia, siswa harus diberi kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga siswa bisa menemukan kembali ide atau konsep matematika secara mandiri dari hasil interaksinya itu. Setelah menemukan dan terbentuk konsep-konsep matematika, siswa menggunakannya untuk menyelesaikan masalah kontekstual selanjutnya sebagai jembatan untuk memperkuat konsep.

Berdasarkan urian diatas, dapat disimpulkan bahwa PMRI adalah suatu pendekatan matematika yang mengakaitkan pembelajaran matematika dengan dunia nyata disekitar siswa sehingga siswa dapat memebangun pengetahuaannya sendiri.

b. Prinsip PMRI

Suryanto menyatakan bahawa PMRI memiliki tiga prinsip yaitu (2010:41 - 43):

1) Guided Re-invention (Penemuan kembali secara terbimbing)

Prinsip Guided Re-invention ialah penekanan pada penemuan kembali secara terbimbing. Melalui masalah kontekstual yang realistik (yang dapat dibayangkan atau dipahami oleh siswa), yang


(29)

mengandung topik-topik matematika tertentu yang disajikan, siswa diberi kesempatan untuk membangun dan menemukan kembali ide-ide dan konsep-konsep matematis.

2) Prinsip mathematization (matematisasi progresif)

Prinsip mathematization (matematisasi progresif) menekankan bahawa matematisasi dapat diartikan sebagai upaya yang mengarah pada pemikiran matematis. Dikatakan progresif karena ada dua langkah berurutan, yaitu matematisasi horizontal (berawal dari kontekstual menuju matematika formal) dan matematika vertikal (dari matematika formal menuju matematika formal lebih luas). 3) Prinsip didactical phenomenology (Fenomenologi didaktis)

Prinsip ini menekankan fenomena pembelajaran yang bersifat mendidik dan menekankan fenomena pembelajaran yang bersifat memperkenalkan topik-topik matematik kepada siswa. Masalah kontekstual dipilih karena aspek kecocokan aplikasi yang harus diantisipasi dalam pembelajaran dan kecocokan dengan Re-invention yang berarti bahwa konsep, aturan, cara, sifat, termasuk model, matematis tidak disediakan oleh guru. Melainkan siswa perlu berusaha sendiri untuk menemukan atau membangun sendiri berpangkal dari masalah kontekstual

4) Self-developed model (membangun sendiri model)

Menunjukan adanya fungsi jembatan yang berupa model. Berpangkal dari masalah kontekstual menuju matematika formal dan


(30)

ada kebebasan siswa, maka tidak menutup kemungkinan siswa akan mengembangkan model sendiri.

Berdasarkan prinsip PMRI diatas, dapat dilihat bahwa PMRI dapat membantu siswa dalam belajar pada usia sekolah dasar yang berada pada tahap operasi konkret. Selain itu, dapat membantu siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri dengan caranya sendiri sesuai dengan usia siswa.

c. Karakteristik PMRI

Treffres (1987) dalam Wijaya merumuskan lima karateristik Pendidikan Matematika Realistik, yaitu (2012:21-23):

1) Penggunaan Konteks

Masalah kontekstual (nyata) dan tidak diawali dari sistem formal digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika. Konteks tidak harus berupa masalah dunia nyata namun juga dapat masalah yang dapat dibayangkan dalam pikiran siswa selama hal itu masih bermakna bagi siswa. Penggunaan konteks saat pembelajaran membuat siswa berperan aktif untuk menyelesaikan permasalahan dan mengembangkan strategi penyelesaian masalah sesuai keinginannya. Selain itu, penggunaan konteks dapat membangun motivasi dan semangat siswa untuk belajar matematika.

2) Penggunaan model untuk matematisasi progresif

Model merupakan suatu alat ”vertikal” dalam matematika yang tidak bisa dilepaskan dari proses matematisasi (matematisasi


(31)

horisontal dan matematisasi vertikal). Penggunaan model memiliki fungsi sebagai jembatan (bridge) untuk mempermudah siswa dalam belajar dari pengetahuan dan matematika tingkat konkret menuju pengetahuan matematika tingkat formal.

3) Pemanfaatan hasil konstruksi siswa

Siswa dalam PMRI dijadikan subyek belajar. Siswa memiliki kebebasan untuk mengembangkan strategi pemecahan masalah sehingga bermanfaat membantu siswa memahami konsep, mengembangkan aktivitas dan kreativitas siswa. Menurut Cropley (1997) dalam Wijaya, sangat yakin bahwa kemampuan bepikir kreatif dan inovatif serta kemampuan pemecahan masalah merupakan keterampilan mendasar yang mutlak dibutuhkan di abad ke-21 (2012:56).

4) Interaktivitas

Proses interaksi adalah proses belajar bukan hanya suatu proses individu melainkan secara bersamaan merupakan suatu proses sosial sehingga proses belajar siswa akan lebih singkat dan bermakna. Manfaat interaksi dalam pembelajaran matematika adalah mengembangkan kemampuan kognitif dan afektif siswa secara simultan.

5) Keterkaitan

Konsep dalam matematika saling berkaitan satu sama lain sehingga konsep matematika tidak diajarkan secara terpisah-pisah.


(32)

Melalui keterkaitan ini, mata pembelajaran matematika diharapkan bisa mengenalkan dan membangun lebih dari satu konsep matematika secara bersamaan. Keterkaitan dapat terjadi antara mata pelajaran matematika dengan mata pelajaran matematika maupun mata pelajaran yang lain.

Dari karakteistik PMRI dapat dilihat bahwa PMRI dapat mengakomodasi siswa saat belajar matematika sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan siswa. PMRI dapat membantu siswa dalam membangun konsep pengetahuannya yang siswa bangun sendiri, sehingga pembelajaran matematika lebih bermakna.

4. Perangkat Pembelajaran

Trianto (2010:96) mengemukakan bahwa perangkat pembelajaran adalah perangkat yang dipergunakan dalam proses pembelajaran. Selain itu, Ibrahim dalam Trianto mengemukakan bahwa perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses belajar mengajar dapat berupa buku siswa, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), instrumen evaluasi serta media belajar.

Jadi dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran adalah perlengkapan kegiatan pembelajaran yang yang diperlukan guru dalam proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, RPP, LKS, instrumen evaluasi, dan media pembelajaran.


(33)

Menurut Ibrahim dalam Trianto (2010:201 - 236), perangkat pembelajaran dapat berupa:

a. Silabus

Silabus merupakan salah satu produk pengembangan kurikulum berisikan garis-garis besar materi pelajaran, kegiatan pembelajaran dan rancangan penilaian.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP yaitu panduan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan. c. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

LKS adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah.

d. Buku Siswa (Bahan Ajar)

Buku siswa merupakan buku panduan bagi siswa dalam kegiatan yang memuat materi pelajaran.

e. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar merupakan butir tes yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar.

f. Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah sebagai penyampaian pesan dari beberapa sumber saluran ke penerima pesan.


