Definisi Operasional METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Estimasi Parameter Model

Berdasarkan hasil estimasi model secara keseluruhan, pendugaan dan pengujian model ekonomi dengan kriteria statistik menunjukkan hasil yang memuaskan karena sebagian besar parameter memberikan tanda yang sesuai dengan teori dan hipotesis. Masalah autokorelasi tidak ditemukan dalam persamaan karena dapat dilihat pada uji autokorelasi yang menyajikan nilai Godfrey Serial Correlation LM Test. Nilai Godfrey Serial Correlation LM Test yang lebih besar dari taraf nyata yang digunakan menunjukkan tidak terdapat masalah autokorelasi dalam persamaan. Masalah heteroskedastisitas juga tidak ditemukan dalam persamaan karena nilai White Heteroskedasticity Test lebih besar daripada taraf nyata yang digunakan yaitu 15 persen, begitu juga dengan uji normalitas pada setiap model persamaan. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada pembahasan dibawah ini.

4.1.1 Respon Luas Areal Kelapa Sawit Indonesia

Variabel-variabel eksogen yang digunakan dalam respon luas areal kelapa sawit antara lain luas areal kelapa sawit lag 1 tahun sebelumnya, harga minyak kelapa sawit Crude Palm Oil, CPO periode sebelumnya, harga karet alam periode sebelumnya, tingkat suku bunga modal kerja periode sebelumnya, dummy kebijakan inti plasma, dummy perkebunan swasta, dan dummy krisis ekonomi. Hasil pendugaan parameter persamaan luas areal kelapa dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Hasil Estimasi Parameter Luas Areal Kelapa Sawit di Indonesia Variabel Koefisien Prob. Konstanta 0,1360 0,9152 Luas Areal t-1 0,8952 0,0000 Harga CPO t-1 0,0261 0,0331 Harga Karet Alam t-1 -0,1716 0,1443 Tingkat Suku Bunga Modal Kerja t-1 -0,0290 0,3772 Dummy Krisis Ekonomi t-1 0,0056 0,9445 Dummy Kebijakan Inti Plasma t-1 0,0367 0.7496 Dummy Perkebunan Swasta t-1 0.0720 0,3965 Adjusted R-sq 0,9939 F-Statistik 794,2155 Sumber : Lampiran 2 dan 3 Keterangan : : Nyata pada taraf = 1 : Nyata pada taraf = 5 : Nyata pada taraf = 10 : Nyata pada taraf = 15 Berdasarkan Tabel 4.1, nilai koefisien penyesuaian determinasi pada persamaan respon luas areal sebesar 0,9939. Ini menunjukkan bahwa persamaan respon luas areal dapat dijelaskan oleh variabel-variabel yang terdapat dalam model tersebut sebesar 99,39 persen dan sisanya sebesar 0,61 persen dijelaskan oleh variabel lain yang terdapat di luar model. Berdasarkan Lampiran 3, nilai Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test sebesar 0,3576 lebih besar dari taraf nyata yang digunakan yaitu sebesar 15 persen atau 0,15 sehingga tidak terdapat masalah autokorelasi. White Heteroskedasiticity Test menunjukkan nilai 0,4333 yang lebih besar dari taraf nyata yang digunakan yaitu sebesar 15 persen atau 0,15 menunjukkan bahwa model terbebas dari masalah heteroskedastisitas. Nilai VIF menunjukan bahwa masing-masing variabel eksogen dalam model respon luas areal memiliki nilai VIF dibawah 10 Lampiran 2. Dengan demikian, model terbebas dari masalah multikolinieritas. Hasil pendugaan model respon luas areal secara nasional berdasarkan model penyesuaian Nerlove disajikan pada Tabel 4.1. Hasil uji statistik-t menunjukkan bahwa perkembangan areal panen sangat dipengaruhi oleh lag areal panen, harga CPO, dan harga karet alam. Koefisien dugaan dari lag luas areal bertanda positif dan signifikan pada taraf 1 persen menggambarkan bahwa peningkatan lag luas areal tahun sebelumnya akan diikuti dengan kenaikan luas areal pada tahun berikutnya. Koefisien dugaan dari harga CPO juga bertanda positif dan nyata pada taraf 5 persen mengindikasikan bahwa kenaikan harga CPO pada tahun sebelumnya akan diikuti dengan peningkatan luas areal pada tahun selanjutnya. Koefisien harga karet alam bertanda negatif menggambarkan dampak peningkatan harga karet alam pada periode sebelumnya akan diikuti oleh penurunan luas areal kelapa sawit pada periode selanjutnya. Tanaman karet merupakan kompetitor utama dalam pemanfaatan lahan di seluruh Indonesia sehingga ketika terjadi kenaikan harga secara umum dan dengan asumsi petani akan menanam komoditi yang menguntungkan, maka petani akan mengurangi lahan kelapa sawitnya dan memperbanyak menanam tanaman karet pada periode berikutnya karena tanaman karet memberikan keuntungan yang lebih besar. Variabel tingkat suku bunga modal kerja memiliki koefisien sebesar - 0,0290 dan tidak nyata hingga taraf 15 persen. Koefisien dugaan bertanda negatif dan sesuai dengan parameter yang diharapkan. Tingkat suku bunga modal kerja