Karakteristik Pendekatan CTL Pendekatan Contextual Teaching and Learning CTL

25 menekankan pada proses penemuan yang bermakna sehingga pengetahuan yang didapatkan bertahan lama dan dapat diterapkan dalam kehidupan siswa.

2. Karakteristik Pendekatan CTL

Menurut Trianto 2013: 110 pendekatan CTL memiliki karakteristik yang membedakan dengan pendekatan pembelajaran lainnya, yaitu: a kerja sama, b saling menunjang, menyenangkan, c mengasyikkan, d tidak membosankan, e belajar dengan bergairah, f pembelajaran terintegrasi, dan g menggunakan berbagai sumber siswa aktif. Sejalan dengan pendapat tersebut, Wisudawati dan Sulistyowati 2015: 50 mengungkapkan bahwa pendekatan CTL memiliki sembilan karakteristik yang meliputi: a pengalaman nyata, b kerja sama, saling menunjang, c gembira, belajar dengan bergairah, d pembelajaran terintegrasi, e menggunakan berbagai sumber, f siswa aktif dan kritis, g menyenangkan, tidak membosankan, h sharing dengan teman, dan i guru kreatif. Menurut Sanjaya 2008: 110 CTL mempunyai lima karakteristik penting sebagai berikut: pembelajaran kontekstual merupakan proses pengaktifan pengetahuan, belajar memperoleh dan menambah pengetahuan baru, pemahaman pengetahuan, mempraktikkan pengetahuan dan melakukan refleksi. Sa’ud 2013: 163-164 menyebutkan bahwa terdapat lima karakteristik CTL, meliputi: a. Dalam CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan 26 yang sudah dipelajari, dengan pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain. b. Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru, yang diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan cara mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya. c. Pemahaman pengetahuan, artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan tersebut dikembangkan. d. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut, artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siwa. e. Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi. Menurut Muslich 2011: 42 pembelajaran CTL memiliki karakteristik sebagai berikut. a. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilakukan dalam lingkungan yang alamiah learning in real life setting. 27 b. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna meaningful learning. c. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna bagi siswa learning by doing. d. Pembelajaran dilakukan melalui kerja kelompok, berdiskusi, dan saling mengoreksi antar teman learning in a group. e. Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam learning to know each other deeply. f. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama learning to ask, to inquiry, to work together. g. Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan learning as an enjoy activity. CTL diharapkan dapat memudahkan siswa dalam mempelajari materi pelajaran IPA. Pembelajaran dengan pendekatan ini memberikan pengalaman bermakna dalam memperoleh pengetahuan karena bukan hanya sekedar menghafal. Sebab CTL merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa serta berkaitan langsung dengan kehidupan nyata siswa. 3. Prinsip Pendekatan CTL CTL memiliki prinsip yang harus diterapkan agar penerapannya berhasil. Naim 2013: 194 menyebutkan prinsip yang perlu diperhatikan dalam CTL sebagai berikut. 28 a. Belajar tidak sekedar menghafal, tetapi siswa mengalami dan harus mengkontruksi pengetahuan . b. Anak belajar dari mengalami bukan begitu saja diberikan oleh guru. c. Pengetahuan yang dimiliki siswa terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang suatu persoalan. d. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. e. Siswa memiliki sikap yang berbeda dalam menghadapi situasi baru. f. Siswa dibiasakan untuk menemukan sesuatu yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah dalam kehidupannya. g. Belajar secara berkesinambungan dapat membangun struktur otak sejalan dengan perkembangan pengetahuan dan keterampilan yang diterima. COR Center for Occupational Research di Amerika menjabarkan konsep pembelajaran CTL menjadi lima yang disingkat REACT, yaitu Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transfering Muslich, 2011: 41-42. Adapun penjelasan konsep tersebut sebagai berikut. a. Relating merupakan bentuk belajar dalam pembelajaran dalam konteks kehidupan nyata atau pengalaman nyata. Pembelajaran menghubungkan situasi sehari-hari dengan informasi baru untuk dipahami atau dengan permasalahan untuk dipecahkan. b. Experiencing merupakan belajar dalam konteks eksplorasi, penemuan, dan penciptaan. Pengetahuan diperoleh siswa melalui pembelajaran yang mengedepankan proses berpikir kritis melalui inkuiri. 29 c. Applying merupakan belajar dalam bentuk penerapan hasil belajar dalam penggunaan dan kebutuhan praktis. Siswa menerapkan menerapkan konsep dan informasi ke dalam kebutuhan kehidupan mendatang yang dibayangkan. d. Cooperating merupakan belajar dalam bentuk berbagi informasi dan pengalaman, saling merespons, dan saling berkomunikasi. Bentuk belajar ini menekankan belajar kotekstual dalam kehidupan nyata. Dalam kehidupan nyata siswa akan menjadi anggota masyarakat yang hidup berdampingan dan berkomunikasi dengan manusia lain. e. Transfering merupakan kegiatan belajar dalam bentuk memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman berdasarkan konteks baru untuk mendapatkan pengetahuandan pengalaman belajar yang baru. Johnson 2007: 68-85 menyatakan bahwa terdapat tiga prinsip dalam CTL yang meliputi: prinsip saling ketergantungan, prinsip diferensasi, dan prinsip pengaturan diri. a. Prinsip Saling Ketergantungan Menurut hasil kajian para ilmuan, segala sesuatu yang ada di dunia saling berhubungann dan ketergantungan. Begitu pula dalam pendidikan dan pembelajaran, sekolah merupakan suatu sistem yang berkaitan dengan kehidupan di rumah, di tempat kerja, maupun di masyarakat. Dalam kehidupan di sekolah, siswa saling bergantung dan berhubungan dengan guru, tata usaha, kepala sekolah, dan narasumber di sekitarnya. Pada proses pembelajaran, siswa berhubungan dengan bahan ajar, media, sumber belajar, dan sarana prasarana belajar. Prinsip ini membuat hubungan yang bermakna antara proses pembelajaran 30 dan konteks kehidupan nyata sehingga peserta didik berkeyakinan bahwa belajar merupakan aspek yang esensial bagi kehidupan di masa datang. Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang menekankan hubungan antara bahan pelajaran dengan bahan lainnya, menghubungkan antara teori dengan praktik, serta menghubungkan antara konsep dengan penerapan pada kehidupan nyata. Prinsip ketergantungan akan memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa sehingga mendorong untuk membuat hubungan-hubungan yang bermakna. b. Prinsip Diferensiasi Prinsip diferensiasi merupakan mendorong siswa menghasilkan keberagaman, perbedaan, dan keunikan. Setiap siswa memiliki perbedaan dalam kemandirian belajar, kemampuan berpikir kritis, maupun kemampuan siswa untuk mengidentifikasi potensi diri. Proses pembelajaran sebaiknya dilaksanakan dengan menekankan kreativitas, keunikan, variasi, dan kolaborasi. Guru dituntut untuk mendidik, mengajar, melatih, membimbing sejalan dengan prinsip diferensiasi. c. Prinsip Pengaturan Diri Prinsip pengaturan diri merupakan prinsip yang menuntut guru untuk mendorong siswa memahami dan merealisasikan potensi yang dimilikinya secara optimal. Siswa secara sadar harus bertanggung jawab atas keputusan dan perilaku sendiri, menilai alternatif, menentukan pilihan, menyusun rencana, menganalisis informasi, menentukan solusi, dan menilai bukti dengan kritis. Dalam pembelajaran kontekstual, prinsip pengaturan diri diperhatikan supaya 31 membentuk siswa untuk mencapai keunggulan akademik, penguasaan keterampilan standar, dan mengembangkan sikap dan moral siswa.

4. Komponen Pendekatan CTL

Dokumen yang terkait

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sumber Energi Gerak melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ( Penelitian Tindakan Kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok)

0 14 135

Peningkatan hasil belajar siswa pada konsep sumber energi gerak melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL): penelitian tindakan kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok

2 3 135

Penagruh pendekatan contextual teaching laering (CTL) terhadap hasil bejaran biologi siswa kuasi Ekperimen di SMPN 1 Cisauk

0 7 208

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI GUNUNG MULYO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 9 46

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN MATERI GLOBALISASI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 03 WARUNGPRING PEMALANG

0 10 278

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUIPENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PENINGKATAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS VA SD MUHAMMADIYAH 22 SRUNI TAHUN 2015

0 6 17

PENDAHULUAN PENINGKATAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS VA SD MUHAMMADIYAH 22 SRUNI TAHUN 2015/ 2016.

0 2 6

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING ( CTL) PADA SISWA Peningkatan Motivasi Belajar Ipa Melalui Pendekatan Contextual Teaching Learning ( CTL) Pada Siswa Kelas II SD Negeri 2 Sugihmanik Kecamatan Tanggungharjo

0 1 