15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dermatitis Kontak
2.1.1 Definisi Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak merupakan peradangan kulit yang ditandai oleh eritema kulit merah, edema pembengkakan, rasa gatal dan panas di kulit, serta
permukaan kulit bergelembung berisi cairan, yang biasanya terjadi di tangan, lengan bawah, atau wajah Suma’mur, 1996. Dermatitis kontak pada tangan
merupakan kasus terbanyak di beberapa industri di seluruh dunia Ernasari, 2012.
Dermatitis kontak yang terjadi di tangan bersifat persistent atau menetap karena kondisi yang mengharuskan pekerja kontak langsung dengan bahan
kimia. Untuk kondisi ini seharusnya para pekerja lebih bertindak hati-hati dalam melakukan aktivitas pekerjaannya. Pemeriksaan kesehatan secara rutin,
kebersihan perorangan personal hygiene, pemakaian alat pelindung diri APD, dan peningkatan pengetahuan pekerja dalam melakukan perlindungan diri adalah
sangat penting Ernasari, 2012.
2.1.2 Penyebab Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu Suma’mur, 1996:
1. Faktor fisik, seperti tekanan, kelembaban, panas, suhu dingin, sinar matahari, sinar X, dan sinar lainnya
2. Bahan-bahan berasal dari tanaman, seperti daun, ranting, getah, akar, umbi- umbian, bunga, buah, sayur, debu kayu, dan lainnya
3. Makhluk hidup, seperti bakteri, virus, jamur, serangga, cacing, dan kutu 4. Bahan-bahan iritan seperti asam kuat, basa kuat, logam berat, pelarut organik,
dan sebagainya. Dari penyebab-penyebab tersebut, bahan-bahan iritan merupakan penyebab yang
paling terpenting karena banyak digunakan dalam industri. Penyakit dermatitis pada pekerja pembuat tahu dapat terjadi sebagai
akibat dari pemaparan bahan kimia, yaitu asam cuka atau biasanya disebut dengan larutan penggumpal batu tahusioh koh yang mengenai kulit dan tidak
dibersihkan dengan benar. Larutan penggumpal ini tidak setiap hari dibuat. Batu tahu atau sioh koh digunakan sebagai bibit pertama larutan penggumpalan. Jika
larutan penggumpalan yang terbuat dari sioh koh tersebut selesai digunakan maka akan disimpan dan digunakan kembali pada keesokan harinya. Larutan sisa
penggumpalan yang dipakai lagi keesokan harinya disebut dengan whey Suprapti, 2005. Agar dapat digunakan lagi untuk menggumpalkan protein
dalam pembuatan tahu, sisa cairan whey harus disimpan selama 1 x 24 jam