3.8. Validitas Alat Ukur
Menurut American Psychological Association 1985, ada tiga tipe validitas, yaitu :
1. Content Validity adalah satu-satunya tipe validitas yang menggunakan
pembuktian secara logika dan bukan secara statistik. Suatu pengukuran dikatakan memiliki content validity apabila penguran tersebut memberikan
gambaran yang memadai mengenai domain konseptual yang dirancang untuk alt ukur tersebut. Penerapan content validiti dari suatu test memerlukan logika
yang baik, keterampilan intuitif dan ketekunan. 2.
Criterion-related validity, berkaitan dengan relasi hasil suatu alat test dengan kriteria yang telah ditentukan. Ada dua tipe criterion-related validity, yaitu:
a. Concurrent validity yang menunjukkan hubungan antara hasil pengukuran
dengan keadaan yang sekarang. b.
Predictive validity yang menunjukkan pada apa yang kiranya dapat terjadi di waktu yang akan dating, jadi suatu hubungan antara hasil pengukuran
suatu alat test dengan keadaan yang akan datang. Hubungan antara suatu pengukuran dengan suatu kriteria biasanya
digambarkan dengan nilai korelasi, yang disebut koefisien validitas. Dalam kenyataannya jarang dijumpai koefisien validitas yang lebih besar dari 0.60
dan koefisien validitas yang berkisar antara 0.30 dan 0.40 dapat dianggap cukup tinggi.
3. Construct validity adalah metode validitas yang digunakan untuk melihat hubungan antara hasil pengukuran suatu alat test dengan konsep teoritik yang
Universitas Sumatera Utara
dimilikinya. Jadi construct validity menyangkut masalah theiritical construct yang menjadi dasar dalam penyusunan test tersebut. Menurut Cohen 1988,
peningkatan construct validity dapat dipandang sebagai konsep yang menyatukan semua bukti adanya validitas untuk semua tipe validitas termasuk
construct validity dan criterion-related validity. Cohen menyatakan ada beberapa prosedur yang dapat digunakan untuk membuktikan bahwa suatu test
mempunyai construct validity. Prosedur-prosedur tersebut adalah: a.
Test tersebut harus homogen dan mengukur konsep yang tunggal Homogenitas secara umum dapat diartikan sebagai seberapa jauh suatu test
mengukur konsep yang tunggal. Untuk meningkatkan homogenitas dari suatu alat test dapat dilakukan dengan beberapa cara, dimana cara yang
paling sering dilakukan adalah dengan mengkorelasikan nilai subtest dengan nilai total. Apabila suatu subtest tidak berkorelasi dengan test
secara keseluruhan, maka subtest tersebut harus direkonstruksi atau dieliminasi dari alat test tersebut, karena subtest tersebut tidak mengukur
konstruk yang ditentukan dalam alat test. b.
Hasil test berubah karena adanya pengalamanintervensi Perubahan skor suatu test sebagai hasil dari suatu pengalamanintervensi
diantara pre test dan post test dapat dijadikan bukti dari construct validity. Pengalamanintervensi yang biasa dilakukan adalah pendidikan formal,
terapi atau pengobatan, pengalaman kerja dan pelatihan. Apabila setelah adanya intervensi yang dilakukan ada perubahan yang signifikan antara
Universitas Sumatera Utara
skor pre test dan post test, maka hal ini menunjukkan bukti adanya construct validity.
c. Hasil test menunjukkan perbedaan pada kelompok dan usia yang berbeda
Jika suatu test mempunyai construct validity, maka skor hasil test dari kelompok individu yang diduga mempunyai perbedaan berdasarkan
konstruk tersebut, akan memberikan skor test yang berbeda pula. Demikian pula apabila skor hasil test dari kelompok usia yang berbeda
diduga mempunyai perbedaan berdasarkan konstruk tersebut, maka skor hasil test akan menunjukkan pula hasil yang berbeda.
d. Konvergen
Bukti adanya construct validity dari suatu test mungkin berasal dari sejumlah sumber, seperti test atau pengukuran lain yang dirancang untuk
mengungkap konstruk yang sama atau serupa. Jadi jika skor suatu test mempunyai kecenderungan berkorelasi tinggi dengan skor test lain yang
lebih tua dan stabil yang dirancang untuk mengukur konstruk yang sama atau serupa, maka hal ini menunjukkan adanya konvergenitas.
e. Diskriminan
Apabila koefisien validitas menunjukkan adanya hubungan yang rendah secara statistic tidak signifikan diantara skor test dengan variable lain
yang secara teoritis tidak berkorelasi, maka hal ini menunjukkan bukti diskriminan dari construct validity.
f. Analisis faktor
Universitas Sumatera Utara
Bukti konvergen dan diskriminan dari construct validity dapat diperoleh dengan menggunakan analisis faktor. Analisis faktor adalah suatu bentuk
yang digunakan untuk menggambarkan prosedur matematik yang dirancang untuk mengidentifikasi faktor-faktor atau untuk
mengidentifikasi variabel-variabel spesifik yang diduga mempengaruhi
atau menjelaskan performansi suatu alat ukur.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan. Hasil penelitian tidak pernah dimaksudkan
sebagai suatu pemecahan solusi langsung bagi permasalahan yang dihadapi, karena penelitian berfungsi untuk mencari penjelasan dan jawaban terhadap
permasalahan serta alternatif yang mungkin dapat digunakan untuk pemecahan masalah.
Penelitian harus mempunyai tujuan dan arah yang jelas. Dengan adanya tujuan yang jelas dan terencana dengan baik maka kegiatan penelitian akan
menjadi jelas. Karena itu diperlukan sistematika kegiatan yang akan dilaksanakan dengan metode dan prosedur yang tepat mengarah kepada sasaran atau target yang
telah ditetapkan.Dalam metode penelitian direncanakan cara atau prosedur beserta tahapan-tahapan yang jelas dan disusun secara sistematis seperti yang ditunjukan
pada gambar 4.1.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1. Blok Diagram Prosedur Penelitian
4.1. Tempat dan Waktu
Tempat penelitian adalah Pekan Baru Centrum. Waktu penelitian dimulai pada tanggal 18 Juli – 18 September 2007
Perumusan Masalah
Penetapan Tujuan Penelitian
Studi Literatur Studi Pendahuluan
Penentuan Objek Penelitian
Penentuan Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Pengumpulan Data dan sampling
Pengolahan Data
Analisis dan Pembahasan Hasil
Kesimpulan dan Saran
Universitas Sumatera Utara
4.2. Rancangan Penelitian