Analisis Peran Pembimbing Rohani Islam dalam Menumbuhkan Etos

“Bimbingan mental dan spiritual seorang Ustadz berkaitan dengan penyampaian materi kepada warga binaan, minimal pembimbing tahu permasalahan dari warga binaan kami sehingga akan memberikan sebuah solusi minimal bisa memberikan solusi dengan contoh-contoh ayat-ayat Al- Qur’an, hadis-hadis, atau tuntunan syariat lainnya dan contoh-contoh figur dari Nabi Muhammad agar memiliki gambaran dari Nabi. Sehingga kita tetap berusaha bagaimanapun kondisi kehidupan kita. Kita harus tetap semangat tidak pasrah dengan masalah hidup. “ 27 Dari ungkapan diatas terlihat bahwa pembinaan warga binaan sosial WBS melalui bimbingan rohani Islam diharapakan seorang pembimbing bisa menyampaikan materi-materi yang sesuai dengan kondisi warga binaan sosial WBS dengan bahasa-bahasa agama. Sehingga mereka tidak begitu saja pasrah dan tetap semangat dalam menghadapi setiap masalah hidup. Selain itu dari hasil observasi dan wawancara langsung selama dilapangan ternyata bimbingan rohani Islam memiliki manfaat yaitu agar warga binaan sosial WBS mendapatkan ketenangan batin. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak M. Kurniawan, S. Sos : “Dengan mengikuti bimbingan WBS bisa mendapat ketenangan batin. Terus ada juga sesi curhat, sehingga WBS bisa menyampaikan apa masalah yang mereka hadapi dan memberikan solusi. Selain itu saya juga menyampaikan untuk selalu mengingat Allah SWT dimanapun dan seberat apapun masalah yang mereka hadapi. Biasakan doa dan dzikir Insya Allah ada jalan keluarnya.” 28 Dari hasil observasi dan wawancara langsung dari pembimbing rohani Islam selama di lapangan, penulis juga melakukan wawancara langsung dengan terbimbing warga binaan sosial. Penulis menemukan bahwa seorang pembimbing rohani Islam memiliki peran dalam menumbuhkan etos kerja pada 27 Wawancara dengan Bapak H. Abdul Khair, S.Ag, M.Si, KA Sub Bag Tata Usaha, Ceger, 26 Maret 2014 28 Wawancara dengan Bapak Kurniawan, S. Sos, Staff Bimbingan dan Penyaluran dan Pembimbing Rohani Islam, Ceger, Kamis, 3 April 2014. warga binaan sosial WBS dengan di awali dengan menenangkan diri dan belajar ikhlas. Sebagaimana yang diungkapkan oleh informan 4: Menurut aku hati jadi rasanya tenang dan mulai sadar bahwa ini kesalahan aku. Sehingga aku pasrah dengan semua yang terjadi, berdoa sama Allah semoga aku di dalam panti ini ada hikmahnya aja. Saya tidak menyalahkan siapa-siapa, saya salahin diri saya sendiri. Selain itu manfaat yang lain dengan ikut bimbingan saya jadi bertambah pengetahuan tentang agama, dari yang tidak tahu jadi tahu. Lalu untuk motivasi supaya bisa kerja lebih baik lagi dari sekarang, dan merubah sikap juga. 29 Dari hasil wawancara di atas juga dapat terlihat, pertama-tama yang dilakukan oleh pembimbing adalah mengupayakan agar terbimbing dapat menerima dengan ikhlas bahwa semua yang terjadi adalah bagian dari sekenario Tuhan, dimana Allah SWT tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan orang tersebut. Setelah itu baru diberikan materi untuk meningkatkan etos kerja masing-masing warga binaan, misalnya agar kedepan setelah keluar dari panti dapat bekerja lebih baik lagi dari sekarang. Hal lain diungkapkan oleh informan 3: “Iya Dek, saya lebih menerima aja kenapa bisa ada disini, ga terlalu marah-marahlah. Saya jadi yakin aja kalau Allah SWT pasti akan membantu. ” 30 Dari ungkapan informan 3 diatas dapat terlihat peran dari seorang pembimbing yaitu dengan apa yang disampaikan dapat membuat terbimbing berubah dari segi afektif, dimana saat pertama kali masuk ke panti warga binaan sosial WBS masih bersikap kasar, dan suka marah-marah kepada 29 Wawancara dengan Nuryani, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Jakarta pada tanggal 05 April 2014. 30 Wawancara dengan Ibu Hatinah, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Jakarta pada tanggal 05 April 2014. orang-orang disekitar mereka. Tapi setelah beberapa kali mengikuti bimbingan, dapat terlihat bahwa WBS sudah mulai berubah baik dari segi ucapan atau tingkah laku. Hal lain diungkapkan juga oleh informan 3 dan 4: “Dengan mengikuti bimbingan kami di motivasi untuk mandiri, misalkan tentang bagaimana caranya merubah hidup jadi lebih baik dan layak. Kami diberi pengarahan agar jangan melakukan pelanggaran. Perhatikan dimana wajarnya bisa dagang, di tempat- tempat yang tidak dilarang. Makanya dari situ saya mau coba mulai dagang di pasar, supaya jangan melanggar ”. 