43
setelah proses belajar Biologi dapat berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, maupun sikap yang berhubungan dengan pelajaran biologi. Dalam penelitian ini penilaian
prestasi belajar biologi hanya ditinjau dari aspek kognitif yaitu kemampuan siswa dalam
mengerjakan soal-soal tes pada materi pokok ekosistem.
a. Pengertian dan Tujuan Penilaian
Assesmen
Menurut Popham 1995 dalam Budiyono 2005 : 2 “asesmen pendidikan
merupakan usaha formal untuk menentukan kedudukan dan status siswa terkait dengan variabel pendidikan yang ditentukan
”. Asesmen atau sering disebut dengan penilaian adalah hasil penafsiran, pengukuran, dan penentuan pencapaian hasil belajar. Penilaian
menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Kegiatan penilaian sangat penting karena hasil penilaian secara umum akan berpengaruh pada kualitas pendidikan dan secara khusus akan berpengaruh pada kualitas
pembelajaran, prestasi siswa, dan program sekolah. Guru dapat menggunakan hasil penilaian untuk memperbaiki proses pembelajaran sehingga menjadi lebih baik dan efisien
hasilnya. Hasil penilaian dapat diinformasikan kepada siswa sehingga mereka dapat mengetahui materi-materi yang belum dikuasainya dan dapat mempelajarinya kembali
sebagai upaya perbaikan. Bagi sekolah, hasil penilaian dapat digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dan dapat digunakan untuk menyusun program sekolah untuk
meningkatkan prestasi siswa. Depdiknas 2004 : 7 menjelaskan bahwa :
“tujuan atau harapan penilaian dapat diarahkan kepada : 1 Penelusuran, yaitu untuk menelusuri agar proses pembelajaran subyek belajar tetap sesuai dengan program dan
guru memperoleh gambaran tentang pencapaian kompetensi siswa. 2 Pemeriksaan, yaitu untuk memeriksa adakah kelemahan-kelemahan yang dialami subyek belajar
dalam proses pembelajaran. 3 Penemuan, yaitu untuk mencari dan menemukan hal-
44
hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran. 4 Penyimpulan, yaitu untuk menyimpulkan apakah subyek belajar
telah menguasai seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum atau belum ”.
b. Penilaian dalam Proses Pembelajaran Biologi
Penilaian prestasi belajar siswa secara nyata dapat dilihat dalam bentuk kuantitatif yaitu berupa angka atau dalam bentuk kualitatif yaitu berupa huruf. Menurut Singgih
1996 : 57, “prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh murid sebagai hasil belajarnya,
baik yang berupa angka maupun huruf serta tindakannya ”.
Ada beberapa alasan mengapa seorang guru harus melakukan penilaian dalam proses pembelajaran, antara lain : 1 Guru perlu mengetahui kemampuan kognitif masing-masing
siswa; 2 guru perlu memonitor kemajuan siswa dalam belajar; 3 guru perlu memberikan nilai sebagai hasil belajar, baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotor kepada
siswanya; 4 guru perlu melihat efektivitas proses pembelajaran yang telah dilakukan; dan 5 guru dapat melakukan langkah pebaikan remedial dalam melakukan tindakan kelas.
Proses pembelajaran Biologi merupakan suatu kesatuan proses yang melibatkan tiga unsur, yaitu : 1 tujuan pembelajaran standar kompetensi SK yang harus dicapai siswa
sesuai pada silabus; 2 pengalaman belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung; dan 3 prestasi belajar yang ditetapkan sebelumnya sebagai Kriteria Ketuntasan Minimal
KKM. Hubungan ketiga unsur tersebut dapat dilihat pada gambar 2.2.
45
Gambar 2.2 Skema Hubungan Tiga Komponen dalam Pembelajaran
Pada gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil dari rangkaian proses pembelajaran untuk mencapai standar kompetensi sesuai kurikulum.
Dari prestasi yang telah dicapai oleh siswa dan membandingkannya dengan nilai KKM yang telah ditetapkan sebelumnya, maka guru dapat mengetahui sejauh mana standar
kompetensi telah dicapai dikuasai oleh siswa. Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dapat digunakan sebagai umpan balik bagi guru untuk dapat menentukan metode dan
media pembelajaran alternatif yang tepat sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
c. Teknik Metode Penilaian
Seorang guru harus pandai dalam menentukan teknik atau metode penilaian, yaitu bagaimana jenis tagihan dan bagaimana macam bentuk instrumen yang akan digunakan.
Menurut Depdiknas 2004 : 12, “jenis tagihan mencakup berbagai teknik pengukuran,
baik teknik tes maupun non tes ”. Beberapa alternatif tagihan yang bisa dipilih untuk tiap
indikator antara lain berupa : kuis, pertanyaan tes lisan di kelas, ulangan harian, ulangan blok, ujian praktek responsi, tugas individu, tugas kelompok, dan laporan kerja praktek.
“Pengukuran kompetensi ranah kognitif menggunakan bentuk instrumen tes formal atau soal-soal instrumen tes tertulis dan lisan dipandang lebih sesuai. Bentuk
instrumen untuk penilaian untuk ranah psikomotor lebih cocok menggunakan tes non-formal, sedangkan untuk ranah afektif menggunakan instrumen model non-tes.
Standar Kompetensi SK
Pengalaman Belajar selama Proses Pembelajaran
Hasil Belajar Sesuai KKM
46
Bentuk-bentuk instrumen tes formal antara lain berupa : pilihan ganda, asosiasi pilihan ganda, sebab-akibat, menjodohkan, isian singkat, uraian obyektif, dan uraian
non obyektif essay. Bentuk-bentuk instrumen tes non-formal antara lain berupa lembar observasi unjuk kerja dan lembar penilaian kinerja psikomotor atau kognitif
lainnya. Bentuk-bentuk instrumen untuk non-tes antara lain berupa angket kuisioner dan lembar penilaian afektif lainnya
” Depdiknas, 2004 : 15.
d. Tes Kognitif