BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan suatu pembangunan bangsa Indonesia salah satunya ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia sendiri terutama dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dewasa ini tuntutan terhadap dunia pendidikan sangat tinggi, mengingat
pendidikan harus memberikan sumbangan yang sangat besar bagi peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia SDM. Sumber Daya Manusia SDM harus
berperan secara jelas dalam membentuk peserta didik menjadi produktif dan mampu menciptakan produk layak jual yang dapat bersaing di pasar global.
Peningkatan kualitas SDM dapat berhasil jika didukung dengan kualitas pendidikan yang baik serta penerapan dan pemanfaatan pengetahuan dan
teknologi, yang akhirnya dapat meningkatkan daya saing tenaga kerja,
produktivitas, nilai tambah dan membuka peluang pekerjaan.
Pendidikan merupakan sarana untuk mengembangkan potensi diri agar bisa menjadi manusia yang mempunyai nilai tiga kompetensi dasar, yaitu
intelektualitas, humanitas dan religiusitas Suardi, 2012:1. Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 pasal 1 nomor 1 juga menjelaskan
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
1
kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarkat, bangsa dan negara. Dengan demikian pendidikan merupakan
sarana yang penting untuk bisa meningkatkan kualitas sumber daya manusia
untuk menghadapi perubahan dalam kehidupan masyarakat.
Salah satu jenjang pendidikan nasional adalah Sekolah Menengah Kejuruan SMK.
Mulyatiningsih, dkk 2004:100 mengemukakan bahwa Sekolah Menengah Kejuruan
adalah satu jenis sekolah menengah yang dapat dimasuki setelah sekolah menengah jenjang pertama. Sekolah Menengah Kejuruan adalah
pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap terjun secara profesional dan ikut
bergerak dalam dunia usaha atau perusahaan. Salah satu tujuan Sekolah Menengah Kejuruan SMK adalah mendidik sumber daya manusia yang
mempunyai kesiapan kerja dengan etos kerja tinggi. Dengan demikian siswa yang belajar di sekolah menengah kejuruan tidak hanya memiliki pengetahuan materi
yang dipelajari, tetapi juga memiliki etos kerja yang tinggi, keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja.
Kesiapan kerja adalah keseluruhan kondisi individu yang meliputi kematangan fisik, mental dan pengalaman serta adanya kemauan dan kemampuan
serta pengetahuan untuk melaksanakan suatu pekerjaan Hana: 2013. Kesiapan kerja sangatlah penting dimiliki oleh seorang siswa SMK, karena siswa SMK
merupakan harapan masyarakat untuk menjadi lulusan yang mempunyai kompetensi sesuai dengan bidang keahliannya agar diterima di dunia kerja atau
mampu mengembangkan ilmunya melalui wirausaha. Kesiapan kerja siswa SMK
yang dalam penelitian ini khusus pada siswa kejuruan akuntansi, juga didasarkan pada penguasaan terhadap materi pendidikan dan pelatihan akuntansi pada diri
masing-masing siswa. Siswa diharapkan menguasai akuntansi berdasarkan 3 elemen yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik untuk bisa mengetahui sejauh
mana dia siap bekerja di bidang akuntansi. Keberadaan SMK dalam menyiapkan tenaga kerja terlatih sangat
membantu dunia usaha, akan tetapi belum semua lulusan SMK bisa memenuhi kebutuhan dunia kerja seseuai dengan kompetensi bidang keahlian yang
dimilikinya. Terbukti dengan tingginya tingkat pengangguran terbuka di Indonesia merurut latar belakang pendidikan, menurut berita resmi statistik No.
8511Th. XVII lulusan Sekolah Menengah Kejuruan menempati posisi pertama dengat tingkat persentase 11,24 BPS- 5 November 2014. Hal ini terjadi karena
diduga adanya kesenjangan antara keterampilan yang dimiliki dengan yang dibutuhkan dengan dunia kerja. Keberadaan SMK dalam menyiapkan tenaga kerja
diyakini masih belum optimal. Berdasarkan pengamatan di lapangan banyak siswa lulusan SMK yang belum terserap dan atau sudah terserap di dunia kerja akan
tetapi tidak sesuai dengan keahlian dan keterampilan yang didapat di sekolah. Banyak siswa lulusan SMK khususnya kelompok bisnis dan manajemen hanya
menjadi buruh pabrik atau pelayan toko. Fenomena ini membuktikan bahwa siswa lulusan SMK belum diakui sepenuhnya oleh pasar tenaga kerja untuk menerapkan
ilmu yang mereka dapat dari bangku sekolah, atau dengan kata lain kesiapan kerja
lulusan SMK masih diragukan oleh pasar tenaga kerja.