31 “Disampein si Dek ceramah-ceramah supaya kita engga minta-minta lagi, supaya hidup mulai mandiri. Tapi ya itu Dek, suami saya tuna netra bingung mau gimana nanti saya ga bisa dapat penghasilan. ” 32 Dari ungkapan informan 4 dapat terlihat bahwa apa yang disampaikan oleh pembimbing diantaranya untuk memotivasi dan memberikan warga binaan sosial WBS agar bisa hidup lebih mandiri, dan lebih layak daripada sekarang dalam arti kata warga binaan sosial WBS diarahkan agar tidak lagi meminta-minta dijalan, tidak menjadi joki, dan melanggar ketertiban yang telah diatur dalam peraturan daerah. Hal berbeda di ungkapkan oleh informan 3, dari ungkapan Ibu Hastinah dapat terlihat bahwa Bu Hastinah mengakui dalam ceramah-ceramah keagamaan disampaikan tentang bagaimana bekerja yang baik dalam Islam, lebih baik berusaha sendiri mengerahkan kemampuan yang ada dari pada harus mengharapkan kasihan dari orang lain. Hasil dari wawacara disini menunjukan bahwa Bu Hastinah hanya sampai menyatakan bahwa pembimbing memang 31 Wawancara dengan Nuryani, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Jakarta pada tanggal 05 April 2014 32 Wawancara dengan Ibu Hatinah, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Jakarta pada tanggal 05 April 2014. menyampaikan tentang materi etos kerja dan Bu Hastinah sadar bahwa pekerjaan mengemis itu dilarang. Tapi di sisi lain Bu Hastinah merasa belum yakin untuk meninggalkan pekerjaan tersebut dengan alasan karena suaminya yang tuna netra dan pengangguran. Bu Hastinah merasa hanya ini satu-satunya jalan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Apa yang diberikan dan disampaikan oleh pembimbing rohani islam juga membuat pandangan dan pola pikir warga binaan sosial WBS berubah sebagaimana yang diungkakan oleh informan 1 berikut: “Bekerja seperti apa yang telah disampaikan oleh Pak Kurniawan, bekerjalah karena Allah semata. Bekerjalah kamu seolah-olah kamu akan hidup selamanya, dan beribadahlah kamu seolah-olah kamu akan mati besok. Arti dari bekerja adalah tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah, seperti yang dikatakan Pak Kurniawan nanti pada akhir jaman di Padang Mashyar Allah tidak akan melihat atau menghadap kepada orang yang meminta-minta..mereka datang kesana dengan tidak dilapisi daging sekalipun, wajahnya rata. Orang meminta-minta itu termasuk orang yang pemalas .” 33 Dari ungkapan informan 1 dapat terlihat perubahan pandangan mengenai bekerja, terutama dalam Islam. Pak Amrizon terlihat paham bahwa dalam Islam kita dilarang mengemis untuk memperkaya diri sendiri. Karena di Padang Mashyar kelak, orang yang suka meminta-minta akan menghadap kepada Allah SWT dengan muka tidak dilapisi sepotong dagingpun. Hal lain diungkapkan oleh informan 4 : “Pandangan saya setelah ikut bimbingan sekarang ingin merubah hidup, ya mau dagang sayuran di pasar. Soalnya itu sesuai dengan aku, saya ga mau lagi dagang di emperan. Saya mau kumpulin modalnya sedikit-sedikit. Kalau ada rezeki saya mau buka usaha laundry juga. Bekerja dalam Islam juga ternyata diantaranya harus 33 Hasil wawancara dengan Amrizon, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Ceger, 27 Maret 2014. jadi pedangang yang jujur sesuai dengan syariat agama. Tidak boleh melakukan yang haram, dan melanggar ketertiban. “ 34 Ini terlihat juga dari hasil wawancara oleh informan 5: “Yah kedepan saya bisa punya kehidupan yang lebih baik lagi, biar nanti ga balik ke jalan,,,pengennya ga minta-minta di jalan lagi Mba. Pengen ngumpulin modal buat buka usaha, dagang nasi uduk atau gorengan. Cuma masih suka bingung ini...suami saya, ga bisa ngeliat, jadi susah nyari nafkahnya. ” 35 Dari ungkapan informan 4 dan 5 dapat terlihat bahwa setelah mengikuti bimbingan rohani Islam warga binaan sosial WBS jadi memiliki rencana-rencana ke depan