Fungsi Bimbingan Metode Bimbingan Rohani Islam

kejiwaan klien potens dinamis melalui pengertian tentang realitas situasi yang dialami olehnya. f. Psychoanalysis Method, metode ini berpangkal pada pandangan bahwa semua manusia itu jika pikiran dan perasaannya tertekan oleh kesadaran dan perasaan atau motif-motif tertekan tersebut tetap masih aktif mempengaruhi segala tingkah lakunya meskipun mengendap di dalam alam bahwa ketidaksadaran Das Es yang disebutnya “Verdrongen Complexen”. 32 Selain metode yang diuraikan di atas, dalam perspektif Al- Qur’an juga metode yang bisa diterapkan dalam kegiatan bimbingan, yaitu metode bil- hikmah, bil –mauidzah hasanah, dan bil-mujadalah. Sebagaimana terdapat dalam firman Allah: يه يتل ب ْم ْلد ج ۖ ةنسحْل ة عْ ْل ة ْكحْل ب كبر لي س ٰىل ْد ني تْ ْل ب ملْعأ ه ۖ هلي س ْنع لض ْن ب ملْعأ ه كبر ۚ نسْحأ “Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang- orang yang mendapat petunjuk ”. Q.S. An-Nahl 16: 125 33 Ayat tersebut menjelaskan bahwa dalam mengajak dan membimbing seseorang kepada jalan Allah, memerlukan metode dan teknik tertentu. Diman kita sebagai pembimbing harus memahami karakteristik, latar belakang dan kepribadian terbimbing, sehingga dapat menggunakan metode bimbingan yang sesuai dan tujuan dari bimbingan tersebut dalam tercapai. 32 Drs. Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, h. 69-73 33 Al- Qur’an Tajwid dan Terjemah, Jakarta: Maghfirah Pustaka, h. 281 a. Metode “bil-hikmah”, metode ini digunakan dalam menghadapi orang- orang terpelajar, intelek, dan memiliki tingkat rasional yang tinggi, yang kurang yakin akan kebenaran ajaran agama. b. Metode “bil-mujadalah”, perdebatan yang digunakan untuk menunjukan dan membuktikan kebenaran ajaran agama, dengan menggunakan dalil- dalil Allah yang rasional.’ c. Metode “bil-mauidzah”, dengan menunjukan contoh yang benar dan tepat, agar yang dibimbing dapat mengikuti dan menangkap dari apa yang diterimanya secara logika dan penjelasan akan teori yang masih baku. 34

4. Prinsip-Prinsip Bimbingan

Prinsip merupakan panduan hasil kajian teoritik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan. Misalnya menurut Van Hoose mengemukakan bahwa: a. Bimbingan didasarkan pada keyakinan pada bahwa dalam setiap diri manusia terkandung kebaikan-kebaikan; setiap pribadi mempunyai potensi dan pendidikan hendaklah mampu membantu orang lain memanfaatkan potensinya itu. b. Bimbingan didasarkan pada ide bahwa setiap manusia adalah unik; seseorang berbeda dengan orang lainnya. c. Bimbinga merupakan bantuan kepada orang lain dalam pertumbuhan dan perkembangan mereka menjadi pribadi-pribadi yang sehat. 34 Drs. M. Lutfi, M.A., Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan Konseling Islam, h. 135-136 d. Bimbingan merupakan usaha membantu mereka yang memerlukannya untuk mencapai apa yang menjadi idaman masyarakat dan kehidupan umumnya. e. Bimbingan adalah pelayanan, unik yang dilaksanakan oleh tenaga ahli dengan latihan-latihan khusus, dan untuk melaksanakan pelayanan bimbingan diperlukan minat pribadi khusus. 35

D. Etos Kerja

1. Pengertian Etos Kerja

Etos dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya yaitu pandangan hidup yang khas dari suatu golongan. 36 Etos yang berasal dari bahasa Yunani, dapat mempunyai arti sebagai sesuatu yang diyakini, cara berbuat, sikap serta persepsi terhadap penilaian bekerja. Dari kata ini lahirlah apa yang disebut dengan “ethic” yaitu, pedoman, moral, dan perilaku, atau dikenal pula etiket yang artinya cara bersopan santun. 37 Selain itu definisi-definisi etos dari beberapa sumber dalam buku Etos kerja Islami diantaranya: a. Dalam buku Websters Worl University Dictionary dijelaskan etos ialah sifat dasar atau karakter yang merupakan kebiasaaan dan watak bangsa atau ras. 35 Prof. Dr. H. Prayitno, M.Sc. Ed, dan Drs. Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004, h. 218 36 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 428 37 H. Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim, Jakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995, Cet. Ke-2, h. 21 b. Koentjoroningrat mengemukakan pandangannya bahwa etos merupakan watak khas yang tampak dari luar dan terlihat oleh orang lain. c. Dalam Hand Book of Psycology Term, etos diartikan sebagai pandangan khas suatu kelompok sosial, sistem nilai yang melatarbelakangi adat istiadat dan tata cara suatu komunitas. d. Menurut Nurcholish Madjid, etos berasal dari bahasa Yunani ethos ialah karakter dan sikap, kebiasaan, serta kepercayaan dan seterusnya yang bersifat khusus tetang seorang individu atau sekelompok manusia. Etos juga berarti jiwa suatu kelompok manusia yang daripadanya berkembang padangan bangsa itu sehubungan dengan baik dan buruk, yaitu etika. 38 e. Drs. H. Toto Tasmara juga mengartikan etos adalah norma serta cara dirinya mempersepsi, memandang dan meyakini sesuatu”. 39 Dalam pengertian lain, etos dapat diartikan sebagai thumuhat yang berkehendak atau berkemauan yang disertai semangat yang tinggi dalam rangka mencapai cita-cita yang positif. 40 Dari beberapa definisi-definisi mengenai pengertian etos diatas, menurut penulis dapat disimpulkan bahwa etos adalah cara pandang, konsep, keyakinan, sistem nilai dan seterusnya yang dimiliki seseorang atau kelompok yang disertai dengan semangat dan kemauan yang tinggi guna mewujudkan suatu harapan. 38 DR. Ahmad Janan Asifudin, M.A., Etos Kerja Islami, Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2004, h. 25-26 39 Ibid, h. 22 40 Musa Asy’arie, Islam, Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Ummat, Yogyakarta: Lesfi, 1997, Cet. Ke-1, h. 3