Penelitian Mengenai CPO PenelitianTerdahulu
Variabel-variabel yang digunakan adalah expected price minyak kelapa sawit relatif terhadap harga karet tanaman substitusi, pengeluaran pemerintah sebagai
proxy untuk kebijakan pemerintah, trend waktu untuk mewakili trend teknologi,
dan interest rate yang mewakili cost of borrowing pembukaan lahan baru. Studi ini menggunakan produksi minyak kelapa sawit dalam ton sebagai variabel
proxy untuk output kelapa sawit, bukan produktivitas ataupun luas areal. Hasil
yang diberikan menggambarkan rasio produksi ke daerah-daerah perkebunan hektar, yang lebih tepat untuk mengukur dampak kegiatan-kegiatan yang
bersifat teknis. Menurut teori fungsi produksi, peningkatan produksi akan meningkatkan rata-rata dari hasil sawit. Variabel tingkat suku bunga
menggambarkan proxy biaya pembiayaan tanam. Koefisien pendugaan diharapkan negatif. Ketika terjadi peningkatan biaya pinjaman akan berdampak pada
menurunnya pembukaan areal baru diharapkan ada negatif dampak tanam. Expected price
CPO dapat dimodelkan dengan beberapa cara : naïve model, simple lagged model
, dan model rational lag lainnya. Studi ini menggunakan naïve
model dalam menentukan expected price komoditinya pada periode ke-t. Koefisien pada setiap variabel dengan tanda positif atau negatif +- diharapkan
menunjukkan hubungan antar variabel yang diharapkan. Leaver 2004 menganalisis elastisitas harga dari penawaran tembakau di
Zimbabwe menggunakan model Nerlove yang diadaptasi. Variabel yang digunakan adalah produksi ton, harga riil tembakau, produksi pada periode
tahun sebelumnya, trend waktu sebagai proksi agro-teknologi, variabel dummy curah hujan, dan kuota penjualan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa elastisitas
jangka pendek bernilai 0,34 dan elastisitas jangka panjang bernilai 0,81. Hasil ini menggambarkan bahwa para petani tembakau di Zimbabwe tidak responsive
terhadap perubahan harga yang terjadi.
Purwandari 2006 dalam Analisis Respon Penawaran Kelapa di Pulau Jawa menggunakan model distribusi beda kala penyesuaian Nerlove dengan
persamaan tunggal regresi berganda. Peubah bebas yang digunakan untuk respon areal kelapa yaitu luas areal kelapa t-1, harga kopra, harga padi, dan harga
kacang hijau sedangkan untuk respon produktivitas adalah produktivitas t-1 harga kopra, harga kacang hijau, harga jagung, harga padi, dan harga kacang
tanah. Data yang digunakan adalah data sekunder dengan deret waktu time series
selama 20 tahun yaitu dari tahun 1984 sampai dengan tahun 2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap
respon areal kelapa di Pulau Jawa adalah harga riil kopra tahun sebelumnya, harga riil padi tahun sebelumnya, dan harga riil kacang hijau tahun sebelumnya.
Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap respon produktivitas adalah variabel produktivitas kelapa tahun sebelumnya. Hasil dari respon areal
dan respon produktivitas kelapa di Pulau Jawa bertanda negatif baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang sehingga respon penawaran kelapa di Pulau Jawa
pada jangka pendek dan jangka panjang bertanda negatif.