untuk memperbaiki hidup dan tidak mau mengulangi kesalahan yang sama. Mereka berniat untuk mengumpulkan modal untuk membuka usaha kecil-kecilan. Tapi dari hasil wawancara tersebut ada juga perbedaan jawaban antara informan 4 dan 5. Dimana, informan 4 merasa yakin akan merubah kebiasaan dia bekerja, yaitu dari dagang asongan di tempat yang di larang oleh Pemda DKI Jakarta setelah mengikuti bimbingan Bu Nuryani mau mulai berdagang sayur di pasar dan mengumpulkan untuk modal untuk buka laundry. Selain itu Bu Nuryani juga mulai tumbuh etos kerjanya, ini terlihat karena Bu Nuryani mengungkapkan bahwa jadi pedagang itu harus jujur, dan tidak melawan pemerintah karena pada dasarnya itu semua di tetapkan demi kenyamanan bersama. Ini agak sedikit berbeda dengan hasil wawancara dengan Bu Suniti. Walaupun Bu Suniti sudah memiliki pandangan motivasi untuk berdagang tapi terlihat dari cara mengungkapkannya Bu Suniti 34 Wawancara dengan Nuryani, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Ceger, 5 April 2014 35 Wawancara dengan Ibu Suniti, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Ceger, 14 April 2014 masih tidak yakin benar-benar akan meninggalakan pekerjaan lamanya karena melihat kondisi suami yanh tidak bisa melihat. Pembimbing rohani Islam sangat berperan dalam menumbuhkan etos kerja pada warga binaan sosial WBS, ini dapat terlihat dari ungkapan informan 2: “Peran pembimbingnya si sudah bagus, tapi kalau yang dikasih pengarahan kaya gitu kaya gitu gimana Mba kaya pengemis-pengemis kan mereka mah turun-temurun dijalan. Jadi walau pembimbingnya sudah bagus kasih ceramah, semua kembali lagi sama WBSnya.” 36 Hal lain diungkapkan oleh informan 1: “Peran mereka penting, supaya kami tersadar. Apa yang disampaikan Pak Kurniawan kan benar, tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah. Tapi kan balik lagi ke kita masing-masing, apakah mereka mau mendengar...Allah tidak akan melihat ke orang yang suka meminta-minta. Itu kan bagi mereka yang mau menyadari, soalnya agak sulit WBS disini terutama pengemis kan biasa hidup enak, biasa dapat uang cepat dengan meminta-minta terus sekarang disuruh bekerja, berdagang, dan lain sebagainya rasanya agak sulitlah..ya tapi kembali kediri mereka masing-masing. ” 37 Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat terlihat, bahwa pembimbing rohani Islam di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 memiliki peran penting dalam menumbuhkan etos dan motivasi kerja pada warga binaan sosial. Dimana pembimbing menyampaikan mengenai materi-materi yang berkaitan tentang bagaimana bekerja di dalam hukum Islam, larangan mengenai mengemis, mencontohkan bagaimana Rasulullah dan para sahabat berusaha untuk mencari nafkah dengan tidak mengandalkan orang lain, serta bagaimana cara bermuamalah yang baik dalam Islam. 36 Hasil wawancara dengan Amirudin, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Ceger, 27 Maret 2014. 37 Hasil wawancara dengan Amrizon, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Ceger, 27 Maret 2014. Tapi karena jumlah klasifikasi warga binaan sosial yang beragam dan keterbatasan waktu pembinaan di panti. Maka terlihat dari ungkapan para terbimbing mereka hanya sampai tahap menyadari bahwa bekerja yang baik itu dengan tidak mengharapkan belas kasihan dari orang lain, tidak melanggar peraturan-peraturan yang di buat oleh pemerintah. Sayangnya, mereka terlihat masih ragu untuk benar-benar tidak kembali melakukan pekerjaan sebelumnya. Ini di karenakan banyak faktor- faktor yang mempengaruhi mind set warga binaan itu sendiri, yakni: faktor ekonomi misalnya fisik yang tidak lagi mendukung untuk bekerja seperti disabilitas, tuna netra, sehingga membuat beberapa warga binaan merasa tidak ada jalan lain selain mengemis; faktor pendidikan, pendidikan warga binaan yang umumnya rendah membuat cara pandang dan pola kerja mereka cenderung rendah; faktor agama, minimnya pengetahuan mereka tentang pendidikan agama membuat mereka juga tidak bisa benar-benar mengamalkan apa yang disampaikan oleh pembimbing. Selain itu karena Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 ini merupakan