commit to user
a. Berada di pinggiran kota yang cukup strategis agar proses rehabilitasi tidak terganggu dengan kebisingan dan mudah dijangkau.
b. Lokasi dekat dengan tempat pelayanan umum lainnya.
2. Potensi Lingkungan
Kota Surakarta didirikan pada tahun 1745, ditandai dengan kepindahan ibukota Keraton Mataram dari Kartasura ke Desa Sala setelah
pemberontakan orang-orang Tionghoa yang dipimpin oleh Mas Garendi
Gambar IV.1 Denah asumsi lokasi
Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
Gambar IV.2 Peta kota Surakarta
Sumber : www.google .com
commit to user
melawan kekuasaan Pakubuwono PB II. Sebelum kepindahan Keraton Mataram, Desa Sala merupakan desa perdikan yang memiliki Bandar
pelabuhan besar di kampung Mojo yang berada di pinggiran Bengawan Sala. Sunan Pakubuwana II lalu memerintahkan Tumenggung
Honggowongso dan Tumenggung Mangkuyudo serta komandan pasukan Belanda J.A.B. van Hohendorff untuk mencari lokasi Ibukota Kerajaan
Mataram Islam yang baru. Maka dibangunlah keraton baru di Surakarta pada tahun 1745, 20 km ke arah tenggara dari Kartasura di desa Sala di
tepi Bengawan Solo. Pada perkembangannya sekarang, Kota Surakarta berkembang
menjadi kota perdagangan yang pesat. Berada di lintasan strategis jalur selatan Jawa yang menghubungan Jakarta dan Surabaya. Kota Surakarta
sendiri dikelilingi oleh wilayah hinterland; Sukoharjo dan Wonogiri di bagian selatan, Klaten di Barat Daya dan Boyolali di Utara, serta
Karanganyar di sebelah Timur, dan Sragen di bagian timur laut. Merupakan pusat pertemuan perdagangan barang dan jasa yang strategis.
Kota Surakarta memiliki luas wilayah 44 Km
2
dengan jumlah penduduk mencapai 561.509 jiwa penduduk tetap, dan fluktuasi hunian
sirkuler mencapai 1.200.000 jiwa pada siang hari, merupakan kota kecil yang padat dan riuh dengan pelbagai kegiatan ekonomi.
Kota Surakarta terdiri dari 5 kecamatan dan 51 kelurahan. Berdasarkan data Pemerintah Kota Surakarta jumlah penduduk kota
Surakarta adalah 561.509 jiwa. Mata pencaharian penduduk kota terdiri
commit to user
dari buruh, pedagang, pegawai, dan sektor informal. Surakarta Dalam Angka, BPS Surakarta, 2006
Kota Surakarta dikenal sebagai ”Kota Rehabilitasi”. Selain sebagai daerah perintis upaya rehabilitasi penyandang cacat atau diffabel, di
Surakarta juga terdapat berbagai lembaga yang terkait dengan rehabilitasi diffabel. Mulai dari yayasan pembinaan anak cacat, rumah sakit ortopedi,
tempat pelatihan, hingga badan pembinaan olahraga cacat, yayasan paraplegia, dan lembaga pendamping diffabel, serta lembaga yang terkait
dengan diffabel. Bahkan di kota Surakarta juga terdapat politeknik kesehatan khusus fisioterapi, okupasi terapi, dan orthotik prosthetik.
3. Denah Eksisting