Aksesibilitas DESAIN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAGI TUNA DAKSA

commit to user 28 2. Memberikan tambahan informasi sensoris dari bagian tubuh ke otak 3. Mengurangi beban pada sistem muskuloskeletal yang kurang kuat menahan beban 4. Membantu kecepatan gerak selama ambulasi Jenis alat bantu jalan antara lain : a. Tongkat Cane b. Kruk Crutches c. Walker b Kursi roda whellchair Kursi roda adalah alat alternatif untuk kegiatan mobilisasi apabila tubuh sudah kurang kemampuannya, baik akibat kondisi neuromuskuloskeletal atau fungsi jantung dan paru-paru yang menurun. Ahmad Toha Muslim M. Sugirmin, Orthopedi Dalam Pendidikan Anak Tuna Daksa, 1996 : 195-200

4. Aksesibilitas

Menurut buku Panduan Penyediaan Aksesibilitas pada Bangunan dan Lingkungan, penyandang cacat sama halnya penduduk Indonesia lainnya memiliki hak yang sama di seluruh bidang kehidupan. Hal ini memiliki arti tidak adanya segala bentuk perbedaan atau diskriminasi atas kecacatan yang dimilliki. Kurangnya fasilitas pelayanan yang mudah dijangkau aksesibel merupakan hambatan bagi penyandang cacat untuk melaksanakan fungsi sosialnya. Oleh sebab itu dalam mewujudkan kesamaan, kesetaraan, kedudukan dan hak kewajiban commit to user 29 serta peran serta penyandang cacat diperlukan sarana dan upaya yang memadai, terpadu dan berkesinambungan yang pada akhirnya dapat mencapai kemandirian dan kesejahteraan penyandang cacat. Panduan Penyediaan Akesibilitas pada Bangunan dan Lingkungan, 2005 : 2-3 Menurut UU no. 41997 tentang Penyandang Cacat menerangkan bahwa penyediaan aksesbilitas penyandang cacat diupayakan berdasarkan kebutuhan penyandang cacat sesuai dengan jenis dan derajad kecacatan serta sesuai dengan standart yang ditentukan. Drs. Mardianto, Kepala YPAC Surakarta, 2010 Penanganan dan pelayanan masalah sosial penyandang cacat di Indonesia dilaks anakan melalui sistem panti dan rehabilitasi berbasis masyarakat RBM. Lembaga pelayanan sosial bagi penyandang cacat pada hakekatnya melaksanakan program pelayanan sosial bagi penyandang cacat sesuai dengan fungsinya, yaitu : a. Sebagai tempat pelayanan dan rehabilitasi sosial b. Sebagai tempat pendidikan dan penelitian c. Sebagai tempat penelitian dan pengembangan laboratorium untuk pengembangan metode intervensi d. Sebagai tempat informasi dan rujukan Fungsi-fungsi yang dimiliki lembaga pelayanan sosial bagi penyandang cacat diharapkan mampu menumbuhkembangkan fungsi sosial penyandang cacat, rasa percaya diri dan memiliki ketrampilan vokasional yang dapat digunakan untuk melakukan suatu usaha commit to user 30 karya. Hal ini tentunya harus didukung dengan sarana dan fasilitas lembaga bagi penyandang cacat yang memadai termasuk aksesbilitas yang tersedia. Sampai saat ini akesibilitas bagi penyandang cacat khususnya pada lembaga pelayanan sosial yang memberikan pelayanan bagi penyandang cacat belum dapat dikatakan memadai. Hal ini disebabkan masih adanya pandangan bahwa penyediaan aksesibilitas merupakan sesuatu yang memerlukan biaya tinggi, akhirya penyediaan aksesbilitas menjadi kebutuhan lembaga yang tidak dijadikan prioritas sebagai bagian dari proses pelayanan bagi penyandang cacat. Aksesibilitas penyandang cacat bersifat fisik dan non fisik. Kondisi tersebut menjadi pemikiran untuk berupaya menghilangkan perbedaan yang ada dengan diterbitkannya Rencana Aksi Nasional Penyandang Cacat Indonesia tahun 2004-2013. Dalam RAN tersebut diuraikan Program Penyediaan Aksesibilitas pada lingkungan dan transportasi umum sebagai wujud tanggung jawab bersama dalam rangka mensejahterakan penyandang cacat. Panduan Penyediaan Akesibilitas pada Bangunan dan Lingkungan, 2005 : 5 1 Prinsip-Prinsip Aksesibilitas Menurut UNESCAP Publication “Promotion On The Non- Handicapping Environment in Asia-Pacific Countries” prinsip- prinsip aksesbilitas untuk penyandang cacat dapat dijelaskan sebagai berikut : commit to user 31 a Setiap orang harus dapat mencapai ke suatu bangunan lingkungan umum dengan mudah dan aman. b Setelah mencapai tempat lingkungan tersebut selanjutnya harus dapat masuk ke bangunan lingkungan tersebut. c Setelah masuk ke ruang bangunan tersebut, penyandang cacat harus dapat memakai fasilitas yang tersedia. d Penyediaan aksesbilitas adalah suatu kewajiban. Panduan Penyediaan Akesibilitas pada Bangunan dan Lingkungan, 2005 : 5 2 Asas-Asas Aksesibilias a Kemudahan Kemudahan adalah setiap orang dapat mencapai semua tempat atau bangunan yang bersifat umum dsalam suatu lingkungan. Asas aksesibilitas dilihat dari kegunaan dapat dinilai dari kemudahan pencapaian ruang yang berhubungan dengan setting ruang pada site plan organisasi ruang, sifat ruang, jalur dan sirkulasi. Peraturan Perundang-Undangan Penyandang Cacat Nasional dan Internasional, 2001. b Kegunaan Kegunaan yaitu setiap orang harus dapat mempergunakan semua tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan. commit to user 32 Asas aksesibilitas dilihat dari kegunaan dapat dinilai dari penggunaan maksimal untuk aktivitas tertentu dan fasilitas yang ada di dalam ruangan seperti tombol dan stop kontak. Menurut standart dari Keputusan menteri Pekerjaan Umum RI No. 468KPS1998 tentang Persyaratan Teknis Aksesibilitas Bangunan Umum dan Lingkungan, tombol dan stop kontak dipasang pada tempat yang posisi dan tingginya sesuai dan mudah dijangkau oleh penyandang cacat. Peraturan Perundang-Undangan Penyandang Cacat Nasional dan Internasional, 2001 c Keselamatan Keselamatan yaitu setiap bangunan dalam suatu lingkungan terbangun harus memperhatikan keselamatan bagi semua orang. Asas aksesibilitas dilihat dari keselamatan dalam memasuki ruang dan beraktivitas di dalam ruang dinilai dari kecuramanan ramp dan tekstur lantai. Peraturan Perundang- Undangan Penyandang Cacat Nasional dan Internasional, 2001 d Kemandirian Kemandirian yaitu setiap orang harus bisa mencapai, masuk dan mempergunakan semua tempat dalam suatu lingkungan dengan tanpa membutuhkan bantuan orang lain. Peraturan Perundang-Undangan Penyandang Cacat Nasional dan Internasional, 2001 commit to user 33 3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aksesibilitas a Sirkulasi Jalur sirkulasi atau rute aksesibel adalah jalur lintasan yang aksesibel, menghubungkan suatu elemen atau ruang, dengan elemen atau ruang lainnya dari suatu bangunan. Rute aksesibel interior termasuk koridor, lantai, ramp, dan lift. Rute eksterior termasuk ruang akses parker, trotoar pada jalan kendaraan dan ramp.standart ukuran lebar minimal untuk rute aksesibel 1 jalur adalah 110 cm, sedanngkan yang 2 jalur adalah 160 cm. Permukaan rute aksesibel harus bertekstur sehingga tidak licin dan memerlukan pegangan rambat untuk menjamin pengguna terutama pada belokan yang berbahaya Departemen Pekerjaan Umum, 1998. Pemakai kursi roda membutuhkan 110 cm dan pemakai ktuk membutuhkan 95 cm untuk bersirkulasi Departemen Pekerjaan Umum, 1998. b Visual Menurut Panero. J 1979 : 287, “the visual field” adalah bagian dari ruang yang terukur pada pandangan mata lurus pada saat kepala dalam keadaan diam. Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa visibilitas adalah jangkauan pandang mata saat kepala dalam keadaan diam. dalam M. Sholahuddin, 2006 commit to user 34 Penciptaan suatu tempat yang diperuntukkan bagi penyandang cacat harus memeprhatikan jarak pandang mata dari pemakai kursi roda. Sebagai contoh adalah panel kaca pada pintu yang sejajar dengan mata pemakai kursi roda. Hal ini memudahkan pemakai kursi roda untuk dapat melihat ke dalam suatu ruang sebelum mereka memasukinya. Penempatan televisi, rak-rak penyimpanan serta alat-alat umum lainnya harus memperhatikan jarak pandang dari pemakai kursi roda. dalam M. Sholahuddin, 2006 4 Pengaruh Setting Ruang Terhadap Aksesibilitas a Ukuran dan Bentuk b Perabot dan Penataannya Perpustakaan 1. Rak baca Menurut Persyaratan Teknis Aksesibilitas, batas jangkauan ke atas pemakai kursi roda adalah 140 cm. dalam M. Sholahuddin, 2006 2. Meja Petugas Dr. Suma’mur menetapkan kriteria permukaan meja adalah setinggi siku orang normal. Bagi pemakai kursi roda menurut Time Saver Standards, seorang pemakai kursi roda membutuhkan ruang untuk kakinya sebesar 66 cm. dalam M. Sholahuddin, 2006 commit to user 35 3. Kursi Petugas Kursi yang ideal bagi penyandang cacat menurut Robert James Sorenson adalah yang mempunyai sandaran tangan yang berfungsi untuk membantu penyandang cacat khususnya pemakai kursi roda dan pemakai kruk untuk bangkit dari atau akan duduk di kursi dan stabil untuk dijadikan tumpuan berat badan saat bangkit atau akan duduk di kursi. dalam M. Sholahuddin, 2006 4. Rak Berkas Menurut Persyaratan Teknis Aksesibilitas, batas jangkauan ke atas pemakai kursi roda adalah 140 cm. dalam M. Sholahuddin, 2006 c Warna Warna dapat digunakan dalam dekorasi sebuah ruang, yang disediakan sebagai pemndu bagi pengguna bangunan terutama sekali berguna bagi orang-orang yang memiliki cacat visual. “Brightness Differentials” menurut James Holmes- Siedle 1996 ditentukan oleh perbedaan refleksi warna-warna yang muncul pada permukaan. Jumlah “high-contrast” maksimum dari kombinasi warna meliputi : 1. Putih dan hitam 2. Kuning dan hitam 3. Kuning dan biru 4. Putih dan biru commit to user 36 5. Merah dan putih 6. Abu-abu dan putih Menurut Satrsowinoto 1985, ditinjau dari sudut fisiologis ada beberapa warna yang mudah atau bisa diindera mata yaitu yang memiliki panjang gelombang antara 380-750 milimikron. Warna krem masuk dalam golongan warna kuning yang memiliki panjang gelombang kurang lebih 600 milimikron. Untuk meningkatkan fungsi fisiologi mata, penggunaan warna dengan panjang gelombang tinggi antara 500-700 antara warna hijau, merah ataui oranye perlu untuk beberapa ruang misalnya toilet serta beberapa elemen ruang- ruang misalnya saklar lampu, stop kontak, pegangan pintu dan grendel. dalam M. Sholahuddin, 2006 d Pencahayaan Menurut Walter Kohler 1959, lubang cahaya optimal adalah 20 dari luas lantai. dalam M. Sholahuddin, 2006 e Penghawaan Suhu nyaman “thermal comfort” adalah 24-27 C Wignjosoebroto, 2003, 26-27 C Sastrowinoto, 2003, dan 27,6 C Suma’mur, 1989. f Suara Menurut Mangunwijaya 1997, tingkat kualitas suara ditentukan dari lamanya bunyi, intensitas dan frekuensi. commit to user 37 Menurut Walter Kohler 1959, intensitas suara dihitung dengan rumus : dalam M. Sholahuddin, 2006 ----------

5. Tinjauan Umum Psikologi