panti penampungan sementara hasil penjaringan penyandang masalah kesejahteraan sosial PMKS, dimana pembinaan-pembinaan yang diberikan juga terbatas dengan jangka waktu 1 bulan sampai dengan 3 bulan. Tergantung masing-masing warga binaannya jika setelah sebulan mereka mau kembali kerumah maka di perbolehkan untuk pulang, jika mereka ingin melanjutkan pendidika maka mereka di salurkan ke panti-panti yang memang memiliki program pendidikan, atau setelah dari panti mereka ingin melatih skill dan kemampuan mereka di salurkan ke panti lain untuk mendapatkan pelatihan, seperti bercocok tanam, menyetir, membuat kerajinan tangan, dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan responden selama di lapangan penulis dapat merefleksikan peran pembimbing rohani Islam dalam menumbuhkan etos kerja pada warga binaan sosial WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2. Dari beberapa orang terbimbing yang menjadi responden pada penelitian kali ini, mayoritas adalah orang-orang yang memiliki etos kerja rendah. Ini terlihat dari profesi yang mereka jalani sehari- hari, yaitu mengemis, memulung, atau pedagang asongan yang melanggar peraturan daerah DKI Jakarta. Sehingga mereka harus di rehabilitasi di panti sosial, dan mendapatkan bimbingan. Dari pernyataan yang dikemukakan oleh respoden dapat terlihat bahwa pembimbing di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 berperan dalam memberikan bantuan kepada terbimbing WBS agar bisa menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan hidup dan mampu mengatasi sendiri masalah- masalah yang dihadapi. Bimbingan yang diberikan itu bersifat psikis kejiwaan bukan “pertolongan” finansial, media, dan lain sebagainya. Materi dan metode bimbingan yang digunakan pembimbing di sesuaikan dengan kondisi WBS saat itu, dimana materi yang disampaikan antara lain tentang tata cara shalat, berdoa, rukun iman, rukun islam, dzikir, bagaimana bekerja dalam Islam, motivasi bekerja, dan lain-lain. Sedangkan metode yang digunakan pembimbing adalah metode ceramah, tanya jawab, client centered, nonton bareng, dan metode doa dan dzikir. Peran pembimbing lainnya dapat terlihat dari manfaat yang dirasakan WBS setelah mengikuti bimbingan, yaitu; meningkatkan ketenangan batin, bertambahnya pengetahuan agama, menumbuhkan rasa tawakal WBS kepada Allah, memotivasi untuk memiliki rencana hidup yang lebih baik, membimbing agar WBS tidak lagi kembali ke jalan, dan memotivasi WBS untuk bekerja dan mencari nafkah yang halal. Ini terlihat dari beberapa pernyataan responden yang telah mengikuti kegiatan bimbingan rohani saat di tanyakan tentang pandangan mereka mengenai bekerja, mereka menyadari bahwa apa yang mereka lakukan itu tidak dibenarkan dalam syariat Islam. Sehingga mereka memiliki rencana-rencana untuk memperbaiki kehidupannya di masa mendatang. Seperti mulai mengumpulkan modal untuk menyewa toko, dan berdagang secara legal. Selain itu, ada juga beberapa WBS yang terlihat hanya sampai pada tahap menyadari bahwa bekerja yang baik itu harus mandiri, tidak melanggar peraturan, dan tidak mengharapkan belas kasihan orang lain. Selebihnya mereka masih kurang yakin akan benar-benar meninggalkan pekerjaan lama mereka karena berbagai faktor yang mempengaruhi seperti minimnya pendidikan baik umum atau agama, faktor ekonomi yang termasuk dalam kategori rendah miskin, kurangnya pelatihan untuk melatih skill masing- masing WBS, terbatasnya waktu binaan dan tidak adanya pendampingan lebih lanjut setelah mereka keluar dari panti sehingga tidak dapat di lakukan pendataan lebih lanjut mengenai WBS yang tidak kembali ke profesi lama mereka atau minimal melakukan pengawasan bahwa WBS tidak kembali lagi ke jalanan menjadi penyandang masalah kesejahteraan sosial PMKS. 84

