Pemimpin dan Peserta Diskusi

Bentuk diskusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskusi kelompok. Diskusi kelompok cukup efektif diterapkan untuk latihan permulaan yang bertujuan melatih kemampuan berbicara Arsjad dan Mukti, 1991: 39. Selain itu, diskusi kelompok merupakan jenis diskusi yang lebih banyak dilakukan oleh masyarakat, sehingga cocok diterapkan sebagai pembelajaran diskusi. Diskusi kelompok juga efektif melibatkan setiap siswa, mengingat jumlah siswa dalam satu kelas cukup banyak.

6. Diskusi Kelompok

Bulatau 1977: 6-7 menjelaskan bahwa diskusi kelompok dapat diartikan sebagai kegiatan berpikir bersama, yaitu tukar-menukar pandangan, saling membandingkan dua jenis rangkaian pengalaman yang berbeda dalam rangka usaha bersama untuk mencapai realita. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Stemerding 1977: 75 menjelaskan pengertian kelompok diskusi sebagai sejumlah orang yang berkumpul untuk bertukar pikiran tidak semata-mata untuk memenuhi suatu tugas tertentu atau memecahkan bersama suatu persoalan, namun tujuan yang akan dicapai tersebut bergantung pada para peserta itu sendiri. Dari dua pernyataan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa diskusi kelompok adalah kegiatan berpikir bersama dengan tukar-menukar pandangan untuk mencapai tujuan tertentu. Mengenai ketentuan dalam diskusi kelompok, setiap kelompok beranggotakan enam atau delapan orang dengan maksimal sepuluh orang Bulatau, 1977: 13. Menurut Arsjad dan Mukti 1991: 41, jumlah anggota dalam diskusi kelompok cukup tujuh atau sembilan orang agar kesempatan berbicara bagi setiap individu lebih banyak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa jumlah anggota dalam diskusi kelompok adalah enam sampai sepuluh orang. Di samping itu, diskusi kelompok paling sedikit membutuhkan waktu empat puluh lima menit, sedangkan paling lama dibatasi dua jam jika bahan pembicaraannya menyangkut berbagai macam segi Bulatau, 1977: 15. Ginnis 2008: 241 menambahkan perlunya memberi batas waktu kurang lebih lima atau sepuluh menit untuk mendiskusikan permasalahan dari satu segi. Meskipun dapat memadamkan diskusi yang sedang menghangat, pembatasan waktu cukup berguna agar para peserta diskusi dapat menyesuaikan pembicaraan mereka dengan sebaik-baiknya.

7. Penilaian Diskusi

Keterampilan berdiskusi sebagai salah satu bentuk keterampilan berbicara digolongkan ke dalam keterampilan aktif-produktif sehingga evaluasi didasarkan atas penguasaan bahasa dalam hal penggunaannya. Djiwandono 2008: 9 menambahkan bahwa penguasaan bahasa dalam hal kajian bahasa fonologi, kosakata, dan tata bahasa juga menentukan tingkat keterampilan berbahasanya. Oleh karena itu, digunakan penilaian acuan kriteria yang mencakup kajian bahasa dan penggunaannya untuk menilai keterampilan diskusi siswa. Kriteria ditetapkan dengan mempertimbangkan dua faktor, yaitu faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan Arsjad dan Mukti, 1991: 87. Faktor kebahasaan meliputi: 1 pengucapan vokal, 2 pengucapan konsonan, 3