(34)

5. Pembelajaran Matematika a. Pengertian

Marsono dalam Siregar dan Nara (2010:12) menyatakan bahwa pembelajaran adalah usaha pendidikan yang dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali. Selanjutnya Paling dalam Abdurrahman (2003: 252) mengemukakan bahwa:

Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu usaha yang dilaksanakan secara sengaja dengan metode untuk memecahkan masalah dalam menemukan jawaban yang berkaitan dengan kuantitas menggunakan seperangkat pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, berhitung serta kemampuan menggunakan hubungan-hubungan untuk memudahkan berpikir.

b. Ciri-ciri Matematika

Susilo dalam Suwarno (Catur, 2009:8-9) menuils ciri-ciri matematika berikut ini:


(35)

1) Matematika bukanlah ilmu yang memiliki kebenaran mutlak. Kebenaran dalam matematika adalah kebenaran nisbi yang tergantung pada kesepakatan yang disetujui bersama.

2) Matematika bukanlah ilmu yang tidak bisa salah. Sebagai ilmu yang dibentuk dan dikembangkan oleh manusia tertentu, matematika tidak lepas dari kesalahan dan keterbatasan. Meskipun demikian, melalui kesalahan-kesalahan itulah matematika didorong dan dipacu untuk terus tumbuh dan berkembang.

3) Matematika bukanlah kumpulan angka, simbol, dan rumus yang tidak ada kaitannya dengan dunia nyata. Justru sebaliknya, matematika tumbuh dan berakar dari dunia nyata.

4) Matematika bukanlah kumpulan teknik pengerjaan yang hanya perlu dihafal saja sehingga siap pakai untuk menyelesaikan soal-soal. Dalam matematika, keindahan bukan semata-mata hanya ditentukan dari hasil akhir tetapi justru dari latar belakang dan proses yang mengantar sampai terjadinya hasil akhir tersebut.

5) Obyek matematika adalah unsur-unsur yang bersifat sosial-kultural-historis, yaitu menenerapkan pemilik bersama seluruh umat manusia, sebagai salah satu sarana yang dipergunakann manusia untuk mengembangkan segi-segi tertentu dalam perikehidupan manusiawinya, dan yang terbentuk memalui proses panjang menyerah yang membentuk wajah matematika itu sendiri.


(36)

c. Tujuan pembelajaran matematika

Mata pelajaran matematika yang diajarkan pada satuan tingkat SD mencakup tiga cabang, yaitu: aritmetika, aljabar, dan geometri. Terdapat banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Cornelius dalam Abdurrahman (2003: 253) mengemukakan bahwa:

Lima alasan perlunya belajar matematika, yakni: 1) sarana berpikir yang jelas dan logis; 2) sarana memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari; 3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman; 4) sarana untuk mengembangkan kreativitas; dan 5) sarana meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Dari tujuan lima alasan perlunya belajar matematika menyimpulkan bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah menumbuhkan sikap terampil dalam berpikir dan mengembangkan kreativitas untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

6. Bangun Ruang

Ruang lingkup pembelajaran matematika adalah dikelompokkan dalam kemahiran matematika, bilangan, pengukuran dan geometri, aljabar, statistika dan peluang, trigonometri, serta kalkulus (BSNP: 2006). Pengenalan materi goemetri menurut Marks memiliki tujuan (1988:121):

“Pengenalan geometri di sekolah dasar mempunyai tujuan untuk memberikan suatu kesempatan kepada murid untuk menganalisis lebih jauh dunia tempat hidupnya, serta memberikan sejak dini landasan berupa konsep-konsep dasar dan peristilahan yang diperlukan untuk studi lebih lanjut serta mempelajari geometri dapat membangkitkan dan mengembangkan kesenangan intelektual yang sesungguhnya terhadap matematika.”


(37)

Copeled (1967:237) said that geometry is the mathematics of position or location in space, maksud dari Copeled adalah geometri (bangun ruang) adalah bangun yang memiliki isi atau volume. Menurut Mustaqin dan Astuti (2010:207) menyatakan bahwa bangun ruang memiliki sisi, rusuk dan titik sudut. Mark, Hiarr dan Neufeld (1985:138) menyatakan bangun ruang merupakan titik-titik yang tidak semuanya terletak pada satu bidang yang sama.

Berdasarkan pengertian bangun datar dari beberapa tokoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa bangun ruang adalah suatu bangun yang memiliki ruang terdiri dari rusuk, titik sudut dan sisi yang terletak dalam satu bidang yang sama.

Menurut Anam dkk (2009:162) pengertian dari sisi, rusuk dan titik sudut adalah:

a. Sisi suatu bangun ruang adalah bangun datar yang membatasi bangun ruang.

b. Rusuk suatu bangun ruang adalah garis pertemuan antara dua sisi bangun ruang.

c. Titik sudut suatu bangun ruang adalah titik pertemuan dari tiga buah rusuk pada suatu bangun ruang.

Standar kompetensi (SK) mengenai Geometri dan Pengukuran pada bangun ruang dikenalkan sejak kelas IV dengan standar kompetensi pada nomor 8 yaitu memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar. SK tersebut dibagi ke dalam beberapa


(38)

kompetensi dasar (KD) yaitu nomor 8.1 “menentukan sifat-sifat bangun

ruang sederhana dan 8.2 “menentukan jaring-jaring balok dan kubus”

Gambar 2.1 Gambar bangun ruang kubus dan balok

1) Kubus

Kubus adalah bangun ruang yang dibatasi 6 bidang sisi berbentuk persegi yang sama besar, mempunyai 8 titik sudut, dan mempunyai 12 rusuk yang sama panjang (Yuniarto, 2009:174).

Gambar 2.2 Gambar bangun kubus

Nama kubus di atas adalah ABCD.EFGH. Berdasarkan gambar di atas maka :

a) Sisi-sisi pada kubus ABCD.EFGH adalah : (1) Sisi ABCD

(2) Sisi ABFE (3) Sisi ADHE

(4) sisi EFGH (5) sisi DCGH (6) sisi BCGH Jadi ada 6 sisi pada bangun kubus ABCD.EFGH.


(39)

Sisi ABCD // Sisi EFGH Sisi ABFE // Sisi DCGH Sisi ADHE // Sisi BCGH

b) Rusuk pada kubus ABCD.EFGH adalah :

Jadi, rusuk bangun kubus ABCD.EFGH ada 12 rusuk. c) Titik sudut pada kubus ABCD.EFGH adalah :

(1) Titik sudut A (2) Titik sudut B (3) Titik sudut C (4) Titik sudut D

(5) Titik sudut E (6) Titik sudut F (7) Titik sudut G (8) Titik sudut H Jadi jumlah titik sudut pada bangun balok adalh 8 titik sudut.

