Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
2
lembaga yang disediakan untuk menyelenggarakan layanan pendidikan bagi anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus. Di sisi lain, sekolah inklusif
adalah lembaga pendidikan yang disediakan untuk menyelenggarakan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus bersama dengan anak-anak pada
umumnya yang tidak mengalami hambatan maupun kebutuhan khusus. Pendidikan di sekolah inkusif mampu menciptakan lingkungan belajar yang
lebih heteregon. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu sekolah khusus di wilayah Kabupaten Bantul, yaitu SLB Negeri 2 Bantul.
Berdasarkan kegiatan observasi dan wawancara yang telah dilaksanakan di kelas dasar IV SLB Negeri 2 Bantul, diperoleh informasi dan
data yang menunjukkan bahwa siswa mengalami hambatan perkembangan bahasa khususnya pada aspek keterampilan menyusun kalimat. Menyusun
kalimat adalah bentuk kegiatan memposisikan satuan bahasa yang terdiri dari kelompok kata menjadi suatu kalimat utuh dengan struktur yang tepat sehingga
mampu dimaknai dengan baik dan benar. Keterampilan menyusun kalimat dalam ilmu Bahasa Indonesia merupakan cakupan dari aspek sintaksis. Samuel
A. Kirk James J. Gallagher 1991: 11 menyatakan bahwa sintaksis merupakan susunan kata, yaitu suatu cara yang mengatur kata-kata dalam
kalimat dan hubungan dari antar kata tersebut. Agar dapat menyusun kalimat sesuai dengan struktur yang tepat, siswa harus dibekali dengan pengetahuan
mengenai jenis unsur-unsur kalimat, kedudukan urutan posisi, fungsi dari tiap jenis unsur-unsur penyusun kalimat tersebut subjek, predikat, objek,
keterangan, dan macam-macam pola kalimat. Berdasarkan hasil penelitian
3
Suparno dan Tin Suharmini dalam Tin Suharmini, 2009: 40, salah satu karakteristik perkembangan bahasa dan bicara anak tunarungu yaitu kesulitan
dalam menyusun kata-kata dengan struktur kalimat atau tata bahasa yang benar. Oleh karena itu keterampilan menyusun kalimat sangat dibutuhkan oleh
siswa tunarungu. Keterampilan tersebut merupakan bekal penting untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, secara tertulis maupun secara
lisan agar informasi yang disampaikan dapat diterima dan dipahami dengan mudah dan benar.
Siswa apabila mampu menguasai struktur kalimat dengan baik, maka siswa diharapkan mampu memaknai kalimat dan kosakata dalam kalimat
tersebut. Informasi yang diperoleh dari kegiatan observasi dan wawancara menunjukkan siswa belum memiliki pemahaman bahwa dalam suatu kalimat
terdapat unsur-unsur penyusun yang memiliki kedudukan dan fungsi masing- masing subjek, predikat, objek, keterangan. Pernyataan tersebut diperkuat
dengan data yang diperoleh peneliti, yaitu saat guru mencoba untuk menunjukkan sebuah kata, sebagai contoh “menyapu”. Siswa memahami
bahwa makna dari kata yang dicontohkan oleh guru yaitu kegiatan menyapu karena siswa langsung memperagakan gerakan menyapu. Namun, ketika guru
meminta siswa untuk menyusun kalimat dari deretan kosakata acak yang telah ditentukan guru, siswa tidak dapat melakukannya. Hasilnya siswa menyusun
kalimat dengan struktur yang terbolak-balik. Contohnya siswa menyusun kalimat yang seharusnya memiliki struktur SPO “Citra menyapu lantai”
