Sebagai sumber keilmuan dan pengetahuan yang berkaitan dengan

yang tersedia di rumah sakit atau puskesmas secara wajar, efisien, dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai norma, etika, hukum, dan sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah, serta masyarakat konsumen. Selain itu, mutu pelayanan kesehatan diartikan berbeda sebagai berikut: Satrianegara, 2009 a. Menurut pasien atau masyarakat adalah empati, menghargai, tanggap, sesuai kebutuhan, dan ramah. b. Menurut petugas kesehatan adalah bebas melakukan segala sesuatu secara professional sesuai dengan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan peralatan yang memenuhi standar. c. Menurut manajer atau administrator adalah mendorong manajer untuk mengatur staf dan pasien atau masyarakat dengan baik. d. Menurut yayasan atau pemilik adalah menuntut pemilik agar memiliki tenaga profesional yang bermutu dan cukup. Dari batasan ini dapat dipahami bahwa mutu pelayanan dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian, baik terhadap tingkat kesempurnaan, sifat, wujud, serta ciri-ciri pelayanan kesehatan, ataupun kepatuhan terhadap standar pelayanan. Dalam praktik sehari-hari melakukan penilaian ini tidaklah mudah. Penyebab utamanya ialah karena mutu pelayanan tersebut bersifat multidimensional. Tiap orang tergantung dari latar belakang kepentingan masing-masing dapat melakukan penilaian dari dimensi berbeda. Untuk mengatasi adanya perbedaan dimensi tentang masalah mutu pelayanan kesehatan seharusnya memenuhi kebutuhan dan tuntutan para pemakai jasa pelayanan yang apabila berhasil dipenuhi akan menimbulkan rasa puas client satisfaction terhadap pelayanan kesehatan yang diselenggarakan Hermanto, 2010.

2. Pengukuran Mutu Pelayanan Kesehatan

Mutu pelayanan rumah sakit dapat diukur dari berbagai aspek, baik yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap pelayanan yang diberikan. Menurut Jacobalis 1990 yang dikutip dari Anjaryani 2009, beberapa aspek yang berpengaruh terhadap mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah sebagai berikut: a. Aspek Klinis, yaitu komponen yang menyangkut penampilan kerja performance profesionalisme di rumah sakit seperti dokter, perawat dan paramedis non perawat lainnya. Contoh dari indikator klinik ini antara lain kejadian infeksi nasokomial, angka kematian rumah sakit, keterkaitan dengan tindakan operasi, persalinan, penyakit-penyakit umum, atau tindakan kasus gawat darurat dan lain-lainnya. b. Indikator efisiensi dan efektifitas, yaitu pelayanan yang diberikan murah, tepat guna, tidak ada diagnosa yang berlebihan dengan melihat apakah sumberdaya telah digunakan secara efisien dan ekonomis untuk menghasilkan pelayanan yang bernutu. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan kaji ulang pemanfaatan seperti lama hari rawat, lama tempat tidur kosong, pemanfaatan kamar operasi, darah, obat, alat rontgen, laboratorium, listrik, air dan lain-lain.