2) Balok

Balok adalah bangun ruang yang dibatasi oleh 6 buah bidang sisi yang berbentuk persegi panjang. Balok memiliki 3 pasang bidang sisi yang sejajar dan sama besar (Yuniarto, 2009: 174).


(40)

Nama balok di atas adalah ABCD.EFGH. Berdasarkan gambar di atas maka :

a) Sisi-sisi pada balok ABCD.EFGH adalah : (1) Sisi alas = ABCD

(2) Sisi depan = ABFE (3) Sisi kiri = ADHE

(4) Sisi atas = EFGH (5) Sisi belakang = DCGH (6) Sisi kanan =BCGH Jadi ada 6 sisi pada bangun balok ABCD.EFGH yaitu :

Sisi ABCD // Sisi EFGH Sisi ABFE // Sisi DCGH Sisi ADHE // Sisi BCGH b) Rusuk pada balok ABCD.EFGH adalah :

Jadi ada 12 rusuk pada bangun ruang balok ABCD.EFGH yaitu:

= = =

= = =

= = =

c) Titik sudut pada balok ABCD.EFGH adalah : (1) Titik sudut A

(2) Titik sudut B (3) Titik sudut C (4) Titik sudut D

(5) Titik sudut E (6) Titik sudut G (7) Titik sudut F (8) Titik sudut H Jadi titik sudut pada bangun balok ada 8 titik sudut.


(41)

3) Jaring-Jaring

Menurut Marsigit (2009:178) jaring-jaring suatu bangun ruang adalah suatu pola gambar dimensi dua yang dapat digunakan untuk membentuk suatu bangun ruang.

a) Jaring-jaring kubus

Menurut Mustaqim (2008:214) jaring-jaring kubus adalah gabungan persegi yang membentuk kubus.

Gambar 2.4 Gambar Jaring-Jaring Kubus

b) Jaring-jaring balok

Menurut Mustaqim dan Astuti (2008:214) jaring-jaring balok adalah gabungan beberapa persegi panjang yang membentuk balok.


(42)

B. Kerangka Berpikir

Mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran pokok yang diberikan jenjang pendidikan sekolah dasar. Dalam pembelajaran matematika pada tahap sekolah dasar, kemampuan siswa dalam berpikir masih konkret padahal pembelajaran matematika bersifat abstrak. Selain itu guru menyampaikan materi cenderung monoton yang mengakibatkan siswa merasa jenuh atau bosan, sehingga siswa menggagap matematika adalah mata pelajaran yang sulit.

Selain guru menyampaikan materi dengan monoton, guru dalam menyampaikan materi tanpa menggunakan media yang membantu siswa untuk berpikir konkret. Pada usia sekolah dasar, siswa termasuk dalam tahap operasi konkret sehingga pembelajaran disajikan melalui benda-benda konkret yang ada di sekitar siswa sehingga membantu siswa lebih mudah membangun kosep pengetahuannya sendiri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Peranan guru yang masih aktif dalam proses pembelajaran sehingga kurang adanya interaksi antara guru dengan siswa atau pun siswa dengan siswa yang lainnya.

Pendekatan PMRI memiliki lima karateristik yaitu penggunaan konteks, penggunaan model, penggunaan kontribusi siswa, interaktivitas, dan keterkaitan. Dari karateristik tersebut dapat dilihat bahwa PMRI mampu mengakomodasi siswa untuk berpikir konkret ke berpikir abstrak. Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti akan mencoba menerapkan pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI yang telah disusun


(43)

dalam perangkat pembelajaran. Dengan diterapkannya pendekataan PMRI di sekolah diharapkan mampu menjembatani siswa dalam pembelajaran matematika yang abstrak menjadi konkret untuk menyelasaikan masalah kehidupan sehari-hari.


(44)

26 BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab III ini, peneliti akan membahas tentang metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, setting penelitian, rancangan penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Hal di atas yang secara teknik digunakan peneliti untuk penelitian ini.

A. Jenis Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi perangkat pembelajaran materi bangun ruang dengan pendekatan PMRI dan mengetahui kemunculan indikator-indikator dari masing-masing karateristik PMRI pada implementasi perangkat pembelajaran bangun ruang menggunakan pendekatan PMRI Kelas IV semester 2 SDN Caturtunggal 3. Berdasarkan tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan jenis penelitian diskriptif. Menurut Suryabarata (2008:76), penelitian diskriptif adalah bertujuan membuat pencandraan (diskripsi) secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan di SD Negeri Caturtunggal 3 yang terletak di Jl. Kaliurang KM 4,6, Caturtunggal, Depok, Sleman. Sekolah ini dijadikan tempat penelitian karena pembelajaran matematika di sekolah ini belum pernah menggunakan pendekatan PMRI.


(45)

2. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IV SDN Caturtunggal 3 pada tahun 2012/2013 dengan jumlah peserta didik ada 29 orang yang terdiri dari 14 perempuan dan 15 laki-laki.

3. Obyek Penelitian

Obyek dari penelitian ini adalah implementasi perangkat pembelajaran bangun ruang menggunakan pendekatan PMRI di kelas IV semester II pada tahun ajaran 2012/ 2013.

C. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah hasil pengembangan dari penelitian yang sebelumnya. Hasil penelitian sebelumnya yang menghasilkan desain pembelajaran. Desain pembelajaran yang dihasilkan berupa perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan yaitu silabus, RPP, bahan ajar, LKS, dan soal evaluasi.

Pada penelitian ini, penulis melakukan beberapa tahapan sebelum implementasi perangkat pembelajaran yaitu:

Gambar 3.1 Bagan Rancangan Penelitian Mempelajari

Penelitian Tahun Lalu

Revisi Perangkat Pembelajaran

Uji Keterbacaan Implementasi


(46)

Penjelasan bagan di atas adalah: 1. Mempelajari penelitian tahun lalu

Hal pertama yang dilakukan pada penelitian ini adalah mempelajari penelitian tahun lalu. Pada penelitian tahun lalu menghasilkan desain pembelajaran berupa perangkat pembelajaran yang bersifat hard copy berupa silabus, RPP, bahan ajar, LKS, dan evaluasi mengenai bangun ruang di kelas IV. Perangkat pembelajaran ini dipahami agar peneliti tahu bahwa perangkat pembelajaran layak tidaknya untuk diimplementasikan di sekolah tempat penelitian. Penelitian tahun lalu membahas karateristik PMRI yang berbeda-beda setiap penelitinya. Berikut judul dan peneliti dari keempat peneliti tersebut:

a. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Bangun Ruang yang Mencakup Interaktivitas dengan Pendekatan PMRI di Kelas IV SDN Kledokan Tahun Ajaran 2011/2013 yang ditulis oleh Ag. Tri Hardianto,

b. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Bangun Ruang yang Mencakup Intertwining dengan Pendekatan PMRI di Kelas IVB SDN Kanisius Kalasan Tahun Ajaran 2011/2013 yang ditulis oleh Antonius Kris Aditya, c. Pengembangan Perangkat pembelajaran Bangun Ruang yang Mencakup

Kontribusi Siswa dengan Pendekatan PMRI Di Kelas IV SD Kanisius Kalasan yang ditulis oleh Adella Citra Puspitasari,

d. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Bangun Ruang Menggunakan Masalah Kontekstual sebagai Strating Point Pembelajaran dengan Pendekatan PMRI di Kelas IV SD Tarakanita, yang ditulis oleh Natalia Purwanti.


