commit to user
dorongan semangat sehingga para penyandang cacat tubuh tidak merasa dikucilkan atau dikurangi haknya.
Ditinjau dari fungsi dan tujuannya, perencanaan Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa ini secara umum meliputi penyediaan
aksesbilitas yang membantu penyandang cacat tubuh untuk bergerak dengan leluasa dan aman serta adanya pendidikan dan pelatihan yang berguna bagi
penyandang cacat tubuh untuk terjun langsung ke dunia kerja sesuai dengan bidang yang telah ditekuni. Suasana ruang yang diolah dengan warna yang
berpengaruh pada kejiwaan juga membantu meningkatkan tingkat percaya diri pada penyandang cacat tubuh untuk mampu menyerap ilmu serta dapat
berkreasi untuk menemukan sesuatu yang baru.
F. Metode Desain
1. Permasalahan
Kurangnya fasilitas pendidikan dan kesehatan yang aksesibel bagi tuna daksa menuntut adanya sebuah perancangan yang dapat
menyediakan fasilitas tersebut secara aksesibel dan ergonomis untuk tuna daksa. Fasilitas tersebut diharapkan dapat membantu para tuna
daksa untuk mendapat pendidikan dan pelayan kesehatan dengan baik. Untuk dapat merancang fasilitas yang aksesibel dan ergonomis
bagi tuna daksa perlu adanya studi pembanding baik dari studi literatur maupun studi lapangan yang berkaitan dengan proyek yang dirancang.
Berdasarkan studi literatur dapat disimpulkan bahwa desain untuk tuna daksa difokuskan pada kemudahan dalam pengoperasian berbagai
commit to user
fasilitas seperti furniture dan peralatan yang lain. Serta pemilihan warna yang memiliki intensitas sedang sehingga tidak mengganggu
penglihatan. Sedangkan dari studi lapangan yang dilakukan diperoleh data dalam PP 72 Tahun 1995 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Sekolah Luar Biasa, jumlah maksimum anak yang dapat dididik adalah 8 anak.
2. Bentuk Perancangan
Berdasarkan studi literatur dan studi lapangan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan aspek-aspek yang dapat membantu dalam
perancangan ini. Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan psikologi yang menekankan pada keadaan lingkungan yang dapat membantu tuna
daksa dalam beraktivitas secara mandiri. Dari hasil analisa diatas maka dapat disimpulkan bahwa sistem
sirkulasi yang dipakai adalah sistem sirkulasi langsung yang memudahkan tuna daksa untuk mengakses ruang yang ingin dituju.
Sedangkan sistem organisasi ruang yang diterapkan adalah sistem cluster yang menempatkan ruang berdasarkan fungsi ruang itu sendiri.
Ide dasar desain interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta di Surakarta berawal dari semboyan Ki Hajar
Dewantara yaitu ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso dan tut muri handayani. Sedangkan tema yang dipakai adalah Form Follow
Functions yang membantu tuna daksa untuk beraktivitas secara mandiri. Karakter modern dipilih dengan pertimbangan tidak rumit dan bersifat
terang dan terbuka sehingga tercipta suasana tenang, aman dan nyaman.
commit to user
Bentuk yang digunakan adalah bentuk bulat yang aman, serta bangun matematika yang digunakan sebagai ikon untuk mendesain furniture.
Warna yang dipakai adalah warna krem, kuning dan hijau dengan intensitas warna sedang. Penggunaan ramp, railing, dan pintu dengan
plat tendang yang aksesibel membantu tuna daksa dalam bermobilisasi.
3. Sumber Data