menjadi PSO “menyapu Citra lantai”. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa
4
masih mengalami kebingungan dan kurang memiliki pengetahuan mengenai proses menyusun suatu kalimat dengan mengikutsertakan unsur-unsur kalimat
sesuai dengan fungsi dan kedudukannya subjek, predikat, objek, keterangan. Bentuk kesalahan yang dilakukan siswa didominasi oleh kesalahan penempatan
predikat dan objek. Lemahnya kemampuan mengklasifikasikan kosakata yang dimiliki siswa juga menjadi salah satu penyebab kesulitan dalam menyusun
kalimat. Siswa belum mampu mengklasifikasikan kosakata sesuai dengan fungsi dan kedudukan fungsi unsurnya dalam suatu kalimat meskipun siswa
mengetahui makna dari kosakata tersebut. Guru menjelaskan bahwa kegiatan pembelajaran menyusun kalimat
tidak termuat secara spesifik di dalam kurikulum. Oleh karena itu siswa memiliki pengalaman mempelajari kalimat yang termuat di dalam buku
pelajaran maupun dari materi yang disampaikan guru tanpa mengetahui proses kalimat-kalimat tersebut terbentuk atau tersusun. Hal tersebut dapat dijadikan
salah satu penyebab munculnya kesulitan yang dihadapi siswa pada aspek keterampilan menyusun kalimat. Siswa tidak memiliki pengetahuan secara
jelas mengenai proses penyusunan kalimat dan unsur-unsur yang terdapat di dalam kalimat. Mulai tahun ajaran 2014, pemerintah menerapkan kurikulum
2013 pada beberapa jenjang pendidikan, salah satunya pada jenjang kelas dasar IV. Guru wali kelas dasar IV SLB Negeri Bantul menyatakan bahwa
pada kurikulum 2013 siswa kelas dasar IV diharapkan memiliki keterampilan menyampaikan gagasan maupun menyusun pertanyaan sesuai bacaan. Hal
tersebut tentunya belum dapat terwujud karena siswa masih mengalami
5
kesulitan untuk menyusun kalimat dasar yang sifatnya mendeskripsikan maupun memberikan informasi.
Berdasarkan permasalahan tersebut perlu adanya perbaikan maupun inovasi metode pengajaran yang diterapkan oleh guru dalam pembelajaran bagi
siswa tunarungu sehubungan dengan keterampilan menyusun kalimat. Oleh karena itu peneliti berkeinginan untuk berkolaborasi dengan guru yang
bertujuan memperbaiki proses peningkatan keterampilan menyusun kalimat pada siswa. Adapun metode yang diterapkan peneliti dalam penelitian ini
adalah metode mind map. Alasan yang melatarbelakangi peneliti memilih metode mind map dalam penelitian ini yaitu metode mind map dapat digunakan
sebagai salah satu metode untuk memperbaiki proses peningkatan keterampilan menyusun kalimat pada siswa tunarungu berdasarkan karakteristik dan
kelebihan yang dimilikinya. Metode mind map merupakan metode yang dimaksudkan untuk memaksimalkan kemampuan kerja seluruh bagian otak,
baik otak sebelah kanan maupun kiri. Perpaduan tersebut diharapkan memberikan kemudahan pada siswa dalam menerima dan memahami suatu
konsep dengan cara memetakan bagian-bagian yang berkaitan dengan konsep tesebut.
Pada penelitian ini, metode mind map diterapkan dengan tujuan memperbaiki keterlambatan perkembangan bahasa pada siswa tunarungu,
khususnya berkaitan dengan aspek keterampilan menyusun kalimat. Metode mind map
digunakan untuk membagi kosakata pada suatu kalimat dengan cara memetakan pikiran tentang konsep kalimat yang benar sesuai dengan struktur.
6
Setiap kosakata dalam suatu kalimat dibagi berdasarkan jenis dan fungsi dari tiap unsurnya subjek, predikat, objek, keterangan. Mind map membentuk
catatan yang memiliki pola gagasan yang saling bekaitan dengan topik berada di tengah kemudian subtopik sebagai cabang-cabangnya. Dalam penelitian ini,
topik utama disajikan dalam bentuk gambar maupun gagasan. Pada awalnya, siswa diberikan informasi mengenai unsur-unsur pada
kalimat disertai dengan fungsi dan contoh dari setiap unsurnya. Informasi tersebut disampaikan menggunakan metode mind map, yaitu dengan cara
menjadikan tulisan “Unsur-Unsur pada Kalimat” sebagai gagasan utama. Kemudian disekeliling gagasan utama “Unsur-Unsur pada Kalimat” dibuat
beberapa cabang yang terbagi menjadi cabang subjek, cabang predikat, cabang objek dan cabang keterangan. Setiap cabang tersebut dibagi kembali menjadi
subcabang fungsi dan contoh kosakata yang tepat. Selain itu, setiap cabang yang tersebut di atas dilengkapi dengan gambar yang berfungsi sebagai simbol
setiap unsur. Gambar-gambar tersebut meliputi, gambar sebuah keluarga sebagai simbol unsur subjek, gambar beberapa jenis kegiatan sebagai simbol
unsur predikat, gambar beberapa benda sebagai simbol unsur objek, gambar beberapa tempat sebagai simbol unsur keterangan tempat, dan gambar jam
serta kalender sebagai simbol dari unsur keterangan waktu. Simbol-simbol tersebut disesuaikan dengan batasan dari setiap jenis unsur kalimat yang
ditetapkan oleh peneliti. Batasan tersebut diantaranya subjek yang digunakan berfokus pada pelaku, unsur predikat berfokus pada kata kerja, unsur objek
7
berfokus pada kosakata benda, dan unsur keterangan dibatasi pada jenis keterangan tempat dan waktu.
Berpedoman pada bagan mind map mengenai “Unsur-Unsur pada Kalimat” yang telah dijelaskan, peneliti memanfaatkan bagan mind map yang
lain untuk menjelaskan konsep mengenai macam pola kalimat dasar. Pola kalimat dasar yang diteberikan yaitu pola kalimat SP, SPO dan SPOK. Salah
satu contohnya, ketika peneliti dibantu oleh guru memberikan penjelasan mengenai konsep pola kalimat SP, maka topik utama yang dituliskan yaitu
“Pola Kalimat SP Subjek- Predikat”. Di sekeliling topik utama tersebut dibuat dua cabang yang terdiri dari cabang subjek dan predikat disertai dengan
simbol gambar. Dari kedua cabang tersebut, guru mengajak siswa untuk memilih salah satu kata yang telah dicontohkan pada bagan mind map “Unsur-
Unsur pada Kalimat” sesuai dengan kedudukan unsurnya. Siswa bersama dengan guru dapat pula memilih kosakata lain di luar yang telah dicontohkan.
Misalkan siswa memilih kosakata “Ibu” sebagai unsur subjek dan kosakata “mencuci” sebagai unsur predikat, sehingga kedua kosakata tersebut dapat
disusun menjadi kalimat “Ibu mencuci”. Pada akhirnya siswa mengetahui contoh kalimat yang dapat disusun dengan pola SP. Begitu seterusnya hingga
siswa mengetahui pola kalimat SPO hingga SPOK. Kegiatan pembelajaran keterampilan menyusun kalimat dapat
dilakukan secara bertahap, dimulai dari pola kalimat SP, SPO, dan SPOK sehingga keterampilan siswa terhadap konsep yang diberikan mampu diterima
dan dipahami dengan lebih mudah. Hal tersebut diharapkan lebih mampu
8
meningkatkan daya tarik, daya ingat, dan konsentrasi siswa. Selain itu, pembelajaran didukung adanya kelebihan bahwa metode mind map merupakan
metode yang memiliki kemasan menarik. Metode mind map menggunakan gambar dan simbol dengan warna-warna yang cerah serta bentuk yang unik.
Cabang pada metode mind map dibuat dengan bentuk melengkung sehingga lebih nyaman dilihat karena modalitas belajar anak tunarungu menitikberatkan
pada indera penglihatan. Hal penting dalam memberikan pembelajaran kepada siswa tunarungu yaitu mampu membuat siswa tertarik untuk mempelajarinya,
sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan konsep yang diberikan dapat diterima dengan baik.