(47)

2. Revisi perangkat pembelajaran

Setelah mempelajari penelitian tahun lalu, peneliti melakukan tahap revisi terhadap perangkat pembelajaran yaitu silabus, RPP, bahan ajar, LKS, dan soal evaluasi. Peneliti melakukan revisi terhadap perangkat pembelajaran yang disesuaikan pada sekolah yang akan menjadi tempat penelitian sehingga media atau proses pembelajarnnya sesuai dengan lingkungan sekolah yaitu SDN Caturtunggal 3.

3. Validasi Perangkat pembelajaran

Langkah atau tahap selanjutnya yaitu melakukan validasi terhadap perangkat pembelajaran yang telah direvisi. Proses validasi ini dilakukan oleh dua dosen ahli matematika khususnya PMRI dari Universitas Sanata Dharma dan satu guru kelas di sekolah yang menjadi tempat penelitian yaitu SDN Caturtunggal 3.

4. Uji keterbacaan

Menginjak tahap selanjutnya yaitu uji keterbacaan. Tahap ini dilakukan pada siswa kelas IV tetapi berbeda dengan subyek penelitian ini. Uji keterbacaan dilakukan di SD Krekah di Kelas IV A dengan enam siswa yang kemampuannya tergolong rendah, sedang, dan tinggi, masing-masing dua siswa.

5. Implementasi

Tahap yang terakhir adalah implementsi. Setelah keempat tahap tersebut dilakukan, perangkat pembelajaran ini akan di implementasikan di kelas IV SDN Caturtunggal 3. Implementasi ini memiliki tujuan yaitu untuk


(48)

mengetahui kemunculan indikator setiap karateristik dari PMRI di SDN Caturtunggal 3. Pada tahap ini, diakhir proses pembelajaran siswa diberi angket mengenai respon siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Selain itu, guru memberikan respon tehadap proses pembelajaran yang didapat dengan kegiatan wawancara.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah pedoman tertulis tentang wawancara atau pengamatan, atau daftar pertanyaan, yang disiapkan untuk mendapatkan informasi dari responden (Gulo, 2000: 123).

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitaif. Pada data kualitatif peneliti memperoleh data dari hasil implementasi perangkat pembelajaran berdasarkan indikator-indikator karateristik PMRI. Sedangkan, data kuantitatif didapat peneliti dari validasi perangkat pembelajaran, hasil uji keterbacaan, hasil evaluasi pembelajaran dan hasil angket respon siswa terhadap pembelajaran.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data yaitu metode yang digunakan peneliti dalam merekam data (informasi) yang dibutuhkan (Suyadi, 2012: 38). Dalam teknik pengumpulan data peneliti menggunakan dua cara yaitu data kualitatif dan data kuantatif.


(49)

a) Data Kualitatif

Pada pengumpulan data dibutuhkan dokumentasi proses pembelajaran berupa video pembelajaran. Dokumentasi digunakan untuk merekam selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, peneliti juga menggunakan lembar wawancara terhadap guru dan siswa kelas IV. Lembar wawancara ini digunakan untuk mengetahui respon siswa dan guru terhadap pembelajaran.

b) Data Kuantitatif

Pada data kuantitatif, peneliti membutuhkan instrumen berupa lembar validasi perangkat pembelajaran, lembar uji keterbacaan, lembar angket respon siswa dan lembar evaluasi. Penilaian yang dilakukan menggunakan skala likert dengan katagori 1 tidak setuju (TS), katagori 2 kurang setuju (KS), katagori 3 setuju (S) dan katagori 4 sangat setuju (SS).

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantatif yaitu:

1. Data Kualitatif

Teknik pengumpulan data kualitatif yang dilakukan yaitu mendokumentasikan proses pembelajaran berlangsung dan melakukan wawancara kepada guru dan enam siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda yaitu dua dengan kemampuan tinggi, dua dengan


(50)

kemampuan sedang, dan dua dengan kemampuan rendah. Kegiatan wawancara ini dilakukan setelah proses pembelajaran selesai.

2. Data Kuantitatif

Dalam teknik pengumpulan data kuantitatif, peneliti melakukan validasi terhadap perangkat pembelajaran yang telah direvisi. Validasi ini dilakukan oleh dua dosen ahli dan satu guru kelas IV. Setelah melakukan validasi perangkat pembelajaran, peneliti melakukan uji keterbacaan kepada enam siswa yaitu dua dengan kemampuan rendah, dua dengan kemampuan sedang dan dua dengan kemampuan tinggi di sekolah yang berbeda dengan tempat penelitian. Sekolah yang dipilih adalah SD Krekah dan diujikan dikelas IV A. Pada uji keterbacaan ini, siswa diminta untuk membaca bahan ajar, LKS dan soal evaluasi. Setelah membaca perangkat pembelajaran tersebut, keenam siswa tersebut mengisi angket uji keterbacaan yang disediakan oleh peneliti.

Setelah uji keterbacaan, sesuai dengan gambar 3.1 tahap selanjutnya yaitu implementasi perangkat pembelajaran di kelas IV yang dilakukan enam kali pertemuan. Pada pertemuan ketiga dan enam, siswa diberi soal evaluasi untuk mengetahui nilai yang diperoleh siswa setelah proses penyampaian materi seyiap kompetensi dasar selesai. Pertemuan yang keenam, peneliti menyebarkan angket kepada siswa di SDN Caturtunggal 3 mengenai respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan pendekatan PMRI.


(51)

F. Teknik Analisis Data 1. Analisis Data Kualitatif

Data kualitatif dianalisis dengan cara deskriptif kualitatif yang diperoleh dari dokumentasi selama proses pembelajaran dan kegiatan wawancara dengan siswa dan guru. Kegiatan wawancara akan traskripsikan sesuai dengan pertanyaan yang disediakan oleh peneliti. Pada kegiatan dokumentasi peneliti melakukan transkipsi hasil rekapan saat pembelajaran berlangsung ke dalam bentuk narasi. Transkipsi ini digunakan untuk mendukung pendapat peneliti mengenai implementasi pendekatan PMRI sehingga sari paparan narasi tersebut dapat dilihat pada indikator-indikator karateristik PMRI yang muncul saat proses pembelajaran.