Kondisi ini juga terjadi di SMK Negeri 1 Batang, dimana sebagian siswa lulusan SMK Negeri 1 Batang Kompetensi Keahlian Akuntansi masih banyak
yang bekerja di luar bidang yang mereka dapat sewaktu di SMK. Berdasarkan Bursa Kerja Khusus BKK SMK Negeri 1 Batang, siswa lulusan Kompetensi
Keahlian Akuntansi yang bekerja sesuai dengan ilmu Kompetensi Keahlian yang didapat di SMK hanya mencapai sekitar 21, sisanya ada yang belum mendapat
pekerjaan atau yang sudah bekerja tetapi tidak sesuai dengan Kompetensi
Keahliannya dan melanjutkan ke perguruan tinggi. Tabel 1.1
Data Penelusuran Tamatan Siswa SMK Negeri 1 Batang Kompetensi Keahlian Akuntansi
Sampai Bulan Desember Tahun 20142015 Kelas
Penelusuran Tamatan Siswa Tahun 20132014 Jumlah
Lulusan Bekerja
Wira usaha
Kuliah Belum Bekerja
atau Lain-lain Jumlah
Siswa
XII Ak 1 36
7 1
11 17
36 19,4
2,8 30,6
47,2 100
XII Ak 2 34
8 2
9 15
34 23,5
5,9 26,5
44,1 100
Total 70
15 3
20 32
70 21,4
4,3 28,6
45,71 1
Sumber : Data BKK SMK Negeri 1 Batang
Tabel 1.2 Data Penelusuran Tamatan Siswa yang Bekerja
SMK Negeri 1 Batang Kompetensi Keahlian Akuntansi Sampai Bulan Desember Tahun 20142015
Sumber : Data BKK SMK Negeri 1 Batang
No. Pekerjaan
Jumlah Persentase
1. Staf kantor
2 11,1
2. Pelayan toko
5 27,8
3. Karyawan industri
8 44,4
4. Wirausaha
3 16,7
Total 18
100
Dari data di atas, menunjukkan bahwa kesiapan kerja siswa SMK Negeri 1 Batang belum sesuai dengan apa yang diharapkan sesuai dengan tujuan SMK,
selain itu peluang kerja yang terbatas dan persaingan yang semakin ketat mengakibatkan siswa lulusan SMK Negeri 1 Batang khususnya kompetensi
keahlian akuntansi tidak dapat menempati bidang atau jenis pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi keahlian yang telah dipelajari di sekolah.
Sutopo Rahayu 2007:3 mengungkapkan bahwa penguasaan materi tanpa diimbangi dengan kemampuan praktik yang memadai akan sia-sia. Oleh karena
itu, di samping pembelajaran teoritis, juga diperlukan pembelajaran praktik yang diimplementasikan dalam Praktik Kerja Industri Prakerin. SMK Negeri 1 Batang
dalam hal ini juga telah melaksanakan kerja sama dengan Dunia Usaha Dunia Industri DUDI melalui Praktik Kerja Industri Prakerin atau sering disebut On
the Job Training OJT. Adanya Praktik Kerja Industri Prakerin atau On the Job Training OJT diharapkan akan memberikan pengalaman, keterampilan dan
gambaran tentang keadaan DUDI yang sesungguhnya, sehingga siswa khususnya kejuruan akuntansi dapat mengetahui apa yang dibutuhkan dalam dunia kerja
dalam bidang akuntansi yang pada akhirnya akan mendorong siswa untuk mempersiapkan diri memasuki dunia kerja di bidang akuntansi sesuai dengan
keahlian dan ilmu yang di dapat di bangku sekolah. Slameto 2010:115 mengemukakan adanya kematangan dalam aspek-
aspek kesiapan. Kematangan karier sangat dibutuhkan oleh siswa untuk penentuan karier ke depannya yang tentunya juga dapat meningkatkan kesiapan kerja siswa.
Menurut Aji dalam Dewi, dkk. 2014 mengemukakan bahwa tingkat kematangan
karier yang dimiliki individu sangat menentukan kualitas pemilihan karier. Siswa dalam usahanya untuk mencapai karier yang di inginkan sering mengalami
hambatan, sehingga diperlukan usaha dari siswa untuk mengatasi hambatan tersebut. Karakter psikologis siswa untuk berusaha mengatasi hambatan tersebut
dan yang mendorong siswa untuk menyiapkan diri dalam menghadapi dunia kerja yaitu Locus of Control LOC. Hana, dkk. 2013:4 mengemukakan bahwa Locus
of Control LOC merupakan sifat keyakinan, rasa percaya diri, sifat prestatif dan mandiri yang kuat pada diri seseorang.
Rotter dalam Phares 1976:40 menyebutkan bahwa terdapat dua dimensi
Locus of Control LOC, dimensi pertama yaitu Locus of Control LOC eksternal dimana subjek mempunyai tipikal berkeyakinan
bahwa keberuntungan, kesempatan dan takdir adalah yang menentukan hasil akhir, sedangkan dimensi kedua yaitu Locus of Control LOC internal adalah
subjek dengan tipikal yang berkeyakinan bahwa keahlian, kemampuan dan usaha adalah penentu hasil akhir.
Penelitian yang dilakukan oleh Mu‟ayati 2014 tentang Pengaruh Praktik Kerja Industri Prakerin terhadap kesiapan menghadapi dunia kerja menunjukkan
hasil bahwa secara parsial Praktik Kerja Industri Prakerin berpengaruh signifikan sebesar 4,88 terhadap kesiapan kerja siswa. Penelitian terdahulu
lainnya yang mendukung yaitu penelitian yang dilakukan oleh Hana, dkk. 2013 tentang Pengaruh Locus of Control terhadap kesiapan kerja menunjukkan hasil
bahwa adanya pengaruh yang signifikan Locus of Control terhadap kesiapan kerja sebesar 13,12. Penelitian lain yang menguatkan peneliti mengambil judul di atas
yaitu penelitian dari Dewi, dkk. 2014 mengenai hubungan antara Locus of
Control dan Praktik Kerja Industri Prakerin dengan Kematangan Karier yang menunjukkan hasil bahwa kedua variabel independen mempunyai hubungan yang
positif dan signifikan terhadap kematangan karier dengan sumbangan sebesar 53,2.
Berdasarkaan uraian latar belakang di atas, maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul “Peran Pengalaman On the Job Training OJT dan
Kematangan Karier Akuntansi dalam memediasi Pengaruh Locus Of Control LOC Internal terhadap Kesiapan Kerja Siswa kelas XII Akuntansi SMK Negeri
1 Batang”.
1.2. Perumusan Masalah