Kompetensi Berbahasa Kajian Teori

32 Sementara itu, Richards dalam Genesee dan Upshur, 1997: xiii menunjukkan bahwa hakikat pembelajaran bahasa terkait erat dengan pengajar yang menjalankan proses membantu para siswa memperoleh keterampilan bahasa yang dibutuhkan untuk tujuan yang bervariasi. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa merupakan kegiatan yang dilakukan guru sebagai proses membantu para siswa memperoleh keterampilan bahasa untuk berkomunikasi secara benar dalam situasi dan latar tertentu. Pembelajaran bahasa menekankan pada fungsi bahasa. Dengan demikian pembelajaran bahasa bertujuan membawa siswa menguasai keterampilan bahasa dalam menerapkan fungsi bahasa sebagai sarana berkomunikasi.

2. Kompetensi Berbahasa

Secara umum dapat dinyatakan bahwa kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak Mulyasa, 2003: 37. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa kompetensi diartikan sebagai kemampuan menguasai sesuatu secara batiniah yang akan tampak dalam pemahaman, keterampilan, dan perilakunya. Pengetahuan seseorang akan tampak setelah diaplikasikan di dalam tindakan nyata. Semakin banyak pengetahuan direalisasikan di dalam keterampilan, maka kompetensi seseorang akan semakin kuat. Sementara itu, Depdiknas 2004a: 26 menjelaskan bahwa kompetensi adalah kemampuan yang dapat dilakukan oleh siswa, yang mencakup 33 pengetahuan, keterampilan, dan perilaku. Pendapat ini agak berbeda dengan pendapat Mulyasa. Kompetensi dalam kurikulum lebih mengacu pada kemampuan yang sudah tampak pada perilaku seseorang, sehingga dapat menunjukkan tingkat kemampuan yang dimilikinya. Senada dengan pendapat kedua, McAshan dalam Mulyasa, 2003: 38 mengemukakan bahwa kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan atau kecakapan yang dikuasai seseorang. Dikatakan bahwa Competence is a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person achieves, which become part of his or her being to the extent he or she can satisfactorily perform particular cognitive, afective, and psychomotor behaviors. Definisi McAshan lebih tegas mengarah kepada kemampuan yang dikuasai dan bahkan sudah melekat pada diri seseorang sehingga tercermin pada perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perilaku kognitif adalah perilaku yang berkait dengan pemahaman ilmu pengetahuan faktual yang empiris. Perilaku afektif berkait dengan perasaan, emosi, sikap, dan nilai. Adapun perilaku psikomotorik adalah aktivitas fisik atau tindakan Depdiknas, 2004a: 6-9 Berdasarkan ketiga pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang yang tercermin dalam perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik. Berkait dengan pengertian tersebut, kompetensi berbahasa dan kompetensi komunikatif juga menjadi bagian dari kompetensi yang dimiliki oleh manusia, sehingga dapat berkomunikasi dengan lingkungannya secara baik. 34 Dalam kaitannya dengan kompetensi berbahasa atau kompetensi komunikatif, Hymes 1987: 18-21 menyatakan bahwa kemampuan komunikatif berorientasi pada pengetahuan yang sudah terinternalisasi tacit knowledge dan kemampuan menggunakan ability to use bahasa. Kemampuan komunikasi tercermin dalam empat parameter. Pertama, kegramatikalan, yaitu bahwa pembelajar mampu menggunakan kalimat yang tersusun berdasarkan kaidah yang berlaku. Kedua, kelayakan, yaitu bahwa selain menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah, pembelajar harus dapat memilih bentuk bahasa yang tepat agar bahasa yang digunakan mudah dipahami orang lain. Ketiga, kesesuaian dengan konteks dan kemungkinan yang terjadi dalam sistem komunikasi. Di sini pembelajar harus memperhatikan pemahaman intuitif aturan sosiokultural dan makna yang terdapat dalam ujarannya. Oleh karena itu, kompetensi komunikatif merupakan kemampuan menggunakan bahasa yang wajar dengan memilih bentuk bahasa yang sesuai dengan konteks dan tersusun berdasarkan kaidah bahasa yang digunakan. Sementara itu, Littlewood 1988: 6 menyatakan bahwa kemampuan komunikasi seseorang terbentuk oleh empat ranah keterampilan, yaitu: 1 kemampuan linguistik yang memadai, 2 kemampuan membedakan bentuk bahasa dan fungsi komunikatifnya, 3 kemampuan mengembangkan keterampilan dan strategi penggunaan bahasa untuk mengomunikasikan makna secara efektif dalam situasi