2. Menganalisis lingkungan internal dengan menggunakan matriks IFE
untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan utama perusahaan. 3.
Menganalisis lingkungan eksternal dengan menggunakan matriks EFE untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman utama yang dihadapi
perusahaaan. 4.
Memasukkan hasil analisis matriks IFE dan EFE ke dalam matriks IE untuk menentukan posisi perusahaan.
5. Melakukan analisis dengan matriks SWOT
6. Setelah didapatkan strategi yang dihasilkan pada matriks SWOT kemudian
menggunakan metode bayes untuk memilih alternatif strategi yang terbaik untuk dimasukan ke dalam struktur AHP
7. Melakukan pengambilan keputusan terhadap strategi pemasaran yang
dihasilkan untuk direkomendasikan ke perusahaan dengan menggunakan metode AHP.
3.5. Analisis Data
Analisis Data dalam penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Alat analisisnya yaitu menggunakan matriks IFE, EFE, matriks IE,
matrikis SWOT Tabel 4, metode bayes dan AHP. Adapun tahapan untuk menganalisis data antara lain:
1. Membuat daftar peluang eksternal perusahaan
2. Membuat daftar ancaman eksternal perusahaan
3. Membuat daftar kekuatan internal perusahaan
4. Membuat draft kelemahan internal perusahaan
5. Mencocokan kekuatan internal dan peluang eksternal dan mencatat
hasilnya dalam strategi SO 6.
Mencocokan kekuatan internal dan peluanf eksternal dan mecatat hasilnya dalam strategi WO
7. Mencocokan kekuatan internal dan ancaman eksternal dan mencatat
hasilnya dalam strategi ST 8.
Mencocokan kelemahan internal dan ancaman eksternal dan mencatat hasilnya dalam strategi WT
9. Menentukan beberapa alternatif strategi yang dihasilkan di SWOT untuk
di masukan ke dalam struktur AHP melalui FGD untuk memperoleh data kualitatifnya dan melalui metode bayes untuk memperoleh data
kuantitatifnya. Model Perhitungan Bayes yaitu :
n n Nk
i
j=1 j=1 =
Σ Vij Bj, ∑ B j = 1,0 ……………………………3
Dengan membuat matriks penilaian alternatif. Setelah didapatkan rangking dari masing-masing alternatif strategi tersebut melalui perhitungan Bayes
maka alternatif strategi yang terpilih dimasukan ke dalam struktur AHP.
Tabel 4. Matriks SWOT
Faktor Internal Faktor Eksternal
Strenght Weaknesses
Opportunities Strategi S-O
Menggunakan kekuatan untuk
mengambil Peluang Strategi W-O
Meminimalkan kelemahan untuk mengambil peluang
Treaths Strategi S-T
Menggunakan kekuatan untuk
mengatasi ancaman Strategi W-T
Meminimalisasi ancaman dan kelemahan
Sumber : Rangkuti, 2005
10. Menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan oleh perusahaan yang
didasarkan pada prioritas strategi yang dipilih pada SWOT melalui metode Bayes dengan menggunakan AHP. Langkah-langkah dalam analisis
metode AHP secara umum dibagi dalam delapan langkah Saaty, 1991, yaitu:
a. Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan yang diinginkan.
Hal pertama yang harus dilakukan yaitu mengidentifikasikan persoalan dengan melakukan analisa atau pemahaman yang mendalam terhadap
persoalan. Proses selanjutnya adalah pengidentifikasian dan pemilihan elemen-elemen yang akan masuk komponen sistem seperti focus,
forces, actors, objectives, dan scenario dalam struktur AHP nantinya.
Dalam AHP sendiri tidak terdapat prosedur yang pasti untuk mengidentifikasi komponen-komponen sistem. Komponen-komponen
sistem dapat diidentifikasi berdasarkan kemampuan pada analisa untuk menemukan unsur yang dapat dilibatkan dalam suatu sistem.
b. Membuat struktur hirarki sudut pandang manajerial secara menyeluruh.
Hirarki merupakan suatu abstraksi struktur suatu sistem yang mempelajari fungsi interaksi antar komponen dan dampaknya terhadap
sistem. Struktur hirarki disusun berdasarkan jenis keputusan yang akan diambil berdasarkan sudut pandang dari tingkat puncak sampai ke
tingkat dimana dimungkinkan campur tangan untuk memecahkan persoalan tersebut. Hirarki dalam metode AHP sendiri dapat berupa
hirarki lengkap dan hirarki tak lengkap. c.
Menyusun matriks banding berpasangan Matriks banding berpasangan ini berfungsi untuk mengetahui kontribusi
dan pengaruh setiap elemen yang relevan atas setiap kriteria yang berpengaruh yang berada setingkat di atasnya. Pada matriks ini,
pasangan-pasangan elemen dibandingkan berkenaan suatu kriteria di tingkat yang lebih tinggi. Dalam membandingkan dua elemen, biasanya
memberi suatu pertimbangan yang menunjukkan dominasi sebagai bilangan bulat. Matriks ini memiliki satu tempat untuk memasukkan
bilangan itu dan satu tempat lain untuk memasukkan nilai resiprokalnya. Nilai skala banding berpasangan dapat dilihat pada Tabel
5. d.
Mendapatkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan perangkat matriks dilangkah tiga.
Setelah matriks banding berpasangan antar elemen dibuat, dilakukan penilaian antar setiap elemen pada kolom ke-i dengan setiap elemen
pada baris ke-j. Penilaian antar elemen tersebut dilakukan dengan pertanyaan seberapa kuat elemen baris ke-i didominasi atau
dipengaruhi, dipenuhi, diuntungkan oleh fokus di puncak hirarki, dibandingkan dengan kolom ke-j. Mengisi matriks banding
berpasangan, digunakan skala banding yang tertera pada Tabel 5.
Angka-angka yang tertera menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya sehubungan dengan sifat
kriteria tertentu. Pengisian matriks hanya dilakukan untuk bagian di atas garis diagonal dari kiri ke kanan bawah.
Tabel 5. Nilai Skala Banding Berpasangan
Intensitas pentingnya
Definisi Penjelasan
1 Kedua elemen sama
pentingnya Dua elemen menyumbang sama
besar pada sifat itu. 3
Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada
elemen yang lainnya Pengalaman dan pertimbangan
sedikit menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya
5 Elemen yang satu sangat
penting daripada elemen yang lainnya
Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu
elemen atas elemenyang lainnya 7
Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen
yang lainnya Bukti yang menyokong elemen
yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan yang
tertinggi yang mungkin menguatkan
9 Satu elemen mutlak lebih
penting daripada elemen yang lainnya
Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya
memiliki tingkat penegasan yang tertinggi yang mungkin
menguatkan
2, 4, 6, 8
Nilai-nilai diantara dua pertimbangan yang
berdekatan Kompromi diperhatikan diantara
dua pertimbangan Kebalikan
Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibandingkan dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila
dibandingkan dengan i
Sumber: Saaty, 1991 e.
Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama. Angka 1 sampai 9 digunakan apabila F
i
lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat fokus puncak hirarki x
dibandingkan dengan F
j
, namun bila F
i
kurang mendominasi atau kurang mempengaruhi sifat X dibandingkan F
j
, maka digunakan angka kebalikannya. Matriks di bawah garis diagonal utama diisi dengan nilai-
nilai kebalikannya. Contoh, bila elemen F
24
memiliki nilai 7, maka elemen F
42
f. Melaksanakan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan
adalah 17.
dalam hirarki tersebut. Perbandingan dilanjutkan untuk semua elemen pada setiap tingkat keputusan yang terdapat pada hirarki, berkenaan
dengan kriteria elemen di atasnya. Matriks perbandingan dalam AHP
dibedakan menjadi dua yaitu: Matriks Pendapat Individu MPI dan Matriks Pendapat Gabungan MPG.
1 Matriks Pendapat Individu MPI
MPI adalah matriks hasil perbandingan yang dilakukan individu. MPI memiliki elemen yang disimbolkan dengan a
ij
Tabel 6. Matriks Pendapat Individu
, yaitu elemen matriks pada baris kolom ke-i dan kolom ke-j. MPI dapat dilihat
pada Tabel 6.
X A
A
1
A
2
…
3
A
n
A a
1
a
11
a
12
…
13
a
1n
A a
2
a
21
a
22
…
23
a
2n
A a
3
a
31
a
32
…
33
a
3n
… …
… …
… …
A a
n
a
n1
a
n2
…
n3
a
nn
2 Matriks Pendapat Gabungan MPG
MPG adalah susunan matriks baru yang elemen g
ij
Tabel 7. Matriks Pendapat Gabungan
berasal dari rata-rata geometrik pendapat-pendapat individu yang rasio
inkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan 10 persen dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu
dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik Tabel 7.
X G
G
1
G
2
…
3
G
n
G g
1
g
11
g
12
…
13
g
1n
G g
2
g
21
g
22
…
23
g
2n
G g
3
g
31
g
32
…
33
g
3n
… …
… …
… …
G g
n
g
n1
g
n2
…
n3
g
nn
Rumus rataan geometrik adalah sebagai berikut:
G
ij
= ..................................................
4 dengan :
n = jumlah responden pakar
a
ijk
3 Menggunakan komposisi secara hirarki untuk membobotkan
vektor-vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang
= sel penilaian setiap pakar
bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah berikutnya dan seterusnya. Adapun vektor prioritas dapat
dihitung dengan rumus: VP vektor Prioritas =
……………5
dimana: VE Vector Eigen = ..… .6
Keterangan: a
ij
n = jumlah elemen yang diperbandingkan = elemen MPI pada baris ke-i dan kolom ke-j
g. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki
Pengukuran konsistensi ini diperlukan untuk mengetahui konsistensi jawaban yang berpengaruh terjadap kesahihan hasil. Langkah yang
digunakan yaitu dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas kriteria bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini
dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak, yang sesuai dengan dimensi matriks. Dengan cara yang sama setiap
indeks konsistensi acak juga dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. Rasio konsistensi hirarki harus
kurang dari sama dengan 10 persen. Jika tidak, mutu informasi harus diperbaiki, antara lain memperbaiki cara menggunakan pertanyaan ketika
melakukan pengisian ulang kuesioner. Rumus untuk perhitungan konsistensi adalah sebagai berikut:
1 CI Indeks Konsistensi
CI= ….……………………………….7
Keterangan: CI = Indeks Konsistensi
ma x
n = jumlah elemen yang dibandingkan = eigen value maksimum
dimana:
max
= …………………………………8
VBNilai Eigen = …………..…. 9
VA Vektor Antara = a
ij
Lebih lanjut ingin diketahui apakah CI dengan besaran cukup baik atau tidak, maka perlu diketahui rasio konsistensinya CR yaitu:
X VP ……........10
2 CR Rasio Konsistensi
CR= ..….…………………………… 11 Rasio yang dianggap baik yaitu apabila CR
≤0,1. RI adalah indeks acak yang dikeluarkan oleh OAK RIDGE LABORATORY, dari
matriks berorde 1-15 dengan menggunakan sampel berukuran 100. Indeks acak dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Indeks Acak
N 1
2 3
4 5
6 7
RI 0,00
0,00 0,58
0,90 1,12
1,24 1,32
N 8
9 10
11 12
13 14
RI 1,41
1,45 1,49
1,51 1,48
1,56 1,57
Sumber : Fewidarto, 1996 h.
Merevisi judgement Menurut Fewidarto 1996, apabila index konsistensi cukup tinggi
dapat dilakukan revisi judgement yaitu dengan mencari deviasi maksimal RMS Root Mean Square dari barisan a
ij
Max dan merevisi judgement pada
baris yang mempunyai nilai terbesar.
i
………………….………12 Berdasarkan hasil perhitungan rumus di atas, dipilih elemen matriks yang
memiliki selisih absolut terbesar dengan perbandingan bobotnya dan elemen a
ij
tersebut diganti dengan w
i
w
j
Nara sumber interview dan penilai kuesioner dipilih secara sengaja purposive sampling. Respondennya terdiri dari pihak perusahaan Kepala
Pimpinan Cabang, Brand Quality Asurance, Penyelia Pemasaran Bisnis, Pengelola Pemasaran Bisnis, dan Nasabah Program KUR.
. Penggunaan revisi judgement ini sangat terbatas, mengingat akan terjadinya distorsi pada jawaban
sebenarnya.
Hasil penilaian struktur oleh pakar akan diolah dengan metode AHP untuk diketahui pembobotan pada setiap elemen hierarkinya. Hasil dari
pengolahan tersebut adalah konsistensi dari jawaban responden yang dilakukan menggunakan software AHP dengan batas inkonsitensi ditetapkan
10 persen. Apabila ada penilaian pakar yang tidak konsisten maka harus direvisi dengan mencari deviasi RMS Root Mean Square. Setelah Matriks
Pendapat Individu MPI dinyatakan konsisten, akan dilakukan penggabungan matriks yang kemudian diukur kembali dengan pengolahan
horisontal dan vertikal sesuai dengan mekanisme AHP. Hasil pengolahan vertikal menggambarkan keterkaitan dan tingkat pengaruh antara elemen
pada satu tingkat hirarki dengan elemen pada tingkat hirarki lainnya. Hasil pengolahan yang menunjukkan pemilihan skenario strategi pemasaran
diperoleh dari pengolahan vertikal.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN