Gambaran Lokasi Penelitian HASIL PENELITIAN

filtrat yang dihasilkan sudah mencukupi. Kemudian saringan yang berisi ampas diperas sampai benar-benar kering. Ampas hasil penyaringan disebut ampas yang kering, ampas tersebut dipindahkan ke dalam karung. 6. Pengendapan dan Penambahan Larutan Penggumpal Dari proses penyaringan diperoleh filtrat putih seperti susu yang kemudian akan diproses lebih lanjut. Filtrat yang didapat kemudian ditambahkan asam cuka dalam jumlah tertentu. Fungsi penambahan asam cuka adalah mengendapkan dan menggumpalkan protein tahu sehingga terjadi pemisahan antara whey dengan gumpalan tahu. Setelah ditambahkan asam cuka terbentuk dua lapisan yaitu lapisan atas whey dan lapisan bawah filtratendapan tahu. Endapan tersebut terjadi karena adanya koagulasi protein yang disebabkan adanya reaksi antara protein dan asam yang ditambahkan. Endapan tersebut yang merupakan bahan utama yang akan dicetak menjadi tahu. Lapisan atas whey yang berupa limbah cair merupakan bahan dasar yang akan diolah menjadi Nata De Soya. Tahapan pengendapan dan penambahan larutan penggumpal ini merupakan tahapan yang paling rentan kontak langsung dengan larutan penggumpal. Pekerja yang tidak membersihkan dengan benar larutan penggumpal yang menempel kulit dapat berisiko mengalami dermatitis kontak. 7. Pencetakan dan Pengepresan Proses pencetakan dan pengepresan merupakan tahap akhir pembuatan tahu. Cetakan yang digunakan adalah terbuat dari kayu berukuran 70x70cm yang diberi lubang berukuran kecil di sekelilingnya. Lubang tersebut bertujuan untuk memudahkan air keluar saat proses pengepresan. Sebelum proses pencetakan yang harus dilakukan adalah memasang kain saring tipis di permukaan cetakan. Setelah itu, endapan yang telah dihasilkan pada tahap sebelumnya dipindahkan dengan menggunakan alat semacam wajan secara pelan-pelan. Selanjutnya kain saring ditutup rapat dan kemudian diletakkan kayu yang berukuran hampir sama dengan cetakan di bagian atasnya. Setelah itu, bagian atas cetakan diberi beban untuk membantu mempercepat proses pengepresan tahu. Waktu untuk proses pengepresan ini tidak ditentukan secara tepat, pemilik mitra hanya memperkirakan dan membuka kain saring pada waktu tertentu. Pemilik mempunyai parameter bahwa tahu siap dikeluarkan dari cetakan apabila tahu tersebut sudah cukup keras dan tidak hancur bila digoyang. 8. Pemotongan tahu Setelah proses pencetakan selesai, tahu yang sudah jadi dikeluarkan dari cetakan dengan cara membalik cetakan dan kemudian membuka kain saring yang melapisi tahu. Setelah itu tahu dipindahkan ke dalam bak yang berisi air agar tahu tidak hancur. Sebelum siap dipasarkan tahu terlebih dahulu dipotong sesuai ukuran. Pemotongan dilakukan di dalam air dan dilakukan secara cepat agar tahu tidak hancur. Dari uraian proses pembuatan tahu diatas, yang lebih berisiko kontak langsung dengan larutan penggumpal adalah pekerja pada bagian pengendapan dan penambahan larutan penggumpal. Namun, untuk pabrik yang tidak memiliki pembagian kerja seperti pada pabrik tahu 1 dan 6, semua pekerja memiliki risiko kontak langsung dengan larutan penggumpal. Dari ketujuh pabrik tahu tersebut, semua pekerjanya tidak menggunakan sarung tangan saat bekerja. Hal ini disebabkan karena sebagian pemilik pabrik tahu tidak menyediakan sarung tangan karena keterbatasan dana. Ada juga pabrik tahu yang dikelola oleh pekerja masing-masing, sehingga mereka tidak menggunakan sarung tangan karena tidak mempunyai dana untuk membeli sarung tangan sendiri dan menganggap penggunaan sarung tangan tidak penting. Selain itu, ada juga pemilik pabrik yang menyediakan sarung tangan tetapi pekerja tidak memakaiya dengan alasan tidak nyaman bekerja menggunakan sarung tangan. Selain itu, kebiasaan cuci tangan pekerja juga buruk. Padahal, di pabrik- pabrik tahu tersebut terdapat keran serta tersedia sabun mandi batang. Sabun mandi batang memang kurang tepat digunakan untuk cuci tangan, namun lebih baik daripada menggunakan sabun colek maupun detergen.

5.2 Analisis Univariat

5.2.1 Gambaran Pengetahuan Sebelum Intervensi Penyuluhan

Gambaran pengetahuan sebelum intervensi penyuluhan pada kelompok lembar balik dan kelompok leaflet dapat dilihat pada tabel 5.1 dibawah ini. Tabel 5.1 Gambaran Pengetahuan Sebelum Intervensi Penyuluhan Pada Kelompok Lembar Balik dan Kelompok Leaflet Penyuluhan Rata-rata Standar deviasi Minimal- Maksimal 95 CI Lembar balik 2,3158 1,01623 1,00-4,50 1,98- 2,65 Leaflet 2,2763 1,09481 0,50-4,50 1,92- 2,64 Dari hasil kuesioner dengan skala penilaian dari 0 sampai 10, didapatkan hasil bahwa rata-rata pengetahuan responden sebelum diberikan penyuluhan dengan media lembar balik adalah 2,3158 dengan skor terendah 1,00 5 orang dan skor tertinggi 4,50 2 orang. Sedangkan pada responden sebelum diberikan penyuluhan dengan media leaflet, didapatkan hasil bahwa rata-rata pengetahuannya adalah 2,2763 dengan skor terendah 0,50 1 orang dan skor tertinggi 4,50 3 orang.

5.2.2 Gambaran Pengetahuan Sesudah Intervensi Penyuluhan

Pada penelitian ini, pengetahuan sesudah intervensi penyuluhan dilihat dari hasil posst-test sesudah penyuluhn tentang potensi bahaya dan pencegahan dermatitis. Gambaran pengetahuan sesudah intervensi penyuluhan dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini. Tabel 5.2 Gambaran Pengetahuan Sesudah Intervensi Penyuluhan Pada Kelompok Lembar Balik dan Kelompok Leaflet Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata pengetahuan responden setelah diberikan penyuluhan dengan media lembar balik adalah 5,6053 dengan skor terendah 2,50 1 orang dan skor tertinggi 9,00 3 orang. Sedangkan rata-rata pengetahuan responden setelah diberikan penyuluhan dengan media leaflet adalah 4,6184 dengan skor terendah 2,00 1 orang dan skor tertinggi 8,50 1 orang. Penyuluhan Rata-rata Standar deviasi Minimal- Maksimal 95 CI Lembar balik 5,6053 1,90006 2,50-9,00 4,98- 6,23 Leaflet 4,6184 1,09481 2,00-8,50 4,04- 5,19

5.3 Analisis Bivariat

5.3.1 Perbandingan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Intervensi

Penyuluhan Pada Kelompok Lembar Balik Sebelum dilakukan analisis bivariat, dilakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah variabel yang diteliti pada kelompok lembar balik terdapat memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan teknik one sample Kolmogorov-Smirnov test. Uji normalitas dilakukan pada 2 variabel yaitu variabel pengetahuan sebelum intervensi penyuluhan dan variabel pengetahuan setelah intervensi penyuluhan pada kelompok lembar balik. Variabel tersebut dikatakan normal jika p-value ≥ 0,005. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 5.3 dibawah ini. Tabel 5.3 Hasil Uji Normalitas Pada Kelompok Lembar Balik Variabel p value pengetahuan sebelum intervensi 0,005 pengetahuan setelah intervensi 0,140 Berdasarkan hasil statistik tersebut, dapat dilihat bahwa variabel pengetahuan sebelum intervensi penyuluhan berdistribusi tidak normal, sedangkan variabel pengetahuan setelah intervensi penyuluhan berdistribusi normal. Perbandingan pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan pada kelompok lembar balik ini untuk melihat apakah ada perbedaan antara pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan yang terjadi pada kelompok lembar balik. Analisis ini menggunakan uji Wilcoxon karena variabel pengetahuan sebelum intervensi penyuluhan pada kelompok lembar balik berdistribusi tidak normal. Perbandingan pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan pada kelompok lembar balik ini dapat dilihat pada tabel 5.4 dibawah ini. Tabel 5.4 Perbandingan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Intervensi Penyuluhan Pada Kelompok Lembar Balik Pengetahuan N Rata-rata Standar deviasi Minimal- Maksimal p value Sebelum penyuluhan 38 2,3158 1,02 1,00-4,00 0,000 Sesudah penyuluhan 5,6053 1,90 2,50-9,00 Dari hasil analisis diketahui bahwa rata-rata skor pengetahuan sebelum dilakukan penyuluhan adalah 2,3158, sedangkan rata-rata skor pengetahuan sesudah dilakukan penyuluhan adalah 5,6053. Dengan demikian terjadi peningkatan rata-rata skor pengetahuan pada kelompok lembar balik sesudah dilakukan penyuluhan. Dari hasil uji statistik tersebut juga diperoleh nilai probabilitas p value sebesar 0,000, artinya pada alpha 5 terdapat perbedaan signifikan rata-rata skor sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan pada kelompok lembar balik.

Dokumen yang terkait

Pengaruh intervensi penyuluhan menggunakan media leaflet terhadap perubahan pengetahuan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya pada pekerja Cleaning Service UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013

5 28 155

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja Pembuat Tahu Di Wilayah Kecamatan Ciputat Dan Ciputat Timur Tahun 2012

0 45 183

Faktor-faktor yang berhubungan dengan suhu tubuh pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat Tahun 2013

6 62 98

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja Bengkel Motor di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012

1 22 165

Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kelelahan Kerja pada Pembuat Tahu di Wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur Tahun 2014

7 40 196

Perbedaan Pengetahuan Antara Sebelum Dan Sesudah Intervensi Penyuluhan Menggunakan Media Leaflet Tentang Penyebab Dermatitis Dan Pencegahannya Pada Pekerja Proses Finishing Mebel Kayu Di Ciputat Timur Tahun 2013

1 33 160

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Dermatitis Kontak Pada Stylist Dan Kapster Di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012

0 18 202

Pengaruh Penyuluhan Media Lembar Balik Gizi Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Balita Gizi Kurang Di Puskesmas Pamulang, Tangerang Selatan Tahun 2015

0 19 97

Faktor-faktor yang berhubungan dengan heat strain pada pekerja pabrik kerupuk di wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2014

9 78 112

PERBEDAAN PENGETAHUAN PADA PENDIDIKAN KESEHATANMETODE CERAMAH DAN MEDIA LEAFLET DENGAN Perbedaan Pengetahuan Pada Pendidikan Kesehatan Metode Ceramah Dan Media Leaflet Dengan Metode Ceramah Dan Media Video Tentang Bahaya Merokok Di SMK Kasatrian Solo.

0 2 16