Faktor-Faktor yang Perlu Diperbaiki
selanjutnya. Harapan-harapan pasien tersebut merupakan keyakinan pasien sebelum menerima pelayanan yang nantinya akan dijadikan
standar atau acuan dalam menilai pelayanan yang dilakukan oleh dokter Yohana, 2009.Pelayanan dokter memberikan pengaruh
paling besar dalam menentukan kualitas pelayanan kepada pasien karena pada hakekatnya pasien membutuhkan konsultasi dokter dan
ketanggapan dokter dalam menyelesaikan keluhan-keluhan pasien terutama dalam kondisi kegawat daruratan Yohana, 2009.
Sebagaimana Parasuraman et al 1999 mengemukakan bahwa kemauan untuk membantu pelanggan pasien dan
menyediakan jasa pelayanan dengan cepat dan tepat, dikaitkan dengan kepuasan pelanggan dalam hal ini pasien. karena kepuasan
dan ketidakpuasan pasien terhadap suatu pelayanan akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Hermanto 2010 menjabarkan
bahwa fungsi rumah sakit yang mewajibkan memberikan pertolongan dan pengobatan segera tanpa meminta jaminan terlebih dahulu,
kewajiban dokter melakukan pertolongan segera sebagai tugas perikemanusiaan, adanya prioritas problem solving dalam asuhan
medis atau asuhan keperawatan dengan tidak membedakan kelas perawatan.
Pada instalasi rawat inap itu sendiri jarang ditemui dokter yang stand by, lain hal dengan ruang UGD yang memang 24 jam ada
dokter jaga. Pada ruang rawat inap kerapkali dijumpai dokter untuk
mengecek dan memeriksa keadaan pasien setiap hari hanya pada jadwalnya saja, yang dilakukan kurang lebih 15 menit pasien untuk
melihat kondisi pasien. Selebihnya dokter menyerahkan kepada perawat. Pada keadaan kegawatdaruratan biasanya yang datang
hanya dari tim perawat jaga atau mahasiswa-mahasiswa magang keperawatan atau kebidanan yang berada di
“ners stasiun” tiap bangsal seperti bogenvile, nusa indah, melati.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hermanto 2010 yang menjelaskan bahwa tingkat kesesuaian untuk kesegeraan dokter
dalam menanggapi keluhan dan kegawatan masih dibawah harapan pasien yang ditunjukan oleh harapan pasien 4,46 yang lebih besar
dibanding pelayanan 4,40 kecepattanggapan dokter dalam melayani keluhan.
Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Yohana 2009 yang menunjukkan bahwa sebagian besar pasien merasa puas dengan
kecepatan pelayanan dokter spesialis yang terlihat dari cepat dalam mendiagnosa, cepat dalam memberikan terapipengobatan, cepat
menanggapi keluhan pasien, dan cepat melayani pasien saat pasien membutuhkan
pertolongan segera.Kemampuan
dokter dalam
melakukan pemeriksaan dan melakukan tindakan dengan cepat, ditanggapi baik oleh pasien dan sudah sesuai dengan harapan dan
kepuasan pasien.
Namun, Yohana
2009 juga
melanjutkan bahwa
kemampuan dokter dalam menemukan diagnosa, memberikan terapi atau pengobatan, menanggapi keluhan pasien dengan cepat serta
memberikan pelayanan ketika pasien membutuhkan pertolongan segera, ditanggapi biasa saja oleh pasien atau masih dianggap kurang
penting oleh pasien. Hal tersebut dikarenakan pada umumnya kualitas pelaksanaannya biasa atau cukup memuaskan. Hal ini dapat
dimengerti mengingat kebiasaan masyarakat yang lebih menghargai hasilnya, yakni sembuh dari sakit.
c. Pelayanan yang sama kepada semua pasien tanpa membedakan status
sosial indikator empati - item nomer 19 Rumah sakit sebagai pemberi layanan harus memberikan
pelayanan yang sama kepada semua pasien tanpa membedakan status sosial. Sebagaimana diatur dalam kode etik rumah sakit Kepmenkes
RI Nomor 924MenkesSKXII1986, agar memberikan pelayanan kepada pasien tanpa membedakan suku, ras, agama, seks dan status
sosial pasien. Kemampuan petugas dalam memberikan pelayanan dengan
benar, seperti kemampuan dan ketelitian dokter dalam mendiagnosa penyakit, serta menyembuhkan atau mengurangi keluhan dan
kemampuan petugas merawat pasien secara adil tanpa membedakan suku ras atau kelas perawaran.
Berdasarkan Surat
Keputusan nomor
436MenkesSKVI1993 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Kewajiban Rumah Sakit, semua pasien yang dirawat inap wajib
diberikan asuhan medis, asuhan keperawatan atau asuhan kebidanan dengan sebaik-baiknya tanpa membedakan kelas perawatan.
Keadilan mendapatkan pelayanan yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan golonganstatus masyarakat
yang dilayani, ditinjau dari observasi pasien mungkin merasa di beda- bedakan dalam pemberian pelayanan oleh petugas atau dilakukan
secara tidak adil terutama pada pasien-pasien kelasIII yang cenderung keramahan petugas berbeda dengan kesoapanan dalam melayani
pasien-pasien kelas I atau VIP. Hal tersebut bertentangan dengan hasil penelitian Hermanto 2010 yang menjelaskan bahwa 75,8
responden menyatakan petugas tidak membedakan pasien dalam memberikan pelayanan kebidanan .