109
semester, karena bila dilakukan pada akhir semester saja perbaikan itu akan sangat terlambat.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidik dalam melaksanakan penilaian khususnya PBK dituntut
untuk memiliki beberapa kompetensi, antara lain berupa: 1 kemampuan menyusun perancangan PBK secara matang supaya
pelaksanaannya lancar dan terarah; 2 kemampuan melaksanakan PBK sesuai kriteria sehingga penilaian betul-betul efektif;
3 kemampuan menyajikan hasil PBK sehingga dapat menentukan ketuntasan peserta didik; dan 4 kemampuan melakukan tindak lanjut
hasil PBK sebagai feedback untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
7. Hakikat Persepsi
a. Pengertian Persepsi
Kata persepsi berasal dari serapan bahasa Inggris, yaitu perception, yang berarti penglihatan. Persepsi juga mengarah pada yang didengar,
dilihat, dan dirasakan. Menurut Sekuler dan Blake 1990: 1 persepsi adalah hubungan akhir dalam suatu rantai peristiwa-peristiwa terkait.
Dalam memahami masing-masing hubungan, tiap-tiap mata rantainya harus dipahami juga dengan lengkap. Untuk memulainya, seseorang harus
tahu sesuatu tentang lingkungan di mana dia hidup sehingga terdapat suatu stimulus. Selanjutnya diperlukan proses timbal balik yang menggunakan
reseptor sensor khusus seperti mata dan telinga. Ini berarti persepsi bisa
110
membentuk suatu tindakan dalam lingkungan sekitar sebab informasi dari apa yang dilihat dan didengar bisa dipahami oleh sistem syaraf dan diolah
oleh otak manusia lalu menghasilkan respon berupa tindakan. Persepsi menurut Westen 1992: 111 merupakan proses yang
terkait erat yang diorganisasi dan ditafsirkan otak. Persepsi ini sebagai proses aktif yang mengorganisasikan dan menafsirkan sensasi yang
mengarah pada proses, dan organ-organ indera tubuh membentuk informasi tentang lingkungannya. Dalam hal ini sensasi berupa
pengalaman langsung terhadap kualitas sedangkan persepsi berupa pengalaman objek-objek atau peristiwa-peristiwa. Ini berarti persepsi
melibatkan hubungan aktif pada otak yang memadukan pengetahuan dasar dengan proses sensasi yang diorganisasikan dan ditafsirkan tersebut.
Senada dengan pendapat di atas, Passer dan Smith 2004: 110 menjelaskan bahwa persepsi merupakan apa yang indera beritahu terhadap
proses aktif
dalam mengorganisasikan
masukan stimulus
dan menghasilkan makna. Sementara itu Bootzin dkk. 1986: 625
menunjukkan persepsi merupakan perasaan, pikiran dan niat orang yang mempengaruhi perilaku mereka.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses aktif yang dilakukan oleh indera tubuh, sistem syaraf
dan otak dalam mengorganisasikan dan mentafsirkan informasi tentang suatu objek yang menghasilkan suatu tindakan. Persepsi berupa
tanggapan lansung tentang sesuatu objek yang menimbulkan tindakan.
111
Persepsi tersebut bisa mempengaruhi perilaku manusia terhadap lingkungannya.
Persepsi guru terhadap sitem PBK adalah tanggapan langsung guru terhadap sistem PBK. Persepsi siswa terhadap Sistem PBK dalam
pembelajaran bahasa Indonesia adalah tanggapan langsung siswa terhadap sistem PBK dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang dilaksanakan oleh
guru. Tanggapan guru dan siswa yang bersifat positif terhadap sitem PBK akan mempengaruhi mereka untuk bertindak mengarah pada pelaksanaan
sistem PBK.
112
b. Aspek-aspek yang Mempengaruhi Persepsi Menurut Sekuler dan Blake 1990: 2, aspek-aspek persepsi adalah
1 Proses biologis, 2 Kebutuhan untuk masukan sensoris, dan 3 Tindakan.
Persepsi sebagai proses biologis bisa memahami informasi tentang peristiwa-peristiwa di dunia ini memerlukan sistem syaraf sensoris.
Persepsi memerlukan masukan sensoris untuk menangani informasi baik yang nyata dan yang teraba halusinasi atau bayangan. Persepsi melibatkan
tindakan sebab persepsi sebagai proses aktif yang bekerja dalam membentuk perilaku untuk melakukan atau menghindari informasi yang
dipahami. Sementara itu Westen 1992: 154 menggambarkan aspek-aspek
persepsi berupa 1 organisasi, 2 interpretasi, dan 3 atensi. Persepsi mengorganisasikan rangkaian berkesinambungan pada sensasi menjadi
unit-unit bermakna. Dalam organisasi, persepsi memerlukan penafsiran informasi yang diorganisasikan. Banyak ahli psikologi menganggap atensi
itu melibatkan proses memori, pikiran, kesadaran, motivasi dan emosi. Westen juga menyebutkan prinsip-prinsip bentuk persepsi yang
melibatkan teori psikologi “Gestalt” berupa kesamaan, kedekatan, kesinambungan, kesederhanaan, dan penutupan Westen; 1992 : 155-156.
Kesamaan berarti pemikiran mengarah pada elemen-elemen sejenis menjadi satu dalam pemahaman. Kedekatan berarti sesuatu yang hampir
sama. Berkesinambungan
merupakan proses
pengertian dalam
113
mengorganisasikan stimulus pada pola yang berkelanjutan. Kesederhanaan adalah memahami pola-pola yang mudah. Penutupan berarti memahami
objek secara lengkap. Sementara itu, Smeets dan Brenner 1995: 19 menghubungkan
persepsi dan tindakan yang didasarkan informasi visual yang sama. Ada perbedaan antara aspek posisi dan kecepatan dalam memahami informasi.
Adapun Ivry dan Hazeltine 1995: 8 menghubungkan persepsi dan hasil terhadap mekanisme. Ternyata tugas-tugas persepsi dan hasil sulit
menggunakan mekanisme waktu yang sama. Pendapat-pendapat di atas diperkuat oleh Shaw 1987: 16 dengan
menyebutkan bahwa terdapat dua faktor yang menjadi syarat berlangsungnya suatu persepsi, yaitu, variabel struktural dan variabel
horizontal. Variabel struktural atau faktor situasional berasal dari sifat rangsang fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkan oleh sistem syaraf
individu neurofisiologic process. Variabel horizontal atau fungsional berasal dari dalam diri si pengamat perseptor, seperti kebutuhan needs,
suasana hati mood, pengalaman masa lampau dan sifat-sifat individual lainnya termasuk yang disebut sebagai faktor personal. Variabel struktural
seperti intensitas, frekuensi, dan jumlah rangsang pada dasarnya sama dengan rangsang eksternal yang menunjuk pada keadaan rangsang luar
yang dipersepsi. Pada variabel fungsional, rangsang dari dalam diri individu yang
mempersepsi merupakan faktor penentu dalam membuat keputusan untuk
114
berbuat atau tidak. Jadi faktor fungsional inilah yang dapat menyebabkan perbedaan persepsi pada setiap orang terhadap objek yang sama. Penentu
persepsi bukan dari jenis dan bentuk rangsangnya, tetapi karakteristik dari orang yang memberikan respon pada rangsang tersebut. Karena itu
persepsi bersifat selektif secara fungsional, yakni objek yang memenuhi subjek yang melakukan persepsi. Sebagai contoh, persepsi orang terhadap
kehadiran stasiun pemancar televisi di Solo. Dari berbagai orang tentu akan muncul pula persepsi berbeda-beda. Perbedaan persepsi ini bukan
dikarenakan faktor bentuk televisi tersebut, melainkan dari sudut pandang yang dipengaruhi oleh pengalaman, motivasi, serta situasi saat orang
tersebut mempersepsikannya. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi
memiliki aspek-aspek terkait yang kompleks yang melibatkan aspek-aspek psikologi tertentu seperti, tindakan, organisasi, interpretasi, atensi dan
“Gestalt principles”. Di samping itu persepsi juga memerlukan aspek- aspek biologi seperti sistem syaraf sensoris dan otak dalam
mengorganisasikan dan menafsirkan informasi. Dengan demikian aspek- aspek psikologi dan biologi dalam persepsi membentuk suatu rangkaian
peristiwa terpadu dari masukanstimulus, proses, dan hasilrespon sebagai suatau sistem mekanisme informasi dan pengetahuan yang mempengaruhi
tindakan dan perilaku manusia.
115
c. Hubungan Persepsi dengan Pembelajaran
Sears 1987: 53 mengatakan bahwa terdapat lima prinsip dasar tentang persepsi, yaitu 1 persepsi itu relatif dan bukan mutlak,
2 persepsi itu selektif, 3 persepsi itu mempunyai tatanan, 4 persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan, dan 5 persepsi seseorang atau
kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama. Dengan demikian, konsep dasar persepsi
berhubungan erat dengan proses pembelajaran. Persepsi seseorang terhadap suatu hal sangat mempengaruhi keberhasilan proses belajar
mengajar, termasuk pembelajaran bahasa. Di samping itu, persepsi mempengaruhi sikap seseorang terhadap
sesuatu. Dalam Proses Belajar Mengajar PBM, persepsi siswa juga mempengaruhi sikapnya dalam PBM. Sikap sangat menentukan motivasi
belajar bahasa Lambert dalam Holmes, 1972: 345 sehingga persepsi belajar akan menentukan prestasi siswa, termasuk prestasi yang diperoleh
ketika seseorang mempelajari bahasa Indonesia. Jadi, sikap dan motivasi yang positif akan mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran,
sedangkan sikap dan motivasi yang negatif akan menghambatnya. Dengan kata lain persepsi siswa akan menentukan berhasil tidaknya proses belajar
mengajar. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan bahwa persepsi guru
dan siswa yang bersifat positif terhadap PBK akan mempengaruhi guru dan siswa untuk bertindak mendukung keberhasilannya dalam
116
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, sedangkan persepsi guru dan siswa yang bersifat negatif terhadap PBK akan menghambat
ketercapaian hasil penilaiannya yang berakibat gagalnya usaha untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran.
C. Kerangka Pikir
Penilaian formatif merupakan salah satu unsur penting dalam PBM. Dengan melakukan penilaian formatif dapat diketahui bagaimana siswa belajar
dan sejauh mana keberhasilan PBM. Penilaian formatif berhasil sesuai harapan apabila 1 dilaksanakan terintegrasi dengan pembelajaran, 2 menggunakan
teknik yang tepat, 3 berorientasi pada penguasaan kompetensi siswa, 4 melalui prosedur, dan menghasilkan feedback untuk memperbaiki proses pembelajaran.
Di Indonesia, meskipun beberapa tahun sekali terjadi perubahan dan penyempurnaan kurikulum, pada kenyataannya tidak terjadi perubahan secara
signifikan pada proses belajar mengajar termasuk sistem penilaiannya. Kenyataan di lapangan guru melaksanakan penilaian formatif secara terpisah dengan
pembelajaran, menggunakan teknik tunggal, belum mencakup seluruh keterampilan berbahasa, kurang prosedural, dan kurang menghasilkan feedback,
sehingga hasilnya kurang signifikan. Seiring dengan hadirnya KBK, pemerintah memberikan dimensi baru di
bidang penilaian yaitu PBK yang tepat digunakan untuk penilaian formatif. Sebagai sistem penilaian baru, penerapan PBK menimbulkan proses penyesuaian
yang memunculkan suatu persepsi yang berbeda-beda utamanya dari pihak guru