PERAN ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK (Studi Empiris Pada Komunitas Pedagang Kaki Lima Di Alun Alun Kaliwungu Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal)

(1)

PERAN PENGALAMAN

ON THE JOB TRAINING

(OJT)

DAN

KEMATANGAN KARIER AKUNTANSI

DALAM MEMEDIASI PENGARUH

LOCUS OF

CONTROL (LOC)

INTERNAL TERHADAP KESIAPAN

KERJA SISWA KELAS XII AKUNTANSI

SMK NEGERI 1 BATANG

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Khotimatussa’diyah NIM 7101411310

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

 Sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain) (QS. Al-Inshiroh: 6-7).

 Bahagia itu sederhana, bersyukurlah lebih banyak dari biasanya.

Persembahan

Karya ini kupersembahkan untuk:

 Bapak dan ibu tercinta, warnailah surga dengan senyum elokmu

 Orang tua asuhku dan keluarga, Ibu Hj. Supiyah yang selalu menjadikanku salah satu di antara doa-doanya

 Kakak-kakakku tersayang, yang telah menjadi cahaya hidupku

 Adik-adik asuhku yang selalu mendoakan setiap saat

Hexagonal team, yang telah berbagi bahagia, suka maupun duka

 Valet Kos 28, yang telah menjadi keluarga baruku

 almamaterku


(6)

SARI

Khotimatussa’diyah. 2015. ”Peran Pengalaman On the Job Training (OJT) dan Kematangan karier Akuntansi dalam Memediasi Pengaruh Locus Of Control (LOC) Internal terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XII Akuntansi SMK Negeri 1 Batang”. Sarjana Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Dr. Agus Wahyudin, M. Si.

Kata kunci: Pengalaman On the Job Training (OJT), Kematangan karier Akuntansi, Locus Of Control (LOC) Internaldan Kesiapan Kerja Siswa.

Berdasarkan observasi awal di SMK Negeri 1 Batang diketahui bahwa belum semua lulusan siswa kejuruan akuntansi memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. Permasalahan dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh langsung

Locus Of Control (LOC) internal terhadap kematangan karier akuntansi maupun pengaruh tidak langsung yang melalui pengalaman On the Job Training (OJT). Selanjutnya adakah pengaruh langsung pengalaman On the Job Training (OJT)

terhadap kesiapan kerja siswa maupun pengaruh tidak langsung melalui kematangan karier akuntansi, dan yang terakhir adakah pengaruh langsung Locus Of Control (LOC) internal terhadap kesiapan kerja siswa maupun pengaruh tidak langsung melalui kematangan karier akuntansi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis permasalahan yang telah dirumuskan.

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII Akuntansi SMK Negeri 1 Batang. Jumlah sampel sebanyak 64 siswa yang diambil menggunakan teknik sampel jenuh. Metode pengumpulan data menggunakan angket. Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis jalur dan sobel test.

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh secara signifikan Locus Of Control (LOC) internal terhadap kematangan karier akuntansi, ada pengaruh secara signifikan locus of control (LOC) internal terhadap pengalaman On the Job Training (OJT), ada pengaruh secara signifikan locus of control (LOC) internal terhadap kematangan karier akuntansi siswa melalui pengalaman On the Job Training (OJT), ada pengaruh secara signifikan pengalaman On the Job Training (OJT) terhadap kesiapan kerja siswa, ada pengaruh secara signifikan pengalaman On the Job Training (OJT) terhadap kematangan karier akuntansi, ada pengaruh secara signifikan pengalaman On the Job Training (OJT) terhadap kesiapan kerja siswa melalui kematangan karier akuntansi, ada pengaruh secara signifikan Locus Of Control

(LOC) internal terhadap kesiapan kerja siswa, ada pengaruh secara signifikan kematangan karier akuntansi terhadap kesiapan kerja siswa dan ada pengaruh secara signifikan locus of control (LOC) internal terhadap kesiapan kerja siswa melalui kematangan karier akuntansi.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh langsung Locus Of Control (LOC) internal terhadap kematangan karier akuntansi maupun pengaruh tidak langsung yang melalui pengalaman On the Job Training (OJT). Selanjutnya terdapat pengaruh langsung pengalaman On the Job Training (OJT) terhadap kesiapan kerja siswa maupun pengaruh tidak langsung melalui kematangan karier akuntansi, dan terdapat pengaruh langsung Locus Of Control (LOC) internal terhadap kesiapan kerja siswa maupun pengaruh tidak langsung melalui kematangan karier akuntansi.


(7)

ABSTRACT

Khotimatussa'diyah. 2015. "The Role of Experience On the Job Training (OJT) and the Maturity of career accountancy in Mediation the Effect of the Internal Locus Of Control (LOC) toward the Readiness of Working from the Students of Accounting Class Grade XII SMK Negeri 1 Batang". Education of Economics in Accounting. Semarang State University. Supervisor: Dr. Agus Wahyudin, M. Si.

Keywords: Experience On the Job Training (OJT), the Maturity of career accountancy, the Internal Locus Of Control (LOC) and the Readiness of Working from the Students.

Based on the beginning of the observations in SMK Negeri 1 Batang, it showed that not all of graduated students from Vocational Accounting obtained a job based on their expertise. The problem of this research is “is there any direct influence of the internal Locus Of Control (LOC) toward the maturity of career accountancy as well as indirect influence through the experience On the ob training (OJT)”. In addition, “is there any direct influence of the experience on the job training (OJT) toward the readiness of working from the students as well as indirect effect through the maturity of the career”, and the rest is “is there any direct influence of internal Locus Of Control (LOC) toward the readiness of working from the students as well as indirect effect through the maturity of career accountancy”.

The population of this study was the whole students of accounting class grade XII SMK Negeri 1 Batang. There were 64 students were taken as the sample by using saturated sampling techniques. The methods of collecting the data used the questionnaire. Furthermore, the method of analyzing the data used descriptive analysis, path analysis and sobel test.

The results of this study showed (1) there was a positive influence and significant of the Internal Locus Of Control (LOC) toward the maturity of career accountancy, (2) there was a positive effect and significant of the internal locus of control (LOC) toward the experience On the Job Training (OJT), (3) there was a positive influence and significant of the Internal locus of control (LOC) toward the maturity of career accountancy from the student through their experience on the job training (OJT), (4) there was a positive influence and significant of the experience on the job training (OJT) toward the readiness of working from the students, (5) there was a positive effect and significant of the experience on the job training (OJT) toward the maturity of career accountancy, (6) there was a positive effect and significant of the experience On the Job Training (OJT) toward the readiness of working from the students through their maturity of career accountancy, (7) there was a positive influence and significant of internal Locus Of Control (LOC) toward the readiness of working from the students, (8) there was a positive influence and significant of the maturity of career accountancy toward the readiness of working from the students, (9) there was a positive effect and significant of the Internal locus of control (LOC) toward the readiness of working from the students through their maturity of career accountancy.


(8)

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT., yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya. Segenap usaha, kerja keras dan upaya yang dilakukan peneliti tidak akan membuahkan hasil tanpa kehendak-Nya. Atas rahmat-Nyalah, peneliti mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Pengalaman On the Job Training (OJT) dan Kematangan karier akuntansi dalam memediasi Pengaruh Locus Of Control (LOC) Internal terhadap Kesiapan Kerja Siswa kelas XII Akuntansi SMK Negeri 1 Batang”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Jurusan Pendidikan Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Peneliti menyadari penulisan skripsi ini dapat terselesaikan tidak lepas dari dukungan dosen pembimbing, keluarga dan teman-teman. Segala kerendahan hati, Peneliti menyampaikan terima kasih kepada:

1. Pimpinan fakultas atas nama Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, Dr. Wahyono, M.M.

2. Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, Drs. Heri Yanto, MBA.PhD., atas izin penelitian skripsi.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi, Dr. Ade Rustiana, M. Si., atas arahan dalam penyusunan skripsi.

4. Dosen pembimbing, Dr. Agus Wahyudin, M. Si., atas bimbingan, saran, kritik dan arahan dalam penyusunan skripsi.


(9)

5. Bapak ibu staf pengajar Fakultas Ekonomi, atas bekal ilmu pengetahuan yang diberikan.

6. Kepala sekolah SMK Negeri 1 Batang, Drs. Sugito, M. Si., atas izin penelitian.

7. Bapak ibu staf pengajar Jurusan Akutansi SMK Negeri 1 Batang, atas kerja samanya dan telah bersedia membantu sepenuh hati dalam pelaksanaan penelitian skripsi ini.

8. Siswa-siswi Jurusan Akutansi SMK Negeri 1 Batang, atas kerja samanya dalam pelaksanaan penelitian skripsi ini.

9. Keluargaku tercinta yang senantiasa mendukung langkahku dengan iringan do‟a dan kasih sayangnya.

10. Rekan-rekan seperjuangan, kelas Pendidikan Akuntansi C dan seluruh mahasiswa Pendidikan Akuntansi angkatan 2011, serta Hexagonal team, Valet kos dan crew Jatianom serta Eksmud Minicafe atas bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga amal baik dari semua pihak mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, Juni 2015

Peneliti


(10)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Persetujuan Pembimbing ... ii

Pengesahan Kelulusan ... iii

Pernyataan ... iv

Motto dan Persembahan ... v

Sari ... vi

Abstrak ... vii

Prakata ... viii

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xiv

Daftar Gambar ... xvii

Daftar Lampiran ... xviii

1. Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 7

1.3.Tujuan Penelitian ... 8

1.4.Kegunaan Penelitian ... 10

2. Tinjauan Pustaka 2.1.Grand Theory 2.1.1.Teori Perkembangan Psikososial ... 12

2.1.2.Teori Pembelajaran Sosial ... 15

2.2.Tinjauan Kesiapan Kerja 2.2.1.Pengertian Kesiapan Kerja ... 16

2.2.2.Prinsip-Prinsip Kesiapan Kerja ... 18

2.2.3.IndikatorKesiapan Kerja ... 20

2.3.Tinjauan Locus Of Control (LOC) 2.3.1.Pengertian Locus Of Control (LOC) ... 22

2.3.2.Dimensi Locus Of Control (LOC) ... 23 xi


(11)

2.3.3.Indikator Locus Of Control (LOC) internal ... 25

2.4.Tinjauan Pengalaman On the Job Training (OJT) 2.4.1.Pengertian On the Job Training (OJT) ... 26

2.4.2.Manfaat dan TujuanOn the Job Training (OJT) ... 28

2.4.3.Bidang Pekerjaan On the Job Training (OJT) ... 29

2.4.4.Indikator Pengalaman On the Job Training (OJT) ... 30

2.5.Tinjauan Kematangan karier akuntansi 2.5.1.Pengertian Kematangan karier akuntansi ... 31