2. Analisis Data Kuantitatif

Analisis data kuantitatif dilakukan dengan deskriptif kuantitatif. Analisis data kuantitatif bertujuan untuk menganalisis hasil validasi peeangkat pembelajaran yang dilakukan oleh dua dosen ahli dan satu guru yang nantinya akan diperoleh tingkat validasinya. Pada uji keterbacaan dan hasil angket respon siswa dihitung tingkat validasinya. Sedangkan pada soal evaluasi dinilai sesuai dengan criteria penilaian yang sudah disediakan. Berikut ini tabel kriteria penilaian hasil produk pengemabagan dari Anzwar dalam Fatima Setiani (2011:171):


(52)

Tabel 3.1 Tabel Kriteria Penilaian Hail Produk Interval Tingkat

Pencapaian

Kualifikasi

3,25 < M ≤ 4,00 Sangat Baik

2,50 < M ≤ 3,25 Baik

1,75 < M ≤ 2,50 Kurang Baik

0,00 < M ≤ 1,75 Tidak Baik

Sumber: Setiani (2011: 171)

Keterangan:

M = Rerata skor untuk setiap aspek yang dinilai

(skor didapat dari skor hasil validasi perangkat, hasil angket uji keterbacaan dan hasil respon siswa)

xi = skor suatu item

ft = jumlah responden yang memilih item tertentu fn = jumlah seluruh responden

Hasil rata-rata yang didapat selanjutnya akan dikualifikasikan sehingga berdasarkan kualifikasinya peneliti mangetahui layak atau tidaknya perangkat pembelajaran untuk diimplementasikan. Selain itu, analisis data kuantitatif digunakan untuk mengetahui tuntas tidaknya siswa berdasartkan hasil evaluasi yang dilakukan siswa disetiap kompetensi dasar.


(53)

35 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, peneliti akan membahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini berisi mengenai yaitu paparan penelitian tahun lalu, paparan revisi perangkat pembelajaran, validasi perangkat pembelajaran, uji keterbacaan, implementasi perangkat pembelajaran, respon siswa dan guru serta refleksi terhadap implementasi perangkat pembelajaran. Berikut penjelasan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini.

A. Paparan Penelitian Sebelumnya

Penelitian ini adalah penelitian yang melanjutkan penelitian matematika sebelumnya yang membahas mengenai pengembangan desain pembelajaran mata pelajaran matematika dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Penelitian sebelumnya menggunakan jenis penelitian Research and Development (RnD) dan data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil dari penelitian tersebut adalah perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bahan ajar, Lembar Kerja Siswa (LKS) dan soal evaluasi.

Penyusunan perangkat pembelajaran didapat dari beberapa tahapan yang dilakukan oleh penelitian sebelumnya. Tahapan yang digunakan pada penelitian sebelumnya yaitu menggunakan langkah-langkah penelitian menurut Sugiyono yang dimodifikasi oleh peneliti. Tahap yang dilakukan penelti sebelumnya yaitu analisis kebutuhan, pengumpulan data, validasi desain, dan revisi desian.


(54)

Modifikasi dilakukan langkah-langkah penelitian yang panjang dan membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga penelitian ini berhenti pada tahap revisi desain. Peneliti sebelumnya menambahkan tahap implementasi untuk mengetahui hasil produk perangkat pembelajaran.

Tahap pertama diperoleh dari data hasil analisis kebutuhan, analisis kebutuhan dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan ditemukan kekurangan saat proses pembelajaran yaitu kurangnya partisipasi dalam pembelajaran sehingga membuat siswa pasif saat pembelajaran, guru kurang menggunakan media pembelajaran, kurangnya umpan balik, kurangnya penguatan yang diberikan guru kepada peserta didik, interaksi kurang maksimal dikarenakan kurangnya kerja sama saat pembelajaran berlangsung, guru belum mengaitkan mata pelajaran matematika dengan mata pelajaran yang lainnya, saat pembelajaran guru jarang menggunakan permainan untuk menumbuhkan semangat siswa, dan pembelajaran masih konvensional.

Tahap Dua, pengumpulan inforamasi yang dilakukan dengan cara studi literatur untuk menambah informasi mengenai penelitian yang akan dilakukan. Dilanjutkan ketahapan ketiga yaitu mendesain produk perangkat pembelajaran. Pada penelitian sebelumnya, perangkat pembelajaran dirancang pada kegiatan pembelajaran yang mengacu pada lima karateristik yang mengakomodasi siswa untuk membangun pengetahuanya sendiri dengan caranya sendiri. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian sebelumnya terdiri dari:

1. Silabus

Silabus dirancang berdasarkan KTSP yang memperhatikan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Silabus yang disusun juga mengakomodasi kelima karateristik PMRI.


(55)

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP dikembangkan mengacu pada silabus yang telah disusun. Dalam satu kompetensi dasar terdiri dari tiga RPP sehingga ada enam RPP pada penelitian ini dan setiap indikator maupun tujuan pembelajarannya mengacu pada tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik juga mengakomodasi kelima karateristik PMRI.

3. Bahan Ajar

Bahan ajar berisi materi yang mengacu pada buku paket atau buku pegangan yang menjadi pegangan guru dan peneliti sebelumnya mencari referensi lainnya. Bahan ajar didukung dengan adanya cerita dan media pembelajaran yang berbentuk kubus dan balok yang ada disekitar siswa.

4. Lembar Kerja Kelas (LKS)

LKS disusun berdasarkan RPP yang telah dibuat yang berisi kegiatan belajar siswa selama proses pembelajaran dan disertai refleksi diakhir pertemuan.

5. Evaluasi

Soal evaluasi dirancang untuk mengetahui tingkat pencapaian belajar siswa terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan yang mengacu berdasarkan tujuan pembelajaran dari setiap RPP yang dibuat.

Setelah mendesain perangkat pembelajaran, tahap selanjutnya adalah validasi perangkat pembelajaran yang dihasilkan. Validasi perangkat pembelajaran dilakukan oleh dosen ahli dan satu guru mata pelajaran matematika. Perangkat pembelajaran tersebut direvisi sehingga nantinya akan menjadi prototype. Tahap validasi ini mendapatkan hasil pada kriteria sangat baik (lampiran 21).


(56)

Sebelum uji keterbacaan diadakan revisi perangkat pembelajaran terlebih dahulu untuk memperbaiki perangkat pembelajaran. Tahap ini dilakukan untuk menyakinkan peneliti bahwa hasil revisi perangkat pembelajaran terseut dipahami oleh pembaca. Selanjytnya dilanjutkan ke tahap implementasi dilakukan dengan dua cara yaitu empat pertemuan dan enam pertemuan yang masing-masing dua jam pelajaran. Perbedaan waktu yang dibutuhkan saat implementasi adalah penyampaian materi yang diberikan kepada peserta didik. Pada implementasi yang membutuhkan waktu empat kali pertemuan, penyampaian materi KD 1 pada pertemuan pertama, KD 2 pada pertemuan dua dan tiga, dan pada pertemuan keempat siswa melakukan evaluasi dua KD. Sedangkan pada implementasi yang membutuhkan enam pertemuan karena setiap KD membutuhkan tiga kali pertemuan. Pada pertemuan tiga dan enam dilakukan kegiatan evaluasi.


(57)

39 B. Revisi Perangkat Pembelajaran

1. Silabus dan RPP

Pada revisi perangakat pembelajaran yang mengacu pada penelitian sebelumnya terdapat beberapa perubahan pada silabus dan RPP yaitu:

a) Identitas pada RPP

Pada penelitian sebelumnya hari/ tanggal/ pertemuan ke- dijadikan satu, namun pada penelitian sekarang diubah menjadi hari/ tanggal dan pertemuan ke-, perubahan ini terjadi karena pada pertemuan sebelumnya tidak ada pengisian pada hari/ tanggal sehingga dipisah untuk mengetahui kapan pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan.

Tabel 4.1 Revisi Identitas RPP

No Pertemuan Bagian Penelitian sebelumnya

Revisi Alasan

1 3 dan 6 Alokasi waktu

2x 35 menit (2 jp) 1 x 35 menit (1 jp) Pengurangan waktu pada kegiatan evaluasi karena soal evaluasi hanya ada lima soal dan mengulang soal evaluasi setiap pertemuan sebelumnya, sehingga alokasi kegiatan berubah.

2 4 dan 5 2 x 35 menit (2 jp) 3 x 35 menit (3 jp) Penambahan pada pertemuan ini karena kegiatan pembelajaran yang banyak memakan waktu untuk penyelesaian LKS, sehingga ditambah satu jam pelajaran atau tiga puluh lima menit.


(58)

40 b) Indikator

Tabel 4.2 Revisi Indikator pada RPP dan Silabus

No Pertemuan Bagian Penelitian sebelumnya

Revisi Alasan

1 1 dan 2 Indikator Pembelajaran

Afektif

Menyampaikan pendapatnya mengenai hasil identifikasi balok dengan percaya diri.

Afektif

Menampilkan sikap percaya diri dalam menyampaikan

pendapatnya mengenai hasil identifikasi balok.

Perbaikan dalam indikator sebelumnya ini karena pada kata “menyampaikan pendapatnya

….” menggambarkan aspek psikomotorik, sedangkan percaya diri menggambarkan behavior sehingga diubah pada indikator ini yang menjadi kompetensi yang akan diukur guru adalah sikap “percaya diri” dari siswa.

2 1 dan 2 Psikomotorik

Terampil menggunakan media balok dalam mengidentifikasi sifat- sifatnya.

Psikomotorik

Menggunakan media

balok dalam

mengidentifikasi sifat-sifatnya dengan terampil.

Perbaikan kata “terampil” diawal kalimat pada indikator psikomotorik bertujuan untuk lebih memperlihatkan bahwa indikator tersebut adalah indikator dari aspek psikomotorik.

3 3 -Menentukan

sifat-sifat balok dan kubus. -Menyebutkan

sifat-sifat balok dan kubus. -Menyelesaikan

evaluasi sifat-sifat balok dan kubus dengan jujur.

Kognitif

- Menyelesaikan soal evaluasi sifat-sifat balok.

- Menyelesaikan soal evaluasi sifat-sifat kubus.

Afektif

- Menampilkan sikap jujur dalam menyelesaikan

Pada silabus dan RPP sebelum diresvisi pada indikator tidak dibagi menjadi tiga aspek, yaitu kognitif, afektif dam psikomotrik, sehingga dalam perbaikan ini indikator dibagi dalam tiga aspek tersebut karena dalam kurikulum KTSP pembelajaran diharapkan tidak hamya mengembangkan pengetahuan siswa tetapi juga mampu mengembangkan sikap dan keterampilan siswa. Selain itu, indikator harus mampu mengukur seberapa besar tujuan pembelajaran dapat dicapai oleh siswa dari segi pengetahuan,


(59)

41

-Menggambarkan balok dan kubus dengan tepat.

evaluasi sifat-sifat balok dan kubus. Psikomotorik

- Menggambar balok dan kubus dengan tepat.

sikap ataupun keterampilan.

4 3 - Menentukan

sifat-sifat balok dan balok. - Menyebutkan

sifat-sifat balok dan kubus.

Kognitif

- Menyelsaikan soal evaluasi sifat-sifat balok

- Menyelsaikan soal evaluasi sifat-sifat kubus.

Perbaikan indikator ini karena pada pertemuan ketiga adalah kegiatan evaluasi sehingga kegiatannya berupa menyelesaikan soal evaluasi yang berkaitan dengan sifat balok ataupun kubus, bukan lagi menentukan dan menyebutkan sifat balok atau kubus sehingga kata

“menentukan …” dan “menyebutkan …” diganti “menyelasikan soal ….”. Selain itu, indikator

“menyelesikan soal” diletakkan ke dalam aspek

kognitif karena berkaitan dengan pengetahuan yang dipelajari siswa pada pertemuan sebelumnya.

5 3 Menyelesaikan

evaluasi sifat-sifat balok dan kubus dengan jujur.

Afektif

Menampilkan sikap jujur dalam menyelesaikan evaluasi sifat-sifat balok dan kubus.

Ada dua perbaikan indikator ini, yang pertama adalah meletakkan indikator pada RPP sebelumnya pada aspek afektif karena ada kata jujur yang berarti sikap yang harus dimiliki oleh siswa dan perbaikan yang kedua adalah kata jujur lebih ditampakkan sebagai kompetensi yang harus dicapai oleh siswa saat kegiatan evaluasi.

6 3 Menggambarkan

balok dan kubus dengan tepat.

Psikomotorik

Menggambar balok dan kubus dengan tepat.

Peletakan indikator “menggambar …” ke dalam

aspek psikomotorik karena menggambar menumbuhkan keterampilan siswa.

7 4 - Kognitif

Menjelaskan pengertian

Pada silabus maupun RPP indikator tidak ada kompetensi yang menuntut siswa untuk


(60)

42

jaring-jaring kubus. menjelasakan pengertian jaring-jaring kubus. Pada pertemuan ke empat ini materi yang dipelajari adalah jaring-jaring balok sehingga indikator ini ditambahkan agar siswa mampu menjelaskan pengertian jarrng-jaring balok, tidak hanya pengertian jaring-jaring bangun ruang.

8 4 Afektif

Percaya diri dalam mempresentasikan hasil diskusi.

Afektif

Menampilkan sikap percaya diri dalam menyampaikan

pendapatnya mengenai jaring-jaring kubus.

Revisi dilakukan pada indikator ini karena siswa diharapkan memiliki sikap percaya diri tidak hanya saat presentasi, tetapi saat diskusi maupun menanggapi hasil presentasi kelompok lain.

9 4 - Psikomotorik

Menjilpak jaring-jaring kubus.

Di dalam RPP sebelumnya tidak ada indikator mengenai kegiatan pembelajaran yang menuntut peserta didik melakukan kegiatan menjiplak, sehingga pada aspek psikomotorik pada tahap revisi, peneliti menambahkan indikator menjiplak jaring-jaring kubus.

10 5 - Kognitif

Menjelaskan pengertian jaring-jaring balok.

Pada silabus maupun RPP indikator tidak ada kompetensi yang menuntut peserta didik untuk menjelasakan pengertian jaring-jaring balok. Pada pertemuan ke lima ini materi yang dipelajari adalah jaring-jaring balok sehingga indikator ini ditambahkan agar peserta didik mampu menjelaskan pengertian balok, tidak hanya pengertian jaring-jaring bangun ruang.

11 - Psikomotorik

Menjilpak jaring-jaring balok.

Di dalam RPP sebelumnya tidak ada indikator mengenai kegiatan pembelajaran yang menuntut siswa melakukan kegiatan menjiplak, sehingga pada aspek psikomotorik pada tahap revisi, peneliti menambahkan indikator menjiplak


(61)

43

jaring-jaring balok.

c) Tujuan Pembelajaran

1) Pada tujuan pembelajaran, katu “siswa ….” diganti menjadi “peserta didik …”, perubahan ini terjadi karena di sekolah temapat penelitian lebih lazim menggunakan kata peserta didik.

2) Pada kalimat dari tujuan pembelajaran tidak mengacu pada penuliasan tujuan pembelajaran yang baik dengan Audience, Behavior, Condition, Degree (ABCD), sehingga pada penelitian ini diperbaiki dengan mengacu pada penulisan tujuan pembelajaran yang baik. Contohnya: dari kalimat tujuan pembelajaran “Siswa mampu menentukan sifat balok melalui pengamatan dalam kelompok” menjadi “Peserta didik mampu mengidentifikasi empat sifat balok melalui pengamatan dalam kelompok”.

Tabel 4.3 Revisi Tujuan Pembelajaran pada Silabus dan RPP

No Pertemuan Bagian Penelitian sebelumnya

Revisi Alasan

1 1 Tujuan

pembelajaran

Kognitif

Siswa mampu menentukan sifat balok melalui

Kognitif

Peserta didik mampu mengidentifikasi empat sifat balok melalui

Dalam RPP sebelumnya tujuan pembelajaran, kalimat tidak menagcu pada indikator pembelajaran sehingga diperbaiki menjadi kalimat yang


(62)

44

pengamatan dalam kelompok.

pengamatan dalam kelompok.

mengacu pada indikator pembelajaran.

2 2 Kognitif

Siswa mampu menentukan sifat kubus melalui pengamatan dalam kelompok.

Kognitif

Peserta didik mampu mengidentifikasi empat sifat kubus melalui pengamatan dalam kelompok.

Dalam RPP sebelumnya tujuan pembelajaran, kalimat tidak mengacu pada indikator pembelajaran sehingga diperbaiki menjadi kalimat yang mengacu pada indikator pembelajaran.

3 1 dan 2 Afektif

Siswa berani menyampaikan

pendapatnya mengenai sifat-sifat balok di depan kelas dengan percaya diri

Afektif

Peserta didik mampu menampilkan sikap percaya diri dalam menyampaikan pendapatnya mengenai hasil identifikasi balok melalui pengamatan

Perbaikan tujuan pembelajaran ini karena pada silabus atau RPP sebelumnya ada dua sikap yang harus dimiliki oleh siswa dalam satu tujuan pembelajaran yaitu berani dan jujur, sehingga tujuan pembelajaran diperbaiki sesuai kaidah penulisan tujuan pembelajaran yang baik.

4 3 dan 6 Tidak dibagi dalam

aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik

Dibagi kedalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik

Pada kurikulum saat ini adalah KTSP sehingga dalam pembelajaran berbasis kompetensi perlu ditentukan standar minimum kompetensi yang harus dikuasai siswa yang dibedakan menjadi kompetensi yang dapat mengukur pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik) dari siswa itu sendiri.

5 3 Siswa mampu

menentukan sifat-sifat balok dan kubus tanpa melihat buku.

Kognitif

Peserta didik mampu menyelesiakan satu soal evaluasi sifat-sifat balok tanpa melihat buku

Tujuan pembelajaran ini berubah karena disesuaikan dengan inidikator yang telah diperbaiki.


(63)

45

menentukan sifat-sifat balok dan kubus tanpa melihat buku.

- Peserta didik mampu menyelesikan satu soal evaluasi sifat-sifat kubus tanpa melihat buku.

- Peserta didik mampu menyelesikan satu soal evaluasi sifat-sifat kubus tanpa melihat buku.

pembelajaran, kalimat tidak menagcu pada indikator pembelajaran sehingga diperbaiki menjadi kalimat yang mengacu pada indikator pembelajaran. Selain itu, degree dalam tujuan pembelajaran dibagi menjadi dua yaitu

“satu soal evaluasi menegnai sifat-sifat

kubus” dan “satu soal evaluasi

menegnai sifat-sifat balok” karena sudah berbeda materi.

7 4 Tujuan

pembelajaran

Siswa mampu menyebutkan ciri-ciri jaring-jaring kubus melalui diskusi menggunakan media.

Kognitif

Peserta didik mampu mengidentifikasi jaring-jaring kubus melalui diskusi menggunakan media.

Perubahan ini disesuaikan dengan kalimat dari indikator yang sudah dibuat sehingga pada tujauan pembelajaran tidak mengubah kata

“mengidentifikasi” menjadi

“menyebutkan”.

8 4 dan 5 Tujuan pembelajaran

Afektif

Siswa berani menyampaikan

pendapatnya mengenai jaring-jaring kubus dengan percaya diri

Afektif

Peserta didik mampu menampilkan sikap percaya diri dalam menyampaikan pendaptnya mengenai jaring-jaring kubus melalui presentasi

Kata “percaya diri” termasuk kata yang

menggambarkan sikap (afektif) tetapi dan dalam indikator penelitian sebelumnya tidak menjadi kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik tetapi menjadi degree sehingga tujuan pembelajaran diperbaiki.

9 4 Siswa mampu

menjiplak jaring-jaring kubus menggunakan media yang tersedia

Psikomotorik

Peserta didik mampu menjiplak sebuah jaring-jaring kubus menggunakan media yang tersedia.

Pada indikator pertemuan ke enam sebelum direvisi, tidak terdapat indikator menjiplak tetapi ditujuan pembelajaran ada sehingga pada tujuan pembelajaran sekarang disesuaikan dengan indikator yang telah ditentukan.


(64)

46

menyebutkan ciri-ciri jaring-jaring balok melalui diskusi menggunakan media.

Peserta didik mampu mengidentifikasi jaring-jaring balok melalui diskusi menggunakan media

kalimat dari indikator yang sudah dibuat sehingga pada tujauan pembelajaran tidak mengubah kata

“mengidentifikasi” menjadi

“menyebutkan”.

11 5 - Kognitif

Peserta didik mampu menjelaskan pengertian jaring-jaring balok melalui diskusi menggunakan media.

Penambahan tujuan pembelajaran ini disesuaikan dengan indikator pada pertemuanm kelima, selain itu karena pada pertemuan ini materi yang akan disampaikan kepada siswa adalah jaring-jaring balok.

12 5 Siswa mampu

menjiplak jaring-jaring balok menggunakan media yang tersedia

Peserta didik mampu menjiplak sebuah jaring-jaring balok menggunakan media yang tersedia

Dalam RPP sebelum direvisi, tujuan pembelajaran tersebut tidak mengacu pada indikator karena tidak ada indikator menjilpak jaring-jaring balok. Selain itu, peneliti memperbaiki tujuan indikator dengan menggunakan ABCD.

d) Karakter yang Diharapkan

Tabel 4.4 Revisi Karakter yang Diharapkan pada RPP

No Pertemuan Bagian Penelitian sebelumnya

Revisi Alasan

1 1 – 6 Karekter yang Diharapkan

- a. Disiplin (discipline) b. Tekun (diligence) c. Tanggungjawab

(responsibility) d. Ketelitian

Penambahan dalam silabus/ RPP yaitu karakter yang diharapkan karena sekolah yang menjadi tempat penelitian ini menggunakan RPP berkarakter sehingga siswa diharapkan mampu


(1)

[227]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

[228]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

[229]

FOTO DOKUMENTASI

Siswa yang sedang presentasi Guru sedang memberikan penjelasan

Siswa sedang merangkum materi Siswa sedang berdiskusi kelompok

Siswa mengerjakan soal evaluasi Siswa sedang melakukan permainan

Siswa sedang menjiplak kubus siswa sedang menggambar jarring-jaring

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

BIODATA PENULIS

Nama Lengkap : Farina Dini Sukawati

Nama Panggilan : Dini

Tempat Lahir : Bantul

Tanggal Lahir : 25 Oktober 1990

Riwayat Pendidikan:

1. Lulus dari pendidikan TK dari TK Pertiwi 6 pada tahun 1997 2. Lulus dari pendidikan SD dari SDN Segoroyoso pada tahun 2003

3. Lulus dari pendidikan SMP dari SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta pada tahun 2006

4. Lulus dari pendidikan SMA dari SMAN Sewon pada tahun 2009

5. Pada tahun 2009 terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Riwayat Organisasi:

1. Ketua Yasinan Putri Jembanagn (YPJ) pada tahun 2009 - 2010 2. Sekertaris Muda-Mudi Puspa Bhakti pada tahun 2009 – 2011 3. Anggota Muda-Mudi Puspa Bhakti 2011 – sekarang

Riwatat Bekerja:

1. Tentor di Bimbingan Belajar Jnana Center dari 2009 - sekarang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

vii

ABSTRAK

Sukawati, Farina Dini. (2013). Implementasi Perangkat Pembelajaran Bangun Ruang Menggunakan Pendekatan PMRI di Kelas IV SDN Caturtunggal 3. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

Berdasarkan hasil penelitian di SDN Caturtunggal 3 diketahui bahwa proses pembelajaran siswa kelas IV masih konvensional. Selain itu proses pembelajaran tidak menggunakan media pembelajaran yang mampu membantu siswa dalam proses pembelajaran. Dari latar belakang tersebut peneliti mencoba meneleti implementasi penggunaan pendekatan PMRI pada mata pelajaran matematika khususnya materi bangun ruang.

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian diskriptif dengan data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dikumpulkan peneliti dengan dokumentasi dan wawancara, sedangkan data kuantitatif dikumpulkan melalui validasi terhadap perangkat pembelajaran yang telah direvisi, uji keterbacaan, lembar evaluasi serta respon guru dan siswa. Adapun langkah-langkah penelitian ini dilakukan dengan lima tahapan sebelum implementasi yaitu mempelajari penelitian tahun lalu, revisi perangkat pembelajaran, validasi, uji keterbacaan, dan implementasi. Implementasi ini dilakukan pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 dengan 29 siswa sebagai sampel. Implementasi ini dilaksanakan sebanyak enam kali pertemuan.

Hasil implementasi perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan PMRI mampu membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran matematika. Dalam penelitian ini kelima karateristik PMRI yang dibagi ke dalam indikator-indikator. Karakteristik dari penggunaan konteks, penggunaan kontribusi siswa, penggunaan interaktivitas, dan penggunaan keterkaitan muncul sangat maksimal dalam proses pembelajaran. Sedangkan karakteristik penggunaan media muncul secara maksimal karena beberapa sub-indikator belum muncul dalam proses pembelajaran karena beberapa faktor.

Kata kunci: bangun ruang, implemntasi, matematika, pendekatan PMRI, perangkat pebelajaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

viii

ABSTRACT

Sukawati, Farina Dini. (2013). The Implementation Of The Geometry Learning Instrument Using PMRI Approach Of The Fourth Grade In SDN Caturtunggal 3. Thesis. Yogyakarta: Primary School Teacher Education Program Sanata Dharma University.

Based on the research finding at SDN Caturtunggal 3 was known that the teaching and learning process of the fourth grade students of SDN Caturtunggal 3 were still conventional. Moreover, the teaching and learning process was not use the learning media which could help the students in the learning process. Based on the background of the study, the researcher tried to conduct research about the implementation of using PMRI approach in Mathemetic subject in Geometry.

The type of study in this research is descriptive research which use qualitative and quantitative data. The qualitative data were collected by the researcher using obeservation, documentation, and interview in teaching and learning activity, whereas the quantitative data were collected by validity through learning instruments which had been revised, readability test, and evaluation sheet. The reasearh methods were done by five steps before implementation such as, study of the related research, revise learning instruments, validity, readability test, students and teacher responses and implementation. The sample of this implementation were 29 students of the fourth grade students of SDN Caturtunggal 3. This implementation were done for six meetings.

The implementation result of teaching instrument using PMRI approach was able to help the teacher and the students in Mathematics learning process. In this research, five of the PMRI characteristics divided into some indicators. The characteristic of context applying, student contribution applying, interactivity applying, and connection applying appeared very maximal in the learning process. Whereas, media applying characteristic appeared maximally because of some sub-indicator which had not appeared in the learning process because of some factors.

Keywords: geometry; implementation; mathemetic; PMRI approach; learning instrument

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI