kelapa sawit IOPRI, 2008 guna meningkatkan tingkat respon penawaran mereka.
Hasil yang diberikan dari respon produktivitas kelapa sawit terhadap harga CPO dalam jangka pendek sebesar 0,0281 menggambarkan ketika terjadi
peningkatan harga CPO pada tahun sebelumnya, maka petani akan meresponnya dengan meningkatkan produktivitas kelapa sawitnya pada tahun berikutnya. Pada
jangka panjang, respon produktivitas kelapa sawit terhadap harga CPO mengalami sedikit peningkatan yaitu sebesar 0,0880. Dengan demikian, dapat dipastikan akan
terjadi peningkatan produktivitas kelapa sawit dalam jangka pendek dan panjang. Respon luas areal dan respon produktivitas pada jangka pendek bernilai
relatif sama. Hasil ini menggambarkan bahwa dalam jangka pendek, respon petani baik luas areal dan produktivitas terhadap perubahan harga relatif sama. Namun
dalam jangka panjang, respon produktivitas petani lebih kecil dibandingkan dengan respon luas arealnya. Berbeda dengan produktivitas mesin yang sangat
elastis terhadap perubahan harga, produktivitas suatu tanaman bersifat inelastis karena ketika harga naik maka tidak serta merta langsung meningkatkan
produktivitasnya. Ketika harga CPO meningkat, para petani meningkatkan pemeliharaan kelapa sawit mereka dengan menambah atau menggunakan input-
input baru seperti aplikasi pupuk Nitrogen Phospor Kalium NPK. Fungsi NPK pada tanaman kelapa sawit adalah mempercepat pertumbuhan tanaman dan
menjadikan tanaman lebih sehat dan kuat serta dosis pemberian pupuk yang lebih terukur.
Nilai respon penawaran kelapa sawit terhadap harga CPO baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek bertanda positif dan bersifat inelastis yaitu
masing-masing sebesar 0,3377 dalam jangka panjang dan 0,0542 dalam jangka pendek. Hasil ini menggambarkan jika terjadi peningkatan harga CPO pada tahun
sebelumnya maka akan direspon dengan meningkatkan penawaran kelapa sawit di Indonesia pada tahun berikutnya. Ini menjelaskan bahwa pada jangka pendek,
beberapa faktor yang mempengaruhi luas areal bernilai tetap sementara dalam jangka panjang faktor-faktor tersebut sangat bervariasi. Para petani menggunakan
acuan harga CPO tahun sebelumnya untuk meningkatkan penawarannya.
4.3 Implikasi Kebijakan
Berdasarkan hasil estimasi, maka dapat diambil beberapa rekomendasi implikasi kebijakan sebagai berikut :
1. Hasil penelitian menggambarkan bahwa pestisida sangat dibutuhkan
dalam pengembangan
perkebunan kelapa
sawit sekalipun
membutuhkanbanyak biaya. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan khusus dari pemerintah berupa subsidi terhadap biaya pestisida.
2. Sektor perkebunan kelapa sawit memiliki daya tahan yang cukup tinggi
terhadap krisis ekonomi. Oleh karena itu, sektor perkebunan kelapa sawit harus mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah karena memiliki dasar
yang kuat sebagai penopang perekonomian Indonesia. Perhatian ini dapat berupa dorongan ekspor hasil perkebunan kelapa sawit, meningkatkan
konsumsi dalam negeri, memperbaiki infrastruktur perekonomian melalui
anggaran belanja negara, dan sistem barter dengan negara lain seperti barter CPO Indonesia dengan pupuk Rusia.
3. Perlunya penerapan kebijakan harga dan non harga dari pemerintah untuk
merangsang peningkatan produksi kelapa sawit. Kebijakan harga yang dimaksud adalah menetapkan harga dasar yang layak sehingga petani lebih
termotivasi lagi dalam kegiatan produksi. Namun kebijakan ini tidak dapat begitu saja meningkatkan produksi tanpa adanya dukungan dari kebijakan
non harga seperti ketersediaan input yang baik dan dukungan dari program paket teknologi di mana petani dapat mengadopsinya.
4. Berdasarkan uraian sebelumnya, salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi elastisitas respon penawaran adalah adanya konversi biodiesel
. Semakin tinggi harga minyak bumi membuat permintaan terhadap bahan bakar alternatif, yang dalam hal ini adalah agrofuel,
semakin meningkat. Mengingat respon penawaran jangka panjang para petani kelapa sawit terhadap isu ini cukup besar, diharapkan pemerintah
mulai merencanakan kebijakan pembudidayaan kelapa sawit secara massive
atau besar-besaran.
5.
Kebijakan inti plasma yang diterapkan oleh pemerintah mampu membina Perkebunan Rakyat yang termasuk dalam perusahaan inti plasma untuk
meningkatkan produktivitasnya karena produktivitas perusahaan inti plasma terbukti lebih baik daripada perusahaan rakyat biasa. Dengan
demikian, kebijakan ini layak untuk terus dilanjutkan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap respon luas areal tanam
kelapa sawit adalah luas areal lag 1 tahun sebelumnya, harga CPO, dan harga karet alam. Sedangkan faktor-faktor yang tidak berpengaruh nyata
adalah tingkat suku bunga modal kerja, dummy kebijakan inti plasma, dummy
perkebunan swasta, dan dummy krisis ekonomi. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap respon produktivitas kelapa sawit
adalah produktivitas lag 1 tahun sebelumnya, harga CPO, harga pupuk urea, dummy kebijakan inti plasma, dan harga pestisida. Sedangkan
faktor-faktor yang tidak berpengaruh nyata adalah harga pupuk SP-36, upah tenaga kerja di sektor industri, dummy perkebunan swasta, dan
dummy krisis ekonomi.
2. Berdasarkan hasil estimasi, respon luas areal kelapa sawit di Indonesia
terhadap harga CPO bertanda positif baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Kondisi ini cukup kondusif bila dilihat dari aspek bisnis
perkebunan kelapa sawit secara nasional, khususnya terkait dengan isu agrofuel
karena parameter dugaan yang berpengaruh nyata cukup representatif dalam memberikan gambaran respon luas areal kelapa sawit
di Indonesia. Berdasarkan hasil estimasi, respon produktivitas kelapa