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger Jakarta Timur tentang peran pembimbing rohani Islam dalam menumbuhkan etos kerja pada warga binaan sosial WBS adalah sebagai berikut: 1. Prosesnya bimbingan rohani Islam di panti diawali dengan mengucapkan salam terlebih dahulu, menanyakan kabar mereka, kemudian agar WBS konsentrasi diberikan ice breaking, lalu dilanjutkan dengan doa dan dzikir susunannya yaitu dengan membaca dua kalimat syahadat, shalawat, membaca surat Al-Fatihah, Al-Ikhlas, An-Nas, doa-doa pendek, istigfar, baru menyampaikan materi, tanya jawab, penutup, salam-salaman sambil bershalawat untuk meningkatkan ukhuwah antar WBS. 2. Metode-metode yang digunakan dalam bimbingan rohani Islam di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 diantaranya: metode ceramah, metode tanya jawab, metode client centered, metode nonton bareng, serta metode doa dan dzikir. 3. Pembimbing rohani Islam di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 telah melakukan beberapa upaya dalam menumbuhkan etos kerja pada WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, yaitu dengan menyampaikan materi-materi yang berkaitan dengan etos kerja, dan metode yang di sesuaikan dengan kondisi WBS. Tapi pada penelitian kali ini penulis tidak menemukan indikasi bahwa WBS yang telah mengikuti bimbingan benar- benar tumbuh etos kerjanya. Ini terlihat dari hasil wawancara dan observasi di lapangan, dimana WBS masih hanya pada tahap “menyadari” kalau pekerjaan yang mereka lakukan itu tidak di bolehkan dalam Islam atau negara. Tapi di satu sisi mereka juga masih belum yakin akan benar-benar tidak kembali ke jalan menjadi penyandang masalah kesejahteraan sosial PMKS. Oleh karena itu perlu ada pendampingan dan pengawasan lebih lanjut untuk meningkatkan etos kerja WBS dan meminimalisir angka PMKS di Indonesia.

B. Saran

Dari hasil pengamatan penulis mengenai peran pembimbing rohani Islam dalam menumbuhkan etos kerja pada warga binaan sosial WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, penulis memberikan saran sebagai berikut; 1. Untuk pembimbing kedepannya lebih banyak menggunakan metode bimbingan yang interaktif, materi-materi, dan pelatihan-pelatihan kerja yang di sesuaikan dengan kondisi WBS di panti. 2. Ada jadwal bimbingan khusus untuk WBS yang mengalami gangguan masalah kejiwaan ODMK dan WBS yang normal, agar kegiatan bimbingan berlangsung lebih efektif dan WBS lebih cepat menangkap pesan yang sampaikan. 3. Untuk benar-benar meningkatkan etos kerja pada WBS, kegiatan bimbingan rohani Islam diharapkan lebih ditingkatkan intensitasnya, dan diadakan pendampingan serta pengawasan lebih lanjut untuk mengontrol WBS yang telah mendapatkan bimbingan dan telah keluar dari panti agar tidak kembali lagi jalanan dan menjadi penyandang masalah kesejahteraan sosial PMKS. DAFTAR PUSTAKA Al- Qur’an Tajwid dan Terjemah, Jakarta: Maghfirah Pustaka. Amin, Samsul Munir, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: Amzah, 2010. Arifin, M. Ag, Drs. H. Isep Zainal. Bimbingan dan Penyuluhan Islam: Pengembangan Dakwah melalui Psikoterapi Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2009. Arifin, M.Ed., Drs. H. Muhammad. Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1979. Arikunto, Suharsimi, Prof. Dr., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006, Cet. Ke-13. ------------. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Bulan Bintang, 2003, Cet. Ke-9. Asifudin, M.A., DR. Ahmad Janan. Etos Kerja Islami, Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2004. Asy’ari, Musa. Islam, Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Ummat, Yogyakarta: Lesfi, Cet. 2, 1997. Asyari, Musa. Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Umat, Jogyakarta: Lesfi, 1997, Cet. ke-1. Buchori, Mochtar. Penelitian Pedidikan dan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: IKIP Press, 1994. Darajat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2003, Cet. ke-16. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cet. Ke-2, 1989. Kementrian Sosial RI, Buku Panduan Pengumpulan dan Pengolahan Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial PMKS serta Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial PSKS, Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial, 2002. Direktorat Jendral Rehabilitasi Sosial, Petunjuk Teknis Rehabilitasi Sosial Berbasis Masyarakat Bagi Gelandangan, Pengemis, dan Pemulung Oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial, Jakarta: 2011.