2.5.2.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kematangan karier akuntansi ... 32

2.5.3.Indikator Kematangan karier akuntansi ... 33

2.6. Penelitian Terdahulu ... 36

2.7.Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis 2.7.1.Kerangka Pemikiran Teoritis ... 38

2.7.2.Pengembangan Hipotesis ... 43

3. Metode Penelitian 3.1.Jenis dan Desain Penelitian ... 73

3.2.Populasi dan Sampel 3.2.1.Populasi ... 73

3.2.2.Sampel ... 74

3.3.Variabel Penelitian 3.3.1.Variabel Independen ... 74

3.3.2.Variabel Intervening ... 75

3.3.3.Variabel Dependen ... 77

3.4.Metode Pengumpulan Data ... 77

3.5.Instrumen Penelitian 3.5.1.Validitas Instrumen Penelitian ... 79

3.5.2.Reliabilitas instrumen Penelitian ... 83

3.6.Teknik Pengolahan dan Analisis Data 3.6.1.Analisis Deskriptif ... 84


(12)

3.6.2.Uji Asumsi Klasik

3.6.2.1.Uji Normalitas ... 88

3.6.2.2.Uji Linearitas ... 88

3.6.2.3.Uji Heteroskedastisitas ... 89

3.6.3.Pembentukan Analisis Jalur 3.6.3.1.Uji Sobel ... 92

3.6.4.Pengujian Hipotesis Penelitian 3.6.4.1.Uji Signifikansi Parameter individuals (Uji t) ... 93

3.6.4.2.Analisis Jalur (path Analysis) ... 94

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1.Analisis Deskriptif 4.1.1.1.Deskripsi Variabel Kesiapan Kerja ... 95

4.1.1.2.Deskripsi Variabel Locus Of Control (LOC) Internal ... 96

4.1.1.3.Deskripsi Variabel Pengalaman OJT ... 98

4.1.1.4.Deskripsi Variabel Kematangan karier akuntansi ... 99

4.1.2.Uji Asumsi Klasik 4.1.2.1.Uji Normalitas ... 101

4.1.2.2.Uji Linearitas ... 103

4.1.2.3.Uji Heteroskedastisitas ... 107

4.1.3.Pembentukan Model Analisis Jalur ... 109

4.1.4.Uji Sobel Test ... 114

4.1.5.Uji Hipotesis 4.1.5.1.Pengaruh Parsial (Uji t) ... 116

4.1.5.2.Analisis Jalur (Path Anlysis) ... 119

4.2.Pembahasan 4.2.1.Pengaruh LOC Internal terhadap kematangan karier akuntansi 121 4.2.2.Pengaruh LOC Internal terhadap Pengalaman OJT ... 124

4.2.3.Pengaruh LOC Internal terhadap kematangan karier akuntansi melalui Pengalaman OJT ... 127


(13)

4.2.4.Pengaruh Pengalaman OJT terhadap kesiapan kerja ... 130 4.2.5.Pengaruh Pengalaman OJT terhadap kematangan karier

akuntansi ... 134 4.2.6.Pengaruh Pengalaman OJT terhadap kesiapan kerja

melalui kematangan karier akuntansi ... 136 4.2.7.Pengaruh LOC Internal terhadap Kesiapan kerja ... 140 4.2.8.Pengaruh kematangan karier akuntansi terhadap kesiapan kerja 142 4.2.9.Pengaruh LOC Internal terhadap Kesiapan kerja melalui

kematangan karier akuntansi ... 144

5. Penutup

5.1.Simpulan ... 149 5.2.Saran ... 152

Daftar Pustaka


(14)

Daftar Tabel

Tabel 1.1. Data Penelusuran Tamatan Siswa ... 4

Tabel 1.2. Data Penelusuran Tamatan Siswa yang Bekerja ... 4

Tabel 2.1. Development Task ... 13

Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu ... 37

Tabel 3.1. Jumlah Populasi ... 73

Tabel 3.2. Sampel Penelitian ... 74

Tabel 3.3. Penilaian (scoring) Jawaban Responden ... 78

Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas Kesiapan Kerja ... 80

Tabel 3.5. Hasil Uji Validitas Locus Of Control (LOC) Internal ... 81

Tabel 3.6. Hasil Uji Validitas Pengalaman OJT ... 81

Tabel 3.7. Hasil Uji Validitas Kematangan karier akuntansi ... 82

Tabel 3.8. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 83

Tabel 3.9. Deskriptif Variabel Kesiapan Kerja ... 86

Tabel 3.10. Deskriptif Variabel Locus Of Control (LOC) Internal ... 86

Tabel 3.11. Deskriptif Variabel Pengalaman OJT ... 87

Tabel 3.12. Deskriptif Variabel Kematangan karier akuntansi ... 87

Tabel 4.1. Descriptive Statistic Kesiapan Kerja ... 95

Tabel 4.2.Deskripsi Variabel Kesiapan Kerja ... 95

Tabel 4.3.Distribusi Variabel Kesiapan Kerja ... 96

Tabel 4.4. Descriptive Statistic Locus Of Control (LOC) Internal ... 97

Tabel 4.5.Deskripsi Variabel Locus Of Control (LOC) Internal ... 97

Tabel 4.6.Distribusi Variabel Locus Of Control (LOC) Internal ... 97

Tabel 4.7. Descriptive Statistic Pengalaman OJT ... 98

Tabel 4.8.Deskripsi Variabel Pengalaman OJT ... 98

Tabel 4.9. Distribusi Variabel Pengalaman OJT ... 99

Tabel 4.10.Descriptive Statistic Kematangan karier akuntansi ... 100

Tabel 4.11. Deskripsi Variabel Kematangan karier akuntansi ... 100

Tabel 4.12. Distribusi Variabel Kematangan karier akuntansi ... 100


(15)

Tabel 4.13. Hasil Uji Normalitas KS dengan Kematangan karier akuntansi sebagai Variabel Dependen ... 101

Tabel 4.14.Hasil Uji Normalitas KS dengan Kesiapan Kerja

sebagai Variabel Dependen ... 102

Tabel 4.15.Hasil Uji Normalitas KS dengan Kesiapan Kerja

sebagai Variabel Dependen ... 103

Tabel 4.16.Hasil Uji linearitas Kematangan karier akuntansi dengan

LOC Internal ... 104

Tabel 4.17.Hasil Uji linearitas Kematangan karier akuntansi dengan

Pengalaman On the Job Training (OJT) ... 104

Tabel 4.18.Hasil Uji linearitas Kesiapan Kerja dengan Pengalaman

On the Job Training (OJT) ... 105

Tabel 4.19.Hasil Uji linearitas Kesiapan Kerja dengan Kematangan

Karier akuntansi ... 105

Tabel 4.20.Hasil Uji linearitas Kesiapan Kerja dengan LOC Internal ... 106

Tabel 4.21.Hasil Uji linearitas Pengalaman On the Job Training (OJT)

dengan LOC Internal ... 106

Tabel 4.22.Hasil Uji heteroskedastisitas dengan Kematangan karier akuntansi sebagai Variabel Dependen ... 107

Tabel 4.23.Hasil Uji heteroskedastisitas dengan Kesiapan kerja

sebagai Variabel Dependen ... 108

Tabel 4.24.Hasil Uji heteroskedastisitas dengan Kesiapan kerja

sebagai Variabel Dependen ... 108

Tabel 4.25.Hasil Uji regresi Linear Berganda dengan Kesiapan Kerja Siswa sebagai Variabel Dependen ... 110

Tabel 4.26.Hasil Uji regresi Linear Berganda dengan kematangan karier

akuntansi sebagai Variabel Dependen... 111

Tabel 4.27.Hasil Uji regresi Linear Berganda dengan Pengalaman

On the Job Training (OJT) sebagai Variabel Dependen ... 113

Tabel 4.28.Hasil Uji t dengan kematangan karier akuntansi

sebagai Variabel Dependen ... 117

Tabel 4.29.Hasil Uji t dengan pengalaman On the Job Training (OJT)

sebagai Variabel Dependen ... 117

Tabel 4.30. Hasil Uji t dengan kesiapan kerja siswa sebagai

Variabel Dependen ... 118


(16)

Tabel 4.31. Hasil Uji t dengan kesiapan kerja siswa sebagai

Variabel Dependen ... 119

Tabel 4.32. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis ... 120


(17)

Daftar Gambar

Gambar 2.1. Gambar Model Penelitian Teoritik ... 43

Gambar 2.2. Gambar Model Penelitian Empiris ... 72

Gambar 3.1. Gambar Hubungan Struktur X1, X2, X3 dan Y ... 91

Gambar 4.1. Gambar Model Analisis Jalur ... 114


(18)

Daftar Lampiran

Lampiran 1. Kisi-Kisi Instrumen ... 161

Lampiran 2. Instrumen Uji Coba ... 162

Lampiran 3. Tabulasi Uji Coba Penelitian ... 171

Lampiran 4. Uji Validitas ... 175

Lampiran 5. Uji Reliabilitas ... 179

Lampiran 6. Instrumen Penelitian ... 181

Lampiran 7. Data Responden ... 188

Lampiran 8. Tabulasi Penelitian ... 189

Lampiran 9. Hasil Uji Analisis Deskriptif ... 193

Lampiran 10. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 197

Lampiran 11. Surat-Surat Penelitian ... 203

Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian ... 206


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan suatu pembangunan bangsa Indonesia salah satunya ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri terutama dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dewasa ini tuntutan terhadap dunia pendidikan sangat tinggi, mengingat pendidikan harus memberikan sumbangan yang sangat besar bagi peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Sumber Daya Manusia (SDM) harus berperan secara jelas dalam membentuk peserta didik menjadi produktif dan mampu menciptakan produk layak jual yang dapat bersaing di pasar global. Peningkatan kualitas SDM dapat berhasil jika didukung dengan kualitas pendidikan yang baik serta penerapan dan pemanfaatan pengetahuan dan teknologi, yang akhirnya dapat meningkatkan daya saing tenaga kerja, produktivitas, nilai tambah dan membuka peluang pekerjaan.

Pendidikan merupakan sarana untuk mengembangkan potensi diri agar bisa menjadi manusia yang mempunyai nilai tiga kompetensi dasar, yaitu intelektualitas, humanitas dan religiusitas (Suardi, 2012:1). Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 pasal 1 nomor 1 juga menjelaskan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,


(20)

kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarkat, bangsa dan negara. Dengan demikian pendidikan merupakan sarana yang penting untuk bisa meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk menghadapi perubahan dalam kehidupan masyarakat.

Salah satu jenjang pendidikan nasional adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Mulyatiningsih, dkk (2004:100) mengemukakan bahwa Sekolah Menengah Kejuruan adalah satu jenis sekolah menengah yang dapat dimasuki setelah sekolah menengah jenjang pertama. Sekolah Menengah Kejuruan adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap terjun secara profesional dan ikut bergerak dalam dunia usaha atau perusahaan. Salah satu tujuan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah mendidik sumber daya manusia yang mempunyai kesiapan kerja dengan etos kerja tinggi. Dengan demikian siswa yang belajar di sekolah menengah kejuruan tidak hanya memiliki pengetahuan materi yang dipelajari, tetapi juga memiliki etos kerja yang tinggi, keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja.

Kesiapan kerja adalah keseluruhan kondisi individu yang meliputi kematangan fisik, mental dan pengalaman serta adanya kemauan dan kemampuan serta pengetahuan untuk melaksanakan suatu pekerjaan (Hana: 2013). Kesiapan kerja sangatlah penting dimiliki oleh seorang siswa SMK, karena siswa SMK merupakan harapan masyarakat untuk menjadi lulusan yang mempunyai kompetensi sesuai dengan bidang keahliannya agar diterima di dunia kerja atau mampu mengembangkan ilmunya melalui wirausaha. Kesiapan kerja siswa SMK


(21)

yang dalam penelitian ini khusus pada siswa kejuruan akuntansi, juga didasarkan pada penguasaan terhadap materi pendidikan dan pelatihan akuntansi pada diri masing-masing siswa. Siswa diharapkan menguasai akuntansi berdasarkan 3 elemen yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik untuk bisa mengetahui sejauh mana dia siap bekerja di bidang akuntansi.

Keberadaan SMK dalam menyiapkan tenaga kerja terlatih sangat membantu dunia usaha, akan tetapi belum semua lulusan SMK bisa memenuhi kebutuhan dunia kerja seseuai dengan kompetensi bidang keahlian yang dimilikinya. Terbukti dengan tingginya tingkat pengangguran terbuka di Indonesia merurut latar belakang pendidikan, menurut berita resmi statistik No. 85/11/Th. XVII lulusan Sekolah Menengah Kejuruan menempati posisi pertama dengat tingkat persentase 11,24% (BPS- 5 November 2014). Hal ini terjadi karena diduga adanya kesenjangan antara keterampilan yang dimiliki dengan yang dibutuhkan dengan dunia kerja. Keberadaan SMK dalam menyiapkan tenaga kerja diyakini masih belum optimal. Berdasarkan pengamatan di lapangan banyak siswa lulusan SMK yang belum terserap dan atau sudah terserap di dunia kerja akan tetapi tidak sesuai dengan keahlian dan keterampilan yang didapat di sekolah. Banyak siswa lulusan SMK khususnya kelompok bisnis dan manajemen hanya menjadi buruh pabrik atau pelayan toko. Fenomena ini membuktikan bahwa siswa lulusan SMK belum diakui sepenuhnya oleh pasar tenaga kerja untuk menerapkan ilmu yang mereka dapat dari bangku sekolah, atau dengan kata lain kesiapan kerja lulusan SMK masih diragukan oleh pasar tenaga kerja.


(22)

Kondisi ini juga terjadi di SMK Negeri 1 Batang, dimana sebagian siswa lulusan SMK Negeri 1 Batang Kompetensi Keahlian Akuntansi masih banyak yang bekerja di luar bidang yang mereka dapat sewaktu di SMK. Berdasarkan Bursa Kerja Khusus (BKK) SMK Negeri 1 Batang, siswa lulusan Kompetensi Keahlian Akuntansi yang bekerja sesuai dengan ilmu Kompetensi Keahlian yang didapat di SMK hanya mencapai sekitar 21%, sisanya ada yang belum mendapat pekerjaan atau yang sudah bekerja tetapi tidak sesuai dengan Kompetensi Keahliannya dan melanjutkan ke perguruan tinggi.

Tabel 1.1

Data Penelusuran Tamatan Siswa

SMK Negeri 1 Batang Kompetensi Keahlian Akuntansi Sampai Bulan Desember Tahun 2014/2015

Kelas

Penelusuran Tamatan Siswa Tahun 2013/2014 Jumlah

Lulusan Bekerja

Wira

usaha Kuliah

Belum Bekerja atau Lain-lain

Jumlah Siswa

XII Ak 1 36 7 1 11 17 36

19,4% 2,8% 30,6% 47,2% 100%

XII Ak 2 34 8 2 9 15 34

23,5% 5,9% 26,5% 44,1% 100%

Total 70 15 3 20 32 70

% 21,4% 4,3% 28,6% 45,71% 1

Sumber: Data BKK SMK Negeri 1 Batang Tabel 1.2

Data Penelusuran Tamatan Siswa yang Bekerja SMK Negeri 1 Batang Kompetensi Keahlian Akuntansi

Sampai Bulan Desember Tahun 2014/2015

Sumber: Data BKK SMK Negeri 1 Batang

No. Pekerjaan Jumlah Persentase

1. Staf kantor 2 11,1 %

2. Pelayan toko 5 27,8 %

3. Karyawan industri 8 44,4 %

4. Wirausaha 3 16,7 %


(23)

Dari data di atas, menunjukkan bahwa kesiapan kerja siswa SMK Negeri 1 Batang belum sesuai dengan apa yang diharapkan sesuai dengan tujuan SMK, selain itu peluang kerja yang terbatas dan persaingan yang semakin ketat mengakibatkan siswa lulusan SMK Negeri 1 Batang khususnya kompetensi keahlian akuntansi tidak dapat menempati bidang atau jenis pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi keahlian yang telah dipelajari di sekolah.

Sutopo Rahayu (2007:3) mengungkapkan bahwa penguasaan materi tanpa diimbangi dengan kemampuan praktik yang memadai akan sia-sia. Oleh karena itu, di samping pembelajaran teoritis, juga diperlukan pembelajaran praktik yang diimplementasikan dalam Praktik Kerja Industri (Prakerin). SMK Negeri 1 Batang dalam hal ini juga telah melaksanakan kerja sama dengan Dunia Usaha/ Dunia Industri (DU/DI) melalui Praktik Kerja Industri (Prakerin) atau sering disebut On the Job Training (OJT). Adanya Praktik Kerja Industri (Prakerin) atau On the Job Training (OJT) diharapkan akan memberikan pengalaman, keterampilan dan gambaran tentang keadaan DU/DI yang sesungguhnya, sehingga siswa khususnya kejuruan akuntansi dapat mengetahui apa yang dibutuhkan dalam dunia kerja dalam bidang akuntansi yang pada akhirnya akan mendorong siswa untuk mempersiapkan diri memasuki dunia kerja di bidang akuntansi sesuai dengan keahlian dan ilmu yang di dapat di bangku sekolah.

Slameto (2010:115) mengemukakan adanya kematangan dalam aspek-aspek kesiapan. Kematangan karier sangat dibutuhkan oleh siswa untuk penentuan karier ke depannya yang tentunya juga dapat meningkatkan kesiapan kerja siswa. Menurut Aji dalam Dewi, dkk. (2014) mengemukakan bahwa tingkat kematangan


(24)

karier yang dimiliki individu sangat menentukan kualitas pemilihan karier. Siswa dalam usahanya untuk mencapai karier yang di inginkan sering mengalami hambatan, sehingga diperlukan usaha dari siswa untuk mengatasi hambatan tersebut. Karakter psikologis siswa untuk berusaha mengatasi hambatan tersebut dan yang mendorong siswa untuk menyiapkan diri dalam menghadapi dunia kerja yaitu Locus of Control (LOC). Hana, dkk. (2013:4) mengemukakan bahwa Locus of Control (LOC) merupakan sifat keyakinan, rasa percaya diri, sifat prestatif dan mandiri yang kuat pada diri seseorang. Rotter dalam Phares (1976:40) menyebutkan bahwa terdapat dua dimensi Locus of Control (LOC), dimensi pertama yaitu Locus of Control (LOC) eksternal dimana subjek mempunyai tipikal berkeyakinan bahwa keberuntungan, kesempatan dan takdir adalah yang menentukan hasil akhir, sedangkan dimensi kedua yaitu Locus of Control (LOC) internal adalah subjek dengan tipikal yang berkeyakinan bahwa keahlian, kemampuan dan usaha adalah penentu hasil akhir.

Penelitian yang dilakukan oleh Mu‟ayati (2014) tentang Pengaruh Praktik Kerja Industri (Prakerin) terhadap kesiapan menghadapi dunia kerja menunjukkan hasil bahwa secara parsial Praktik Kerja Industri (Prakerin) berpengaruh signifikan sebesar 4,88% terhadap kesiapan kerja siswa. Penelitian terdahulu lainnya yang mendukung yaitu penelitian yang dilakukan oleh Hana, dkk. (2013) tentang Pengaruh Locus of Control terhadap kesiapan kerja menunjukkan hasil bahwa adanya pengaruh yang signifikan Locus of Control terhadap kesiapan kerja sebesar 13,12%. Penelitian lain yang menguatkan peneliti mengambil judul di atas yaitu penelitian dari Dewi, dkk. (2014) mengenai hubungan antara Locus of


(25)

Control dan Praktik Kerja Industri (Prakerin) dengan Kematangan Karier yang menunjukkan hasil bahwa kedua variabel independen mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap kematangan karier dengan sumbangan sebesar 53,2%.

Berdasarkaan uraian latar belakang di atas, maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul “Peran Pengalaman On the Job Training (OJT) dan Kematangan Karier Akuntansi dalam memediasi Pengaruh Locus Of Control (LOC) Internal terhadap Kesiapan Kerja Siswa kelas XII Akuntansi SMK Negeri 1 Batang”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah Locus Of Control (LOC) Internal berpengaruh secara signifikan terhadap kematangan karier akuntansi siswa kelas XII akuntansi SMK Negeri 1 Batang?

2. Apakah Locus Of Control (LOC) Internal berpengaruh secara signifikan terhadap pengalaman On the Job Training (OJT) siswa kelas XII akuntansi SMK Negeri 1 Batang?

3. Apakah Locus Of Control (LOC) Internal berpengaruh secara signifikan terhadap kematangan karier akuntansi melalui pengalaman On the Job Training (OJT) siswa kelas XII Akuntansi SMK Negeri 1 Batang?


(26)

4. Apakah Pengalaman On the Job Training (OJT) berpengaruh secara signifikan terhadap kesiapan kerja siswa kelas XII Akuntansi SMK Negeri 1 Batang? 5. Apakah Pengalaman On the Job Training (OJT) berpengaruh secara signifikan

terhadap kematangan karier akuntasi siswa kelas XII akuntansi SMK Negeri 1 Batang?

6. Apakah Pengalaman On the Job Training (OJT) berpengaruh terhadap secara signifikan kesiapan kerja melalui kematangan karier akuntansi siswa kelas XII akuntansi SMK Negeri 1 Batang?

