Tujuan Bimbingan Tujuan, Fungsi, dan Metode Bimbingan

2. Fungsi Bimbingan

Selanjutnya fungsi dari bimbingan menurut Aunur Rahman Faqih: a. Pemahaman, yaitu membantu individu mengembangkan potensi dirinya secara optimal. b. Preventif, yaitu mencegah klien agar tidak melakukan perbuatan yang bisa merugikan orang lain. c. Pengembangan, yaitu menciptakan situasi belajar yang kondusif dan memfasilitasi perkembangan klien. d. Perbaikanpenyembuhan, yaitu memberikan bantuan pada klien yang sedang mengalami masalah, baik yang berkaitan dengan pribadinya, sosial, belajar, maupun karirnya. e. Penyaluran, yaitu membantu klien agar mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan kemampuan pada bidang dan keahlian yang dimilikinya. f. Penyesuaian, yaitu membantu klien agar dapat menyesuaikan diri dimanapun ia tinggal dan berada. 31

3. Metode Bimbingan Rohani Islam

Metode adalah seperangkat langkah apa yang harus dikerjakan yang tersusun secara sistematis urutannya logis untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam melakukan bimbingan, agar materi yang disampaikan oleh pembimbing dimengerti oleh terbimbing penerima pesan diperlukan metode, macam-macam metode yang digunakan dalam bimbingan antara lain sebagai berikut: 31 Dr. Syamsu Yusuf dan Dr. A Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, Cet. Ke-2, h. 7 a. Metode Interview Wawancara, merupakan suatu alat untuk memperoleh fakta data informasi dari murid secara lisan, jadi terjadi pertemuan di bawah empat mata dengan tujuan mendapatkan data yang diperlukan untuk bimbingan. b. Group Guidance Bimbingan Kelompok, ada kontak ahli bimbingan dengan sekelompok klien yang agak besar mereka mendengarkan ceramah, ikut aktif berdiskusi, serta menggunakan kesempatan untuk tanya jawab. Pembimbing mengambil banyak inisiatif dan memegang peranan instruksional, misalnya bertindak sebagai instruktur atau sumber ahli bagi berbagai macam pengetahuan atau informasi. c. Client Centered Method metode yang dipusatkan pada keadaan klien, metode ini sering disebut juga dengan nondirective tidak mengarahkan. Dalam metode ini terdapat pandangan bahwa klien sebagai makhluk yang bulat memiliki kemampuan berkembang sendiri dan sebagai pencari kemantapan diri sendiri self consistency. d. Directive Counseling, metode ini berlawanan dengan metode nondirective atau client centered, di mana konselornya dalam interviewnya, berada di dalam situasi bebas. Klien diberi kesempatan mencurahkan segala tekanan batin sehingga akhirnya mampu menyadari tentang kesulitan-kesulitan yang diderita. Dengan demikian, peranan konselor hanyalah merefleksikan kembali segala tekanan batain atau perasaan yang diderita klien. e. Educative Method, metode ini hampir sama dengan metode client centered, hanya bedanya terletak pada usaha mengorek sumber perasaan yang menjadi beban tekanan batin klien serta mengaktifkan tenaga kejiwaan klien potens dinamis melalui pengertian tentang realitas situasi yang dialami olehnya. f. Psychoanalysis Method, metode ini berpangkal pada pandangan bahwa semua manusia itu jika pikiran dan perasaannya tertekan oleh kesadaran dan perasaan atau motif-motif tertekan tersebut tetap masih aktif mempengaruhi segala tingkah lakunya meskipun mengendap di dalam alam bahwa ketidaksadaran Das Es yang disebutnya “Verdrongen Complexen”. 32 Selain metode yang diuraikan di atas, dalam perspektif Al- Qur’an juga metode yang bisa diterapkan dalam kegiatan bimbingan, yaitu metode bil- hikmah, bil –mauidzah hasanah, dan bil-mujadalah. Sebagaimana terdapat dalam firman Allah: يه يتل ب ْم ْلد ج ۖ ةنسحْل ة عْ ْل ة ْكحْل ب كبر لي س ٰىل ْد ني تْ ْل ب ملْعأ ه ۖ هلي س ْنع لض ْن ب ملْعأ ه كبر ۚ نسْحأ “Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang- orang yang mendapat petunjuk ”. Q.S. An-Nahl 16: 125 33 Ayat tersebut menjelaskan bahwa dalam mengajak dan membimbing seseorang kepada jalan Allah, memerlukan metode dan teknik tertentu. Diman kita sebagai pembimbing harus memahami karakteristik, latar belakang dan kepribadian terbimbing, sehingga dapat menggunakan metode bimbingan yang sesuai dan tujuan dari bimbingan tersebut dalam tercapai. 32 Drs. Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, h. 69-73 33 Al- Qur’an Tajwid dan Terjemah, Jakarta: Maghfirah Pustaka, h. 281