Dari beberapa pengertian para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pragmatik merupakan suatu kajian ilmu bahasa yang membahas tentang makna
dan maksud tuturan. Maksud tuturan ini tidak hanya diperoleh secara eksplisit saja melalui kalimat tuturan yang diujarkan, melainkan juga secara implisit. Oleh
karena itu dibutuhkan pemahaman tentang konteks situasi tutur.
B. Konteks
Seperti yang telah disebutkan dalam teori tentang pragmatik di atas, pemahaman tentang konteks diperlukan agar apa yang diucapakan oleh penutur
dapat dipahami dengan baik oleh mitra tuturnya. Leech 1933:13 mendefinisikan konteks sebagai latar belakang pengetahuan yang dimiliki oleh penutur dan mitra
tutur. Pendapat tersebut didukung oleh Mulyana 2005:21, menurutnya konteks ialah situasi atau latar belakang terjadinya suatu komunikasi, yang dapat dianggap
sebagai sebab dan alasan terjadinya suatu pembicaraan atau dialog. Selanjutnya, Mulyana 2005:21
menambahkan : “Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan, apakah itu berkaitan dengan arti, maksud, maupun informasinya, sangat
tergantung pada konteks yang melatarbelakangi peristiwa tuturan itu .”
Konteks tersebut, menurut Mey 1993:42 dibagi menjadi dua yaitu yang bersifat sosial social context dan sosietal societal context. Konteks sosial
adalah konteks yang timbul sebagai akibat dari interaksi antar anggota dalam suatu masyarakat sosial dan budaya tertentu. Sedangkan konteks sosietal adalah
konteks yang faktor penentunya adalah kedudukan rank anggota masyarakat
dalam institusi-institusi sosial yang ada di dalam masyarakat sosial dan budaya tertentu.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli, diketahui bahwa konteks berperan untuk mewadahi dan menyertai suatu tuturan serta berfungsi membantu lawan tutur
menafsirkan makna tuturan tersebut. Dengan adanya pemahaman konteks, maka maksud tuturan yang diharapkan dapat dipahami dengan mudah oleh lawan tutur,
sehingga meminimalkan terjadinya kesalahpahaman maksud tuturan. Konteks tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal yang kemudian disebut
dengan aspek konteks atau komponen tutur. Moeliono dan Samsuri dalam Mulyana 2005:23 menyebutkan aspek konteks meliputi, situasi, partisipan,
waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk, amanat, kode, dan saluran. Pendapat ini sejalan dengan pemikiran Dell Hymes Mulyana, 2005:23 yang
merumuskan faktor penentu peristiwa tutur melalui akronim SPEAKING. Tiap- tiap huruf mewakili faktor penentu yang dimaksudkan, yaitu S Setting and
Scene, P Participants, E End, A Act Sequence, K Key, I Instrumentalities, N Norms, dan G Genres.
1. S Setting and Scene
Komponen tutur ini terdiri atas setting latar dan scene suasana. Setting atau latar bersifat fisik, meliputi tempat dan waktu terjadinya tuturan, misalnya
percakapan yang terjadi di rumah saat pagi hari. Sementara scene adalah latar psikologis yang mengacu pada suasana psikologis yang menyertai peristiwa
tuturan senang, sedih, curiga, dll.