7. Apakah Locus Of Control (LOC) Internal berpengaruh secara signifikan terhadap kesiapan kerja siswa kelas XII akuntansi SMK Negeri 1 Batang? 8. Apakah kematangan karier akuntansi berpengaruh secara signifikan terhadap

kesiapan kerja siswa kelas XII akuntansi SMK Negeri 1 Batang?

9. Apakah Locus Of Control (LOC) Internal berpengaruh secara signifikan terhadap kesiapan kerja siswa melalui kematangan karier akuntansi siswa kelas XII akuntansi SMK Negeri 1 Batang?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disampaikan di atas, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis apakah Locus Of Control (LOC) Internal berpengaruh secara signifikan terhadap kematangan karier akuntansi kelas XII akuntansi SMK Negeri 1 Batang.


(27)

2. Untuk menganalisis apakah Locus Of Control (LOC) Internal berpengaruh secara signifikan terhadap pengalaman On the Job Training (OJT) kelas XII akuntansi SMK Negeri 1 Batang.

3. Untuk menganalisis apakah Locus Of Control (LOC) Internal berpengaruh secara signifikan terhadap kematangan karier akuntansi melalui pengalaman On the Job Training (OJT) kelas XII akuntansi SMK Negeri 1 Batang.

4. Untuk menganalisis apakah pengalaman On the Job Training (OJT) berpengaruh secara signifikan terhadap kesiapan kerja siswa kelas XII akuntansi SMK Negeri 1 Batang.

5. Untuk menganalisis apakah pengalaman On the Job Training (OJT) berpengaruh secara signifikan terhadap kematangan karier akuntansi siswa kelas XII akuntansi SMK Negeri 1 Batang.

6. Untuk menganalisis apakah pengalaman On the Job Training (OJT) berpengaruh secara signifikan terhadap kesiapan kerja siswa melalui kematangan karier akuntans siswa kelas XII akuntansi SMK Negeri 1 Batang. 7. Untuk menganalisis apakah Locus Of Control (LOC) Internal berpengaruh

secara signifikan terhadap kesiapan kerja siswa kelas XII akuntansi SMK Negeri 1 Batang.

8. Untuk menganalisis apakah kematangan karier akuntansi berpengaruh secara signifikan terhadap kesiapan kerja siswa kelas XII akuntansi SMK Negeri 1 Batang.


(28)

9. Untuk menganalisis apakah Locus Of Control (LOC) Internal berpengaruh secara signifikan terhadap kesiapan kerja siswa melalui kematangan karier akuntansi siswa kelas XII akuntansi SMK Negeri 1 Batang?

1.4.Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang peran pengalaman On the Job Training (OJT) dan kematangan karier akuntansi dalam memediasi pengaruh locus of control (LOC) internal terhadap kesiapan kerja siswa kelas XII akuntansi SMK Negeri 1 Batang. Manfaat lainnya ialah sebagai referensi mengenai teori perkembangan psikososial dan teori pembelajaran sosial dalam penelitian selanjutnya.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya oleh Hana (April, 2013). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hana, pengalaman praktik kerja industri dan locus of control menjadi variabel independen dan variabel dependennya yaitu kesiapan kerja siswa dengan pengujian hipotesis menggunakan analisis korelasi dan regresi berganda. Sedangkan dalam penelitian ini pengalaman On the Job Training (OJT) dijadikan peneliti sebagai variabel independen terhadap kesiapan kerja sebagai variabel dependen maupun variabel intervening untuk memediasi pengaruh locus of control (LOC) internal terhadap kematangan karier akuntansi. Peneliti dalam menguji hipotesis menggunakan analisis path dan t test.


(29)

2. Kegunaan Praktis

Adapun secara praktis manfaat dari hasil penelitian ini yaitu: a. Manfaat bagi peneliti

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai wahana pengembangan ilmu pengetahuan dengan mengaplikasikan teori yang sudah didapat selama studi di perguruan tinggi Universitas Negeri Semarang.

b. Manfaat bagi siswa

Meningkatkan pengetahuan siswa untuk lebih mengembangkan locus of control internal-nya guna memotivasi diri untuk lebih giat dalam mencapai pemahaman dalam bidang akuntansi dan Menginspirasi siswa untuk memanfaatkan program on the job training (OJT) dengan sebaik-baiknya dan selanjutnya dapat membuat gambaran untuk karier kedepannya sesuai dengan pengetahuan dan keahlian yang di dapat di bangku sekolah.

c. Manfaat bagi guru

Penelitian ini dapat di jadikan guru sebagai bahan untuk menambah wawasan guru mengenai faktor-faktor yang turut mempengaruhi kesiapan kerja siswa SMK khususnya siswa kejuruan akuntansi.

d. Bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat dalam pengambilan keputusan dalam menentukan kerja sama Dunia Kerja dan Dunia Industri (DU/DI) dalam program on the job training (OJT) khusunya di bidang akuntansi.


(30)

BAB II

TELAAH TEORI

2.1.Grand Theory

2.1.1.Teori Perkembangan Psikososial

Teori perkembangan psikososial pada tahun 1950 dikembangkan oleh mahasiswa Sigmun Freud bernama Erik Homberger Erikson. Erikson mengembangkan teori Freud yang memiliki dampak yang penting terhadap studi proses-proses perkembangan karena pada teori ini, perkembangan dikaji sebagai sesuatu yang berlangsung di sepanjang umur manusia (Salkind, 2009:188). Erikson dalam Salkind (2009) juga meneliti akibat yang dihasilkan oleh pengalaman-pengalaman usia sekarang terhadap masa-masa berikutnya, selain itu Erikson juga membagi proses-proses perkembangan ke dalam serangkaian tahapan yang diatur oleh kekuatan maturasional dan ditandai adanya konflik.

Erikson menyatakan dalam Rifa‟i dan Anni (2011:43) bahwa seseorang dalam kehidupannya akan melewati delapan tahap psikososial. Setiap tahap perkembangan itu terdapat krisis yang harus dipecahkan untuk bisa berpindah ke tahapan berikutnya. Teori Erikson mengemukakan delapan tahap perkembangan yang masing-masing tahap terdiri dari tugas perkembangan dan harus dihadapi oleh individu. Delapan tahap tersebut adalah: (1) kepercayaan versus ketidakpercayaan; (2) Otonomi versus malu dan ragu; (3) Inisiatif versus rasa bersalah; (4) Upaya versus Inferioritas; (5) Identitas versus kebingungan; (6) Intimasi versus Isolasi; (7) Generativitas versus Stagnasi; dan (8) Integritas versus


(31)

Putus Asa. Tugas psikososial di setiap tahapan tersebut bersifat umum, artinya konflik-konflik ini tidak berlangsung dalam situasi „sekali untuk selamanya‟, melainkan berlangsung sebagai proses di sepanjang rangkaian psikologis.

Selain tahapan-tahapan yang dikemukakan oleh Erikson, ada tokoh yang sejalan membahas mengenai tugas-tugas perkembangan. Havighurst dalam Anni dan Rifa‟i (2011) mengemukakan bahwa perjalanan hidup seseorang ditandai oleh adanya tugas tugas yang harus dipenuhi. Tugas-tugas ini dalam batas-batas tertentu bersifat khas untuk masa-masa hidup seseorang. Secara konkrit tugas-tugas tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.1.

Development Task sampai batas Masa Dewasa Muda menurut Havighurst: 1953 (pengolahan Andriessen, 1970)

Periode Bayi dan

Anak Kecil Anak Sekolah Masa Muda Masa Dewasa Muda Belajar berjalan

Belajar makan, makanan padat Belajar berbahasa

Kontrol badan Ketangkasan fisik

Stabilitas fisiologik

Sikap sehat terhadap diri sendiri sebagaiorganisme yang tumbuh Menerima keadaan jasmaniah Belajar perbedaan dan aturan-aturan jenis kelamin, kontak perasaan dengan orang tua, keluarga dan orang lain

Belajar peranan jenis kelamin, kontak dengan teman sebaya, belajar sikap dengan kelompok dan lembaga

Menerima peranan jenis, persiapan kawin dan mempunyai keluarga, belajar lepas dari orang tua secara emosional, belajar bergaul dengan kelompok anak wanita/laki-laki

Memilih jodoh, belaar hidup dengan pasangan, mulai embentuk keluarga, mengasuh anak, mengemudikan rumah tangga, menemukan kelompok sosial Pembentukan pengertian sederhana: realita fisik dan realita sosial Belajar membaca, menulis, berhitung belajar pengertian-pengertian kehidupan sehari-hari

Belajar tanggung jawab sebagai warga negara, menginginkan dan mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab sosial

Menerima tanggung jawab warga negara


(32)

Belajar apa yang benar dan apa yang salah, perkembangan kata hati

Perkembangan moralitas dan skala nilai-nilai

Perkembangan skala nilai, perkembangan gambaran dunia yang adekwat

Persiapan mandiri secara ekonomis dan pemilihan serta latihan jabatan

Mulai bekerja

Sumber: Monks, at.al. (1991:21)

Tugas-tugas tadi menunjukkan adanya hubungan dengan pendidikan, yaitu pendidikan dan pelajaran formal yang diterima seseorang. Pendidikan menentukan tugas-tugas apakah yang dapat dilaksanakan seseorang pada masa-masa hidup tertentu. Konsep diri akan naik dan harga diri seseorang akan turun kalau ia tidak dapat melaksanakan tugas perkembangannya dengan baik karena orang tersebut akan mendapat kecaman dan celaan dari masyarakat sekelilingnya. Hal ini terkait dengan delapan tahap perkembangan yang dikemukakan oleh Erikson. Setiap masing-masing tahap perkembangan tersebut terdiri dari tugas perkembangan yang di hadapi oleh individu. Misalnya saja dalam masa dewasa muda seseorang tidak berhasil bekerja atau mendapatkan pekerjaan, hal tersebut akan akan memberikan akibat-akibat yang serius bagi kesejahteraan dan kebahagiaan hidupnya. Hal ini bisa saja disebabkan karena tidak terselesaikannya tugas pada masa sebelumnya, yaitu masa remaja. Dimana pada masa itu seseorang seharusnya harus mempersiapkan secara mandiri untuk siap bekerja.

Sebagai rangkuman, maka development task dapat dilukiskan sebagai suatu proses dalam perkembangan untuk mengaktualisasikan diri bersama-sama dengan orang lain yang ada dalam situasi yang sama. Dalam hal ini, pendidikan sangat membantu individu dalam proses tersebut, bila mereka senantiasa ditantang untuk mengadakan refleksi diri yang kritis.


