64
2. Peranan Gaya Berpikir Siswa Terhadap Prestasi Belajar
Menurut Gregorc, gaya berpikir yang dimiliki oleh seseorang dikelompokkan menjadi empat, yaitu sekuensial konkret, sekuensial abstrak, acak konkret, dan acak
abstrak. Setiap orang memiliki keempat gaya berpikir tersebut, tetapi salah satu pasti lebih menonjol dari yang lain. Gaya berpikir yang menonjol itulah yang merupakan
gaya yang cenderung sering digunakan dalam menyelesaikan masalah. Orang yang termasuk dalam dua kategori “sekuensial” cenderung memiliki dominasi otak kiri,
sedangkan orang- orang yang berpikir secara “acak” biasanya termasuk dalam dominasi
otak kanan. Gaya berpikir yang bermacam-macam ini diperlukan karena setiap masalah membutuhkan penyelesaian dengan gaya berpikir yang berbeda-beda. Seseorang yang
sudah tahu potensi gaya berpikirnya akan lebih mudah menentukan cara penyelesaian masalah agar bisa diatasi dengan lebih efektif.
Siswa yang memiliki gaya berpikir sekuensial biasanya memiliki catatan, menyukai aktivitas langsung, demo, suka membaca dan melakukan penelitian
independen, belajar dengan buku teks atau dapat juga dengan audiovideo, serta instruksi secara individual. Sedangkan siswa dengan gaya berpikir acak lebih suka
belajar dengan tanya jawab atau dengan diskusi kelompok, memecahkan masalah secara terbuka,
games
atau pertandingan, dan belajar dengan menggunakan instruksi komputer film video.
Berdasarkan karakteristik gaya berpikir di atas maka pada penelitian ini penulis mencoba untuk menggunakan salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu
STAD
yang dibantu dengan media cetak LKS dan media video pada pokok bahasan Ekosistem untuk mengetahui media apa yang sesuai dengan gaya berpikir yang dimiliki
oleh siswa.
65
3. Peranan Interaksi Sosial Siswa Terhadap Prestasi Belajar
Pembelajaran kooperatif menitikberatkan pada kemampuan untuk memecahkan masalah baik secara individual maupun berkelompok, sehingga peran serta dan
keaktifan dari peserta didik sangat dibutuhkan untuk itu. Tidak dapat dipungkiri bahwa di antara persamaan yang dimiliki oleh individu-individu ternyata ditemukan pula
perbedaan di antara mereka. Perbedaan ini dapat dilihat dari kemampuan, kecerdasan, emosi, minat, ingatan, dan lain sebagainya. Menyadari adanya beberapa perbedaan
antar siswa dalam lingkungan sekolah kelas maka dapat memberikan kontribusi terhadap kedinamisan proses pembelajaran dan berimbas kepada prestasi belajar siswa.
Pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran IPA. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Teknik belajar secara kelompok pada umumnya bermaksud untuk merangsang efektivitas interaktif kelompok
diskusi. Interaksi sosial siswa dalam hal ini antara lain meliputi kerja sama, pertentangan, persaingan, pertentangan, persesuaian, perpaduan, dan kontravensi.
Setiap siswa berada dalam lingkungan sosial siswa di sekolah. Masing-masing memiliki kedudukan dan peranan yang diakui oleh sesama. Melalui pembelajaran
kooperatif
STAD
, apabila seseorang memiliki interaksi sosial yang tinggi maka ia akan dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan belajar, sebaliknya jika seseorang memiliki
interaksi sosial yang rendah maka ia akan mengalami kesulitan atau hambatan dalam belajar.
4. Interaksi Antara Pembelajaran Kooperatif Model