kongkret, 4 kesadaran adanya makna sosial dan bentuk-bentuk bahasa yang ia gunakan. Dengan kemampuan itu, ia 35 diharapkan dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar dalam waktu spontan dan secara fleksibel, serta dapat selalu menggunakan bentuk-bentuk bahasa yang berterima acceptable. Littlewood menegaskan “the learners are thus being trained in the part skills of communication rather than practicing the total skill to be acquired”. Tujuan yang hendak dicapai adalah agar pembelajar mampu memproduksi bahasa yang berterima secara formal struktural untuk melatih makna fungsionalnya. Senada dengan pendapat Hymes dan Littlewood, Canale dan Swain dalam Richards dan Schmidt, 1994: 4 menjelaskan bahwa istilah kompetensi komunikatif dipahami sebagai sistem dasar pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk komunikasi, seperti kosa kata dan skill yang dipergunakan dalam konvensi sosiolinguistik. Lebih lanjut Canale dan Swain dalam Richards dan Schmidt, 1994: 4- 11 menguraikan empat komponen kompetensi komunikatif, yaitu: kompetensi gramatikal, kompetensi sosiolinguistik, kompetensi wacana, dan kompetensi strategi. Kompetensi gramatikal berhubungan dengan penguasaan kode bahasa baik verbal maupun nonverbal. Aturan-aturan bahasanya meliputi kosa kata, formasi kata, formasi kalimat, pengucapan, ejaan, dan semantik linguistik. Kompetensi sosiolinguistik berkenaan dengan penggunaan aturan sosial budaya dan wacana kompetensi linguistik yang mengarah pada ujaran- ujaran yang dihasilkan dan dipahami dengan semestinya dalam konteks sosiolinguistik yang berbeda yang tergantung pada faktor-faktor kontekstual seperti status peserta, tujuan interaksi, dan norma-norma konvensi. 36 Kompetensi wacana terfokus pada penguasaan tentang bagaimana mengkombinasikan bentuk-bentuk gramatikal dan makna untuk mencapai teks tertulis dan terucap dalam genres yang berbeda. Genres berarti tipe teks seperti narasi tertulis dan lisan, uraian argumentasi, laporan ilmiah, surat bisnis, dan serangkaian instruksi. Kompetensi strategi dimaksudkan sebagai penguasaan strategi komunikasi verbal dan non-verbal yang biasa disebut tindakan untuk dua alasan utama, yaitu untuk mengkompensasi hambatan dalam berkomunikasi dalam kondisi terbatas pada komunikasi nyata, dan untuk menguatkan efektivitas komunikasi. Sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh Littlewood di depan, Brown 2000: 229 menjelaskan bahwa kompetensi komunikasi adalah tujuan pada suatu kelas bahasa. Dengan demikian, pengajaran mengarah pada semua komponen, seperti organisasional, pragmatik, strategi, dan psikomotor. Tujuan komunikatif dicapai dengan baik melalui perhatian pada Language Use penggunaan bahasa, dan bukan hanya language usage pengetahuan bahasa, kelancaran, akurasi, bahasa dan konteks autentik, dan kebutuhan langsung siswa untuk menerapkan belajar di kelas dalam konteks dunia nyata. Konteks dunia nyata dalam berbahasa biasanya berkaitan dengan konteks sosial dan budaya tempat pembicara menggunakan bahasa. Dalam hal ini Backman dalam Brown, 2000: 249-250 menjelaskan dimasukkannya istilah pragmatic competence kompetensi pragmatik, yakni kompetensi seseorang dalam berbahasa dengan mempertimbangkan pendengar atau mitra 37 tutur, peristiwa tutur, tempat bertutur, situasi bertutur, waktu bertutur, tujuan bertutur, dan topik tuturan sehingga maksud tuturan saling dapat dipahami. Pendapat di atas sejalan dengan pendapat Rivers dalam Sadtono, 1987: 57-58 bahwa kompetensi komunikatif merupakan kemampuan yang berfungsi komunikatif yang melibatkan lebih dari satu orang. Kemampuan tersebut tidak memasukkan bentuk linguistik saja namun juga aturan sosial, kapan, di mana, bagaimana, kepada siapa, dan bentuk bahasa yang bagaimana yang sesuai dengan konteks sosial budaya bertutur. Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditegaskan bahwa kompetensi komunikatif atau kompetensi berbahasa adalah pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang untuk dapat melakukan komunikasi di dalam masyarakat tutur dengan baik dan tepat. Seseorang dikatakan memiliki kompetensi berbahasa apabila ia memiliki kompetensi gramatikal, kompetensi sosiolinguistik, kompetensi wacana dan kompetensi strategi.

3. Kurikulum Berbasis Kompetensi Bahasa Indonesia SMP