(33)

2.1.2.Teori Pembelajaran Sosial

Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura tahun 1986. Asal mulanya teori ini diisebut observational learning, yaitu belajar dengan jalan mengamati perilaku orang lain. Menurut teori pembelajaran sosial (1986) yang terpenting ialah kemampuan seseorang untuk mengabstrasikan informasi dari perilaku orang lain, mengambil keputusan mengenai perilaku mana yang akan ditiru dan kemudian melakukan perilaku-perilaku yang telah dipilih (Mahmud, 1989: 145). Dalam hal ini ada tiga pokok bahasan yang difokuskan dalam teori pembelajaran sosial yakni: prinsip belajar yang menjelaskan hal belajar dalam situasi alami dimana terdapat pola-pola tingkah laku beserta akibatnya yang beragam, yang kedua komponen belajar dimana dalam situasi alami orang akan belajar tingkah laku baru dengan mengamati model-model tingkah laku orang lain dan melalui efek-efek perbuatannya sendiri, disinilah proses kognitif diperlukan. Pokok bahasan yang terakhir yaitu hakikat belajar yang lebih menekankan pada self efficacy dan self regulatory system dalam mencapai keterampilan dan kecakapan selain proses kognitif.

Menurut teori pembelajaran sosial atau juga disebut teori belajar sosial, tingkah laku dan lingkungan dapat dimodifikasi, keduanya tidak dapat disebut sebagai penentu utama perubahan tingkah laku. Di perolehnya tingkah laku yang kompleks bukan karena adanya hubungan dua arah antara lingkungan dan individu selain itu juga diantarai oleh berbagai macam faktor pribadi yang bersifat internal. Jadi, menurut Bandura (1986) ada hubungan tiga arah yang saling


(34)

mengunci, yaitu tingkah laku, lingkungan dan peristiwa-peristiwa bathiniah yang mempengaruhi persepsi dan tindakan.

Hubungan tiga arah antara faktor lingkungan, faktor internal (pribadi) dan tigkah laku menegaskan bahwa proses-proses kognitif dan faktor-faktor pribadi lainnya mempengaruhi tingkah laku. Dalam situasi alami, orang belajar perilaku-perilaku baru dengan jalan mengamati model-model perilaku-perilaku orang lain dan melalui efek-efek perbuatannya sensiri. Sehingga proses kognitif adalah menyerap informasi dari bermacam-macam tingkah laku yang diamati. Informasi ini kemudian disimpan di dalam ingatan untuk nantinya mungkin diwujudkannya dalam tingkah laku.

Teori pembelajaran sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional (behavioristik). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teori-teori belajar perilaku, tetapi memberi lebih banyak penekanan pada kesan dari isyarat-isyarat pada perilaku, dan pada proses-proses mental internal.

Teori ini mengemukakan bahwa sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain atau model, jadi inilah inti dari teori pembelajaran sosial.

2.2.Kesiapan Kerja

2.2.1.Pengertian Kesiapan Kerja

Memasuki era globalisasi yang semakin ketat persaingan dalam dunia kerja, seseorang perlu memiliki kesiapan kerja untuk mencapai keberhasilan dalam suatu pekerjaan. Menurut Wakhinuddin S. (2010) menyebutkan bahwa kesiapan


(35)

adalah segala sesuatu yang harus dipersiapkan dalam melaksanakan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan. Slameto (2010:113) kesiapan merupakan keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Kesiapan masing-masing individu terdiri dari kesiapan fisik dan kesiapan mental. Dari uraian tersebut, maka kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap memberi jawaban terhadap situasi untuk mencapai suatu tujuan.

Menurut Poerwodarminto (1991:448) kerja diartikan sebagai kegiatan melakukan sesuatu untuk mencari nafkah atau mata pencaharian. Sedangkan Anoraga (2009:11) mengemukakan bahwa kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia.

Kesiapan kerja merupakan suatu kondisi yang memungkinkan para siswa dapat langsung bekerja setamat sekolah tanpa memerlukan masa penyesuaian diri yang memakan waktu lama (Mu‟ayati, 2014:328). Kondisi mencakup setidak-tidaknya tiga aspek, yaitu: kondisi fisik, mental dan emosional; kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan; keterampilan, pengetahuan dan pengertian lain yang dipelajari.

Banyak faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja siswa SMK dalam memasuki dunia kerja. Salah satunya yaitu didasarkan pada penguasaan terhadap materi pendidikan dan pelatihan kejuruan pada masing-masing siswa, yang pada penelitian ini khususnya kejuruan akuntansi. Peran penguasaan materi kejuruan akuntansi dan umum menjadi sangat penting bagi siswa dalam menghadapi tantangan dunia kerja di bidang akuntansi. Dengan demikian siswa yang memiliki


(36)

kemampuan dalam penguasaan materi akuntansi baik itu secara kognitif, afektif maupun psikomotorik yang tinggi menandakan bahwa siswa tersebut memiliki kesiapan kerja yang tinggi pula. Rahayu (2007) mengungkapkan bahwa penguasaan materi tanpa diimbangi dengan kemampuan praktik yang memadai akan sia-sia. Pengetahuan yang diperoleh di sekolah saja belum cukup bagi siswa untuk bekal menuju dunia kerja. Oleh karena itu, disamping pembelajaran teoritis, juga diperlukan pembelajaran praktik yang diimplementasikan dalam Praktik Kerja Industri (Prakerin). Selain itu, Hana (2013) mengemukakan bahwa kesiapan kerja juga dipengaruhi oleh karakter psikologis yaitu Locus Of Control (LOC), karena karakter psikologis ini sangat mempengaruhi mental dan emosional dari individu karena Locus Of Control (LOC) ini menjelaskan bahwa diri seorang individu merupakan penentu dan pengendali atas nasibnya.

Berdasarkan beberapa uraian pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kesiapan kerja merupakan keseluruhan kondisi individu yang meliputi kematangan fisik, mental dan pengalaman serta adanya kemauan dan kemampuan untuk melaksanakan suatu pekerjaan atau kegiatan. Siswa SMK kejuruan akuntansi dapat menjadi tenaga yang ahli dan profesional memerlukan suatu keterampilan, keahlian dan kemahiran di bidang akuntansi. Kesiapan kerja dapat menunjukkan seseorang sudah siap menggunakan kemampuannya dalam mengerjakan sesuatu sesuai dengan keahlian yang dimilikinya.

2.2.2.Prinsip Kesiapan Kerja

Perkembangan kesiapan kerja harus mengikuti prinsip-prinsip tertentu. Sesuai dengan pendapat Slameto (2010:15) mengemukakan mengenai prinsip-


(37)

prinsip perkembangan kesiapan, yaitu:

a. Semua aspek perkembangan berinteraksi (saling pengaruh-mempengaruhi). b. Kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat dari

pengalaman.

c. Pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesiapan. d. Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu selama

masa pembentukan dalam masa perkembangan.

Dari uraian tersebut di atas, prinsip kesiapan sangat penting diperhatikan untuk melakukan sesuatu hal terutama dalam hal kerja. Ada beberapa aspek yang harus dimiliki siswa untuk siap bekerja di dunia kerja. Suatu kondisi dikatakan siap setidak-tidaknya mencakup beberapa aspek, menurut Slameto (2010:14), ada tiga aspek yang mempengaruhi kesiapan yaitu: kondisi fisik, mental dan emosional; kebutuhan atau motif tujuan; dan keterampilan, pengetahuan dan pengertian lain yang telah dipelajari.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2012:17) mengemukakan bahwa aspek yang harus disiapkan di dalam kesiapan kerja yaitu: Kepercayaan diri, mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dengan bekal pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja; Komitmen, kesungguhan dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan aturan yang berlaku; Inisiatif/ kreatif, mempunyai inisiatif dan kreatif yang tinggi dalam mengembangkan suatu keputusan tentang job describtion yang diberikan; Ketekunan dalam bekerja, mempunyai keyakinan dan kesabaran dalam


(38)

menyelesaikan pekerjaan; Kecakapan kerja, mempunyai kemampuan yang tinggi dalam melaksanakan pekerjaan baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan; Kedisiplinan, mempunyai sikap disiplin yang tinggi, patuh dan taat mengikuti segala peraturan dan ketentuan yang berlaku; Motivasi prestasi, mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mengembangkan diri; Kemampuan team work, mempunyai sikap terbuka dan siap untuk bekerja sama dengan siapa saja dan bekerja dalam satu team; dan Kemampuan berkomunikasi, mempunyai kemampuan berkomunikasi dengan baik, seperti penguasaan bahasa teknik, bahasa asing dan lain-lain. Berdasarkan uraian di atas, maka kesiapan kerja bagi siswa SMK sangatlah penting, karena dalam waktu yang sangat singkat, cepat atau lambat, seluruh atau sebagian dari siswa tersebut akan menghadapi satu jenjang yang lebih tinggi yaitu bekerja.

Dalam mencapai prinsip kesiapan kerja di bidang akuntansi, dapat dilakukan berbagai cara salah satunya dengan kegiatan pendidikan sistem ganda yang sudah dijalankan oleh SMK melalui program On the Job Training (OJT). Dengan program On the Job Training (OJT) yang lebih menunjukkan pada dunia kerja di bidang akuntansi ini dapat memberikan sumbangan besar terhadap kesiapan kerja siswa melalui pengalaman-pengalaman dan informasi yang di dapat ketika proses On the Job Training (OJT).

2.2.3.Indikator Kesiapan Kerja

Tenaga kerja yang berkualitas memiliki karakteristik keterampilan bekerja dan wawasan pengetahuan yang luas, profesional, produktif dan memiliki etos


(39)

kerja tinggi, sehingga mampu memberikan kontribusi yang berkualitas dan berkuantitas (Hamalik: 2007). Dengan adanya tuntutan tenaga kerja yang sesuai dengan permintaan lapangan seperti diungkapkan pada uraian di atas, maka diharapkan calon tenaga kerja harus memiliki kesiapan kerja yang cukup. Slameto (2010:14) menyebutkan ada tiga aspek yang mempengaruhi kesiapan yaitu: kondisi fisik, mental dan emosional; kebutuhan atau motif tujuan; dan keterampilan, pengetahuan dan pengertian lain yang telah dipelajari.

Sehubungan dengan pendapat di atas, Munandar (2008:41) menjelaskan ada 2 tahapan penerimaan tenaga kerja, yaitu pencarian calon tenaga kerja dan seleksi calon tenaga kerja. Pada tahapan seleksi calon tenaga kerja terdapat proses seleksi yang secara garis besar ada empat tahapan. Tahap pertama, seleksi surat-surat lamaran. Tahap kedua, wawancara awal, biasanya pada tahap ini calon tenaga kerja di wawancarai latar belakang dan riwayat dari calon tenaga kerja. Tahap ketiga, ujian; psikotes; dan wawancara, biasanya pada tahap ini calon tenaga kerja akan mendapat ujian baik secara lisan maupun tertulis mengenai pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya. Selain itu juga calon tenaga kerja akan dinilai secara psikologik, baik itu secara klasikal maupun individu. Tahap ke empat, penilaian akhir, pada tahap ini biasanya pengambilan keputusan akhir, di terima atau di tolak, jika calon tenaga kerja di terima kemudian diminta untuk tes kesehatan umumnya.

