promosi mendapatkan penugasan dan gaji. Dengan adanya kesempatan kerja yang sama maka, diharapkan dapat pula meningkatkan kinerjanya.
Berdasarkan landasan teori yang ada, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ha4: Terdapat perbedaan kinerja antara auditor pria dan wanita yang dilihat dari kesempatan kerja pada kantor akuntan publik.
5. Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja merupakan perasaan senang ataupun tidak senang terhadap pekerjaan yang dilakukan. Perasaan senang ataupun
tidak senang ini muncul disebabkan karena pada saat karyawan bekerja mereka membawa suatu keinginan, kebutuhan dan pengalaman masa
lalu yang membentuk harapan kerja mereka. Makin tinggi harapan kerja ini dapat terpenuhi, makin tinggi tingkat kepuasan kerja karyawan.
Dengan makin tinggi tingkat kepuasan kerja karyawan, diharapkan dapat pula meningkatkan kinerjanya dalam bekerja. Ward.et.al dalam
Trisnaningsih, 2003 meneliti tingkat kepuasan kerja wanita yang mengindikasikan bahwa meskipun secara umum akuntan publik wanita
tampak puas terhadap kebanyakan aspek pada lingkungan kerjanya, hanya saja area yang memberikan kepuasan yang terendah bagi mereka
adalah gaji dan kesempatan promosi yang tersedia. Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dapat ditetapkan hipotesis sebagai berikut:
Ha5: Terdapat perbedaan kinerja antara auditor pria dan wanita yang dilihat dari kepuasan kerja pada kantor akuntan publik
D. Kerangka pemikiran
Penelitian ini mengambil starting point dari penelitian yang dilakukan Trisnaningsih dan Iswati 2003 dalam variabel auditor pria dan
auditor wanita. Bidang akuntan publik juga merupakan salah satu bidang yang tidak terlepas dari diskriminasi gender. Adanya pandangan yang
menganggap bahwa penerimaan budaya kantor akuntan publik merupakan hal yang penting dan menentukan pengembangan karir profesional baik
bagi auditor pria maupun auditor wanita. Perbedaan gender dapat mempengaruhi bagaimana kinerja seorang auditor khususnya komitmen
organisasional, komitmen profesional, motivasi, kesempatan kerja dan kepuasan kerja di dalam melaksanakan tugasnya pada kantor akuntan
publik. Adanya hubungan kuat antara komitmen organisasional, komitmen profesional, motivasi, kesempatan kerja dan kepuasan kerja terhadap
auditor pria dan auditor wanita. Model penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang terkait sebagai dasar dalam
mempertimbangkan rekruitmen dan pengembangan sumber daya organisasi. Sehingga dapat meningkatkan kinerja auditor secara optimal
dan bagi kantor akuntan publik agar tidak membedakan antara auditor pria dan auditor wanita.
Untuk memahami, di dalam penelitian ini diajukan model skema untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja antara auditor pria
dan auditor wanita pada kantor akuntan publik di Jakarta.
Di bawah ini menunjukan kerangka pemikiran yang dibuat dengan model skema sebagai berikut:
Gambar I Model Penelitian
E. F.
G. H.
I. J.
Sumber : Trisnaningsih dan Sri Iswati : 2003 Perbedaan Kenerja Auditor Dilihat dari Segi
Gender. Simposium Nasional Akuntansi VI.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
KINERJA :
· Komimen Organisasi · Komitmen Profesi
· Motivasi · Kesempatan Kerja
· Kepuasan Kerja
AUDITOR WANITA
AUDITOR PRIA
Penelitian ini dirancang untuk menguji perbedaan antara auditor pria dan auditor wanita terhadap kinerja yang diproksikan pada komitmen
organisasi, komitmen profesi, motivasi, kesempatan kerja, dan kepuasan kerja. Dalam penelitian ini, data diambil dari sejumlah sampel dari
populasi yang ada. Dalam suatu penelitian, populasi merupakan suatu obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas atau karakteristik yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah auditor pria dan wanita yang bekerja pada
kantor akuntan publik di Jakarta.
B. Metode Penentuan Sampel
Penelitian ini dilakukan dengan metode survey. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan secara langsung kepada
para akuntan publik atau auditor yang bekerja pada kantor akuntan publik di Jakarta tahun 2010 yang terdaftar pada direktori Institut Akuntan Publik
Indonesia IAPI. Sedangkan intensitas keluar-masuk akuntan publik atau auditor
pada kantor akuntan publik yang sangat tinggi menyebabkan tidak tesedianya data yang mencantumkan berapa banyak jumlah auditor junior,
auditor senior, supervisor, manajer, pria, dan wanita yang bekerja pada kantor akuntan publik di Jakarta 2010, untuk itu, peneliti mengambil
populasi dari seluruh akuntan publik yang tercantum di direktori IAPI 2010 baik yang memiliki izin praktek maupun tidak memiliki izin praktek.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Slovin, dengan jumlah kantor akuntan publik di Jakarta 2010 sebanyak 225
dengan daftar 465 anggota IAPI pemegang izin akuntan publik yang aktif, 24 dan 17 anggota IAPI tidak aktif karena cuti dan sebab lain, 3 anggota
IAPI kehormatan, dan 174 anggota IAPI non pemegang izin akuntan publik. Untuk menentukan ukuran sampel dari suatu populasi dapat
digunakan pendekatan rumus Slovin sebagai berikut: n
=
2
1 e
N N
+
=
2
1 ,
683 1
683 +
=
87,2 Dibulatkan menjadi 87 batas minimum penyebaran
kuesioner
Keterangan: N : jumlah populasi
n : jumlah sampel untuk diambil e2 : derajat kesalahan
2
1 ,
Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik KAP di Jakarta. Para auditor tersebut
harus memiliki pengalaman bekerja minimal satu tahun, memiliki jenjang pendidikan minimal S1 dan posisi baik sebagai auditor senior dan junior,
untuk tujuan memperoleh responden yang memiliki pengalaman dalam tingkat kinerjahasil kerja. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner
yang dibagikan secara langsung kepada auditor atau akuntan publik yang bekerja pada KAP di Jakarta.