Sejalan dengan pendapat tersebut, dalam penelitian yang dilakukan oleh Valid (2011) menyebutkan bahwa indikator dari kesiapan kerja yaitu pertimbangan yang logis dan objektif, bersikap kritis, kemampuan beradaptasi


(40)

dengan lingkungan kerja, bertangggung jawab, mempunyai ambisi untuk maju, kemampuan dan kemauan bekerja sama dengan orang lain. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dirumuskan indikator untuk mengetahui kategori kesiapan kerja pada siswa antara lain:

a. Kondisi fisik, mental dan emosional; siswa yang mempunyai kesiapan kerja akan mempunyai kondisi fisik, mental dan emosional ynag baik. Hal ini dikarenakan dalam tahap seleksi seperti yang dikemukakan oleh Munandar (2008) diantaranya ada seleksi psikotes dan tes kesehatan.

b. Mempunyai ambisi untuk maju; siswa yang memiliki ambisi untuk maju tentunya akan mempunyai kesiapan kerja yang tinggi, karena siswa tersebut punya ekpektasi dan keinginan untuk selalu maju.

c. Kemampuan bekerja sama dengan orang lain; hal ini sangat penting dimiliki siswa karena jika siswa tidak bisa bekerja sama dengan orang lain dan cenderung individualis tidak akan bisa membaur dengan sesama karyawan dan itu akan menghambat pekerjaan yang membutuhkan teamwork.

d. Keterampilan dan pengetahuan; hal ini paling krusial yang harus dimiliki siswa untuk bisa dikatakan memiliki kesiapan kerja. Dimana semua pekerjaan harus dikerjakan dengan keterampilan dan pengetahuan yang matang dari calon tenaga kerja.

2.3.Locus Of Control (LOC) Internal

2.3.1.Pengertian Locus Of Control (LOC)

Konsep mengenai locus of control berasal dari teori konsep Julian B. Rotter (1966) atas dasar teori belajar sosial (social learning theory). Menurutnya,


(41)

perilaku dan kepribadian dalam diri individu dilihat dari penguatan dari luar dan proses kognitif dari dalam. Locus of control menggambarkan seberapa jauh seseorang memandang hubungan antara perbuatan yang dilakukannya dengan akibat/hasilnya. Menurut Munandar (2001: 399) mengemukakan bahwa locus of control mengacu pada derajat kendali yang diamati terhadap situasi tertentu yang terberikan. Dalam artikel yang di terbitkan psych fullerton education dengan judul the social learning theory of Julian B. Rotter, Rotter mengemukakan:

“his concept of generalized expectancies for control of

reinforcement, more commonly known as locus of control.”

“Konsep Rotter adalah konsep tentang harapan umum untuk mengontrol penguatan, lebih dikenal dengan locus of control.”

Sedangkan Larsen dan Buss (2002), menjelaskan konsep locus of control sebagai: “Locus of control is a concept that describes a person’s

perceptional of responsibility for the events in his or her life.” “Locus of control adalah konsep yang menjelaskan persepsi individu mengenai tanggung jawabnya atas kejadian-kejadian dalam hidupnya.”

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai pengertian locus of control, maka secara singkat pengertian locus of control adalah keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasibnya sendiri. Locus of control juga merupakan keyakinan tentang sejauh mana seseorang merasakan ada atau tidaknya hubungan antara usaha yang dilakukan dengan hasil yang diterima, sehingga mereka mampu mengontrol peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi hidupnya.

2.3.2.Dimensi Locus Of Control (LOC)

Menurut Rotter (1966) dalam Phares (1976:40) terdapat dua dimensi Locus of Control (LOC), dimensi pertama yaitu Locus of Control (LOC) eksternal


(42)

dimana subjek mempunyai tipikal berkeyakinan bahwa keberuntungan, kesempatan dan takdir adalah yang menentukan hasil akhir, sedangkan dimensi kedua yaitu Locus of Control (LOC) internal adalah subjek dengan tipikal yang berkeyakinan bahwa keahlian, kemampuan dan usaha adalah penentu hasil akhir. a. Locus of control Internal

Keyakinan bahwa keberhasilan yang diraih sebanding dengan usaha yang mereka lakukan dan sebagian besar dapat mereka kendalikan. Individu dengan kecenderungan locus of control internal memiliki keyakinan individu bahwa kejadian yang dialami merupakan akibat dari perilaku dan tindakannya sendiri, memiliki kendali yang baik terhadap perilakunya sendiri, cenderung dapat mempengaruhi orang lain, yakin bahwa usaha yang dilakukannya dapat berhasil, aktif mencari informasi dan pengetahuan terkait situasi yang sedang dihadapi.

Menurut Rotter dalam artikel yang di publikasikan oleh psych fullerton (2014), orang dengan locus of control internal cenderung menganggap bahwa keterampilan (skill), kemampuan (abillity) dan usaha (effort) lebih menentukan apa yang mereka peroleh dalam hidup mereka. Menurut Munandar (2001:399) mengemukakan bahwa orang yang memiliki locus of control internal akan mengalami ancaman lebih sedikit daripada yang berorientasi eksternal.

b. Locus of control Eksternal

Individu yang mempunyai locus of control eksternal memiliki keyakinan bahwa tindakan mereka memiliki sedikit dampak bagi keberhasilan/ kegagalan mereka, dan sedikit yang dapat mereka lakukan untuk merubahnya. Individu dengan locus of control eksternal meyakini bahwa keberuntungan, takdir dan


(43)

kesempatan merupakan faktor utama yang mempengaruhi hasil akhir apa yang dialami, memiliki kendali yang kurang baik terhadap perilakunya sendiri, cenderung dipengaruhi oleh orang lain, seringkali tidak yakin bahwa usaha yang dilakukannya dapat berhasil, kurang aktif dalam mencari informasi dan pengetahuan terkait situasi yang sedang dihadapi. Menurut Rotter (1966) dalam Phares (1976:40) mengemukakan:

“...in our culture, it is typically perceived as the result of luck, chance, fate, as under the control of powerful others, ... we have labeled this a belief in external

control. ...”

Locus of Control (LOC) eksternal dimiliki oleh subjek yang mempunyai tipikal berkeyakinan bahwa keberuntungan, kesempatan dan takdir adalah yang menentukan hasil akhir.

2.3.3.Indikator Locus Of Control (LOC) Internal

Menurut Anni dan Rifa‟i (2011:179) mengemukakan bahwa anak yang memiliki locus of control (LOC) internal akan percaya bahwa keberhasilan atau kegagalan adalah karena upaya atau kemampuan yang dimiliki. Siswa yang memiliki locus of control (LOC) internal lebih dominan akan selalu berusaha untuk mencapai karier yang diinginkannya dengan memaksimalkan kemampuan dan keahlian yang mereka dapat di bangku sekolah.

Sehubungan dengan pendapat di atas, Zulkaida (2007) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa individu dengan locus of control (LOC) internalcenderung menganggap bahwa keahlian (skill), kemampuan (ability) dan usaha (effort) lebih


(44)

menentukan apa yang akan mereka peroleh dalam hidup mereka, salah satunya pencapaian karier. Sejalan dengan pendapat tersebut, Crider dalam Kustini (2004) juga menyebutkan bahwa indikator-indikator locus of control antara lain sebagai berikut, untuk locus of control (LOC) internal indikator yang digunakan antara lain suka bekerja keras, memiliki inisiatif yang tinggi, selalu berusaha untuk menemukan pemecahan masalah, selalu mencoba untuk berpikir seefektif mungkin, selalu mempunyai persepsi bahwa usaha harus dilakukan jika ingin berhasil.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dirumuskan indikator untuk mengetahui kategori locus of control (LOC) internal pada siswa antara lain:

a. Keahlian (Skill) b. Kemampuan (Ability) c. Usaha (Effort)

2.4. Pengalaman On the Job Training (OJT)

2.4.1.Pengertian Pengalaman On the Job Training (OJT)

Menurut Chaplin terjemahan Kartini Kartono (2008:179) pengalaman adalah pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari praktik atau dari luar usaha belajar. Sedangkan menurut Sulistyarini (2012) pengalaman adalah pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari praktik. Pengalaman di dunia kerja sangat dibutuhkan oleh siswa pada saat mulai bekerja setelah lulus. Mengingat perkembangan jaman yang semakin maju, lulusan SMK diharapkan memiliki kemampuan untuk bekerja dan memiliki kesiapan kerja agar dapat


(45)

bersaing dalam dunia kerja. Upaya untuk mencetak tenaga kerja yang memiliki kesiapan kerja yang tinggi yaitu dengan pengalaman yang di dapat ketika On the Job Training (OJT).

On the Job Training (OJT) merupakan sebutan lain dari Praktik Kerja Industri (Prakerin). On the Job Training (OJT) merupakan salah satu dari program sekolah kejuruan atau SMK yang bekerja sama dengan dunia usaha atau dunia industri, dari Depdikbud 1990 dengan istilah Pendidikan Sistem Ganda (PSG) yakni program pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh setiap siswa di dunia kerja. Implementasi nyata pendidikan sistem ganda (PSG) sama dengan On the Job Training (OJT) dimana siswa dapat mengenal lebih dini dunia kerja sebagai pengalaman kerjanya untuk mempersiapkan diri menuju karier ke depannya.

Menurut Buku Panduan Praktik Kerja Industri (Prakerin) SMK (2013:1) menjelaskan On the Job Training (OJT) adalah pola penyelenggaraan pendidikan yang dikelola bersama-sama antara SMK dengan Dunia Usaha/ Dunia Industri/ Asosiasi Profesi, Pemerintah sebagai Institusi Pasangan (IP), mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga tahap evaluasi dan sertifikasi yang merupakan satu kesatuan program.

Berdasarkan uraian di atas, maka pengalaman On the Job Training (OJT) yaitu pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari praktik atau dari luar usaha belajar melalui program On the Job Training (OJT) yang diselenggarakan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan bekerja sama dengan Dunia Usaha/ Dunia Industri (DU/DI).


(46)

2.4.2.Tujuan dan Manfaat On the Job Training (OJT)

Tujuan pelaksanaan On the Job Training (OJT) menurut Buku Panduan Prakerin SMK yang ditulis oleh Halawa (2013) adalah penguatan kemampuan daya siswa dan kemandirian diri siswa. Selain itu diarahkan agar siswa memiliki kemampuan yang memadai pada program keahlian yang dipilihnya dengan melaksanakan langsung berbagai keahlian/ keterampilan.

On the Job Training (OJT) sangat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terlibat, yakni siswa, DU/DI maupun sekolah. Menurut Buku Panduan Prakerin SMK yang ditulis oleh Halawa (2013) manfaat dari On the Job Training (OJT) yaitu:

Bagi pihak Industri/ Perusahaan:Perusahaan dapat mengenal persis kualitas peserta didik yang belajar dan bekerja di perusahaan. Kalau siswa dinilai baik dapat direkrut menjadi tenaga kerja di perusahaan dan kalau tidak ada keharusan bagi perusahaan untuk memperkenalkan apabila telah tamat; Pada umumnya peserta didik telah ikut dalam proses secara aktif, sehingga ada pengertian tertentu selama masa pendidikan, peserta didik adalah tenaga kerja yang memberi keuntungan; Perusahaan dapat memberikan tugas kepada peserta didik untuk mencari ilmu pengetahuan dan tehnologi (dari sekolah) untuk kepentingan khusus perusahaan; dan memberi kepuasan bagi dunia usaha dan industri karena diakuai ikut serta menentukan hari depan bangsa melalui pendidikan sistem magang.

Bagi pihak sekolah manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan On the Job Training (OJT) yaitu: Tujuan pendidikan untuk memberi keahlian profesional bagi peserta didik, lebih terjamin pencapaiannya; Tanggungan biaya lebih ringan


(47)

bagi sekolah; Terdapat sinkronisasi antara program pendidikan dengan kebutuhan lapangan kerja; dan memberi kepuasan kapada sekolah, karena tamatannya lebih terjamin memperoleh bekal yang bermakna baik untuk kepentingan tamatan, kepentingan dunia kerja dan kepentingan bangsa.

Bagi siswa manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan On the Job Training (OJT) yaitu: Setelah tamat peserta didik akan betul-betul memiliki keahlian profesional yang dapat digunakan sebagai bekal pengembangan dirinya secara berkelanjutan; Lead–Line untuk mencapai keahlian professional menjadi lebih singkat karena setelah tamat sekolah tidak memerlukan latihan lanjutan lagi; dan keahlian professional yang diperoleh dari sistem magang, dapat meningkatkan percaya diri yang selanjutnya mendorong mereka untuk meningkatkan keahlian profesionalnya pada tingkat yang lebih tinggi.

2.4.3.Bidang Pekerjaan dalam On the Job Training (OJT)

Menurut Buku Panduan Prakerin SMK (Halawa: 2013) bidang pekerjaan/ jabatan yang dapat diberikan kepada siswa untuk kompetensi keahlian akuntansi, meliputi: Bagian Akuntansi; Bagian Pembellian & Pembayaran Utang; Bagian Penjualan & Penagihan Piutang; Bagian Kasir Kas Besar; Bagian Kasir Kas Kecil; Juru Penggajian/ pengupahan; Operator Mesin Hitung dan Juru Ketik; Operator Komputer; Administrasi Gudang; Bagian Perpajakan; dan Menyusun Laporan Keuangan.

Bidang-bidang yang bisa di pekerjakan kepada siswa di atas, di harapkan nantinya dapat menghasilkan tamatan yang memiliki pengetahuan, ketrampilan


(48)

dan nilai serta sikap yang terintegrasi dan kecakapan kerja dalam bidang akuntansi dengan menerapkan kewiraswastaan serta mampu mengadaptasi perkembangan masyarakat yang sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi serta dapat memenuhi tuntutan dunia kerja masa kini dan masa yang akan datang.

2.4.4.Indikator Pengalaman On the Job Training (OJT)

Pengalaman On the Job Training (OJT) yaitu pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari praktik atau dari luar usaha belajar melalui program On the Job Training (OJT) yang diselenggarakan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan bekerja sama dengan Dunia Usaha/ Dunia Industri (DU/DI). Menurut Hamalik (2007:94) ada lima hal yang perlu dirumuskan dalam sebuah praktek kerja industri: tujuan praktek yang jelas dan spesifik, topik atau bidang kegiatan praktek, jenis kegiatan, fasilitas dan peralatan, dan prosedur penilaian.

On the Job Training (OJT) diharapkan akan memberikan pengetahuan kepada siswa tentang kondisi dunia kerja yang sebenarnya sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan baik dalam hal pengetahuan maupun keterampilan yang sesuai dengan bidang keahliannya. Menurut Sukarni dalam Dewi (2014) aspek-aspek yang perlu di perhatikan untuk mengukur pengalaman On the Job Training (OJT) adalah pengetahuan kerja, sikap kerja, keterampilan kerja, kreativitas kerja dan disiplin kerja. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan indikator pengalaman On the Job Training (OJT) antara lain:


(49)

2. Kemampuan dan Keseriusan OJT 3. Pengenalan lingkungan kerja 4. Fasilitas OJT

5. Monitoring Pelaksanaan OJT

2.5.Kematangan karier akuntansi Akuntansi

2.5.1.Pengertian Kematangan karier akuntansi Akuntansi

Kematangan karier akuntansi merupakan salah satu konstruk psikologis yang mengalami banyak perkembangan. Konstruk ini pertama kali diungkapkan oleh seorang ahli psikologi konseling dan karier bernama Donald Edwin Super (Winkel, 2006). Dalam Bahasa Asing istilah kematangan karier akuntansi memiliki beberapa persamaan yang sering digunakan untuk menjelaskan kematangan karier akuntansi seperti: vocational maturity, job maturity dan occupation maturity. Pengertian kematangan karier akuntansi menurut Brown & Brooks (1997:32) adalah:

Career maturity is defined as the individual’s readiness to cope with the developmental tasks with which he or she is confronted because of his or her biological and social developments and because of

society’s expectations of people who have reached the

stage development

“Kematangan karier akuntansi sebagai kesiapan kognitif dan afektif dari individu untuk mengatasi tugas-tugas perkembangan yang di hadapkan kepadanya, karena perkembangan biologis dan sosialnya serta harapan dari orang-orang dalam masyarakat yang telah mencapai tahapan perkembangan tersebut”


(50)

Dewi (2014:125) mengemukakan bahwa kematangan karier akuntansi adalah suatu situasi kesiapan diri dari seseorang untuk mengetahui dan memahami tentang arah minat dan potensi yang dimilikinya sehingga diharapkan dengan pemahamannya tersebut maka individu dapat menentukan bidang pekerjaan yang diinginkannya dan lebih jauh lagi akan memudahkannya untuk dapat fokus pada bidang pekerjaan dan sejahtera dalam menjalankannya. Menurut Wibowo (2010) dalam Dewi (2014:124) kematangan karier akuntansi merupakan inti dari pendekatan perkembangan dalam memahami perilaku karier dan melibatkan pengukuran tingkat penyelesaian tugas-tugas perkembangan individu.

Kematangan karier akuntansi akuntansi merupakan kesiapan diri untuk mengetahui dan memahami arah minat dan potensi dalam bidang akuntansi sehingga seorang siswa dapat menemukan benang merah antara minat, kemampuan dan harapannya dengan masa depan mengenai pekerjaan jenis bidang akuntansi mana yang akan dipilihnya.

2.5.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kematangan karier akuntansi

Berdasarkan beberapa hasil penelitian, Seligman (1994) menjelaskan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan karier individu dimana perkembangan karier akan menentukan kematangan karier akuntansi. Faktor-faktor tersebut meliputi:

a. Faktor Keluarga

Latar belakang keluarga berperan penting dalam kematangan karier akuntansi seseorang. Pengalaman masa kecil, orang tua dan latar belakang orang tua juga mempengaruhi.


(51)

b. Faktor Internal Individu

Faktor individu memiliki pengaruh yang kuat pada perkembangan karier seseorang. Hal ini mencakup self esteem (harga diri), self expectation (pengharapan diri), self efficacy (keyakinan kemampuan diri), Locus of Control (pusat kendali diri), keterampilan, minat, bakat, kepribadian dan usia.

c. Faktor Sosial Ekonomi

Faktor sosial ekonomi merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi kematangan karier akuntansi individu, mencakup 3 faktor lainnya: lingkungan, status sosial ekonomi dan jenis kelamin.

2.5.3.Indikator Kematangan karier akuntansi Akuntansi

Menurut Super (dalam Sharf, 2006) konsep kematangan karier akuntansi (career maturity) memiliki beberapa dimensi, yaitu:

a. Career planning (perencanaan karier)

Konsep ini mengukur seberapa sering individu mencari beragam informasi mengenai pekerjaan di bidang akuntansi dan seberapa jauh mereka mengetahui mengenai beragam jenis pekerjaan di bidang akuntansi. Seberapa banyak perencanaan yang dilakukan individu adalah hal penting dalam konsep ini. Konsep ini juga berkaitan dengan pengetahuan mengenai kondisi pekerjaan, jenjang pendidikan yang disyaratkan, prospek kerja, pendekatan lain untuk memasuki pekerjaan yang diminati dan kesempatan untuk peningkatan akhir. Perencanaan karier mengacu pada seberapa banyak individu mengetahui hal-hal


(52)

yang harus dilakukan, bukam pada seberapa benar mereka tahu mengenai pekerjaan di bidang akuntansi yang diminatinya tersebut.

b. Career exploration (eksplorasi karier)

Konsep penting dalam dimensi ini adalah keinginan untuk menjelajahi atau mencari informasi mengenai pilihan karier di bidang akuntansi. Pada dimensi ini ingin diketahui seberapa besar keinginan individu mencari informasi dari beragam sumber. Konsep eksplorasi karier berhubungan dengan seberapa banyak informasi yang diperoleh individu.

c. Decision Making (Pembuat Keputusan)

Pada dimensi ini, ide mengenai pengambilan keputusan sangat penting. Konsep ini berkenaan dengan kemampuan menguunakan pengetahuan dan membuat perencanaan karier di bidang akuntansi. Dalam hal ini, individu diposisikan dalam situasi di mana orang lain harus membuat keputusan karier yang terbaik.

d. World-of-work Infomation (Informasi dunia Kerja)

Konsep ini memiliki dua komponen dasar, pertama berkaitan dengan pengetahuan individu mengenai tugas-tugas pekembangan yang penting. Kedua, mencakup pengetahuan mengenai tugas kerja pada pekerjaan di bidang akuntansi.

e. Knowledge of the Preferred Occupational Group (Pengetahuan mengenai Pekerjaan yang Diminati)

Dimensi ini berhubungan mengenai tugas kerja dari pekerjaan di bidang akuntansi yang mereka minati, peralatan pekerjaan dan persyaratan fisik yang


(53)

dibutuhkan. Dimensi ini juga terkait kemampuan individu dalam mengidentifikasi orang-orang yang ada pada pekerjaan yang mereka minati.

Sejalan dengan uraian di atas, menurut Pinasti (2011) mengemukakan bahwa kematangan karir merupakan skor yang diperoleh dari pengukuran: perencanaan karier, eksplorasi karier, pembuatan keputusan, informasi dunia kerja dan pengetahuan mengenai pekerjaan yang diminati. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan indikator kematangan karier akuntansi siswa antara lain:

a. Career Planfulness (perencanaan karier) b. Career Exploration (eksplorasi karir) c. Decision Making (membuat keputusan)

d. World-of-work Information (Informasi dunia kerja)

e. Knowledge of the preferred occupational group (pengetahuan mengenai pekerjaan yang diminati)

2.6. Penelitian Terdahulu

Hubungan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu peneliti mengambil judul tentang peran pengalaman On the Job Training (OJT) dan kematangan karier akuntansi akuntansi dalam memediasi pengaruh Locus Of Control (LOC) internal terhadap kesiapan kerja siswa kelas XII Kompetensi Keahlian akuntansi SMK Negeri 1 Batang. Penelitian ini terdapat empat variabel yaitu dua variabel independen yang salah satunya menjadi variabel intervening sehingga terdapat dua variabel intervening dan satu variabel dependen. Adapun variabel yang dimaksud antara lain: pengalaman On the Job Training (OJT),


(54)

kematangan karier akuntansi akuntansi, Locus Of Control (LOC) internal dan kesiapan kerja siswa.

Hasil penelitian terdahulu sebagian besar menyatakan bahwa variabel pengalaman On the Job Training (OJT), kematangan karier akuntansi akuntansi, Locus Of Control(LOC) internal berpengaruh secara langsung terhadap kesiapan kerja siswa. Peneliti mengembangkan model penelitian dengan menjadikan dua variabel yaitu pengalaman On the Job Training (OJT) dan kematangan karier akuntansi akuntansi sebagai variabel intervening. Dengan model penelitian tersebut, peneliti akan menguji apakah pengaruh secara tidak langsung Locus Of Control (LOC) internal terhadap kesiapan kerja siswa melalui pengalaman On the Job Training (OJT), pengalaman On the Job Training (OJT) terhadap kesiapan kerja siswa melalui kematangan karier akuntansi akuntansi dan Locus Of Control (LOC) internal terhadap kesiapan kerja siswa melalui kematangan karier akuntansi akuntansi akan lebih besar daripada pengaruh secara langsung. Melihat dari penelitian terdahulu yang menunjukkan hasil penelitian dengan besarnya pengaruh secara langsung yang relatif rendah, maka peneliti mengembangkan penelitian dengan memediasi pengaruh langsung tersebut untuk melihat apakah besarnya pengaruh tidak langsung lebih besar dari pengaruh langsung yang berarti ada kebermanfaatan variabel intervening yang diajukan oleh peneliti.

Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Batang dengan objek penelitian siswa kelas XII kejuruan akuntansi. Tempat dan objek ini juga yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Untuk mendukung kerangka berpikir dalam penelitian ini, maka peneliti menyajikan hasil-hasil


(55)

penelitian sebelumnya. Berikut adalah rangkuman hasil penelitian terdahulu mengenai tema yang hampir sama dengan yang akan di teliti:

Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu

No Peneliti/

Penerbit Judul Hasil Relevansi

1 Mita P.D, Dessy S.W. dan I Made Gede S. / JPTK UNDIKSHA

Hubungan antara Internal Locus Of Control dan

Pengalaman Praktik Kerja Industri (Prakerin) dengan Kematangan karier akuntansi pada Siswa Program Studi Keahlian Teknik Komputer dan Informatika.

JPTK Undiksha, Vol. 11, No. 2, Juli Tahun 2014

Internal locus of control dan

pengalaman Praktik Kerja Industri (Prakerin) memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap kematangan karier akuntansi. Peneliti menggunakan ketiga variabel yang sama untuk kemudian

menambahi variabel kesiapan kerja sebagai variabel yang di pengaruhi. Dan dengan model penelitian yang berbeda.

2 Hana, Ngadiman dan Nurhasan H. / Jupe, UNS

Pengaruh Pengalaman Praktik Kerja Industri (Prakerin) dan Locus Of Control terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XII SMK Negeri 1 Surakarta

Jupe, Vol. 1, No. 1, April 2013 Adanya pengaruh yang signifikan antara pengalaman Praktik Kerja Industri (Prakerin) dan locus of control terhadap kesiapan kerja siswa SMK Negeri 1 Surakarta.

Peneliti menggunakan ketiga variabel yang sama untuk kemudian menambahi variabel kematangan karier akuntansi sebagai variabel intervening. 3 I Made Sirsa,

Nyoman Dantes dan Gusti Ketut A. S./ E-Journal Program Pascasarjana

Kontribusi Ekspektasi Karier, Motivasi Kerja dan Pengalaman Kerja Industri terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XII SMK Negeri 2 Seririt

Ekspektasi Karier, Motivasi Kerja dan Pengalaman Kerja Industri

berkontribusi secara signifikan terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas

Terdapat dua variabel yang dijadikan acuan peneliti yang kemudian di mediasikan dengan variabel lain dengan model penelitian


(56)

No Peneliti/

Penerbit Judul Hasil Relevansi

Universitas Pendidikan Ganesha

E-Jurnal Program Pascasarjana Undiksha, Vol. 5, Tahun 2014

XII SMK Negeri 2 Seririt secara terpisah maupun simultan.

yang berbeda yaitu dengan adanya dua variabel intervening.

4 Anita Zulkaida, dkk. / Proceding PESAT Gunadarma

Pengaruh Locus Of Control dan Efikasi Diri terhadap Kematangan karier akuntansi Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Jurnal Proceding PESAT Gunadarma, Vol. 2, Tahun 2007

Efikasi Diri dan Locus Of Control secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap

kematangan karier akuntansi siswa SMA. Terdapat dua variabel yang dijadikan acuan peneliti yang kemudian di mediasikan dengan variabel lain dengan model penelitian yang berbeda yaitu dengan adanya dua variabel intervening 5 Irene

Durosaro & Nuhu, Muslimat Adebanke / International Journal of Humanities and Social Science

Gender as a Factor in the Career Choice Readiness of Senior Secondary School Students in Ilorin Metropolis of Kwara State, Nigeria

International Journal of Humanities and Social Science, Vol. 2 No. 14/ Special Issue- July 2012

Dalam studi ini, gender berpengaruh terhadap kesiapan pemilihan karier masa depan siswa sekolah menengah atas. Namun, ini hanya salah satu variabel yang dapat mempengaruhi kesiapan pemilihan karier masa depan siswa sekolah menengah atas. Variabel yang diteliti menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan pemilihan karier siswa. Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan variabel kesiapan kerja siswa sebagai variabel yang di pengaruhi dengan dimodifikasi dalam model penelitian dengan adanya variabel intervening.

2.7. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis

2.7.1.Kerangka Pemikiran Teoritis

Teori perkembangan menurut Monks dan Knoers (1991: 19) dilukiskan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu organiasasi tingkah


(57)

laku yang lebih tinggi. Sedangkan dalam teori perkembangan psikososial (1950) yang dikembangkan oleh Erikson dalam Rifa‟i dan Anni (2011: 43) menyatakan bahwa seseorang dalam kehidupannya akan melewati delapan tahap psikososial, dimana setiap tahap perkembangan itu terdapat krisis yang harus dipecahkan untuk bisa berpindah ke tahapan berikutnya. Havighurst dalam Monks dan Knoers (1991: 20) juga mengemukakan mengenai tugas perkembangan, yaitu tugas-tugas yang harus dilakukan oleh seseorang dalam masa-masa hidup tertentu sesuai dengan norma-norma masyarakat serta norma-norma kebudayaan.

Dalam penelitian ini, peneliti fokus pada salah satu tugas perkembangan pada masa dewasa muda atau awal yaitu mulai bekerja. Sesuai dengan urutannya, sebelum masa dewasa awal yaitu remaja akhir dimana mempunyai tugas untuk mempersiapkan pemilihan karier dan ekonomis secara mandiri. Sesuai dengan bahasan di atas, usia remaja akhir di Indonesia adalah ketika usia kisaran 16 sampai 18 tahun dimana pada usia tersebut remaja masih berada dalam pendidikan menengah atas. Pada kehidupan nyata pada usia ini sering terjadi berbagai permasalahan yang dihadapi siswa yang tidak dapat diatasi oleh dirinya sendiri sehingga siswa membutuhkan dari pihak lain. Tentunya pendidikan memiliki esensi yang sangat penting bagi siswa dalam menghadapi perkembangannya.

Tujuan pendidikan di semua jenjang hendaknya bersifat menemukan identitas dan kecakapan. Menemukan identitas diri berarti menemukan karier diri sendiri. Dalam teori belajar sosial yang dikembangkan oleh Bandura pada tahun 1986 menekankan pada komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi.


(58)

Teori Pembelajaran Sosial telah memberi penekanan tentang bagaimana perilaku manusia dipengaruhi oleh persekitaran melalui penguatan (reinforcement) dan pembelajaran peniruan (observational learning), dan cara berfikir yang kita miliki terhadap sesuatu dan juga sebaliknya, yaitu bagaimana tingkah laku kita mempengaruhi sekitar kita dan menghasilkan penguatan (reinforcement) dan peluang untuk diperhatikan oleh orang lain (observational opportunity). Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial. Teori belajar sosial ini juga dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang belajar dalam keadaan atau lingkungan sebenarnya.

Teori diatas mendukung adanya pembelajaran di lapangan berupa Praktik Kerja Industri (Prakerin) yang sering disebut dengan On the Job Training (OJT) pada sekolah jenjang menengah atas khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Karena dengan On the Job Training (OJT), siswa tidak hanya mumpuni secara akademik, namun juga mempunyai pengalaman praktik di dunia kerja sesuai dengan teori dan keahlian yang di dapat di bangku sekolah, yang dalam penelitian ini yaitu keahlian akuntansi. Dengan On the Job Training (OJT) juga siswa akan dapat menemukan identitas dirinya sendiri dan belajar pada lingkungan kerja di bidang akuntansi yang sebenarnya, karena dalam pelaksanaan On the Job Training (OJT) tentu siswa akan mengalami banyak hal untuk


(1)

202

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -3,576 2,609 -1,371 ,175

P.OJT ,025 ,040 ,087 ,625 ,534

KK ,064 ,034 ,258 1,861 ,068


(2)

(3)

204

LAMPIRAN 11

SURAT-SURAT PENELITIAN

1.

Surat Ijin Penelitian


(4)

(5)

206


(6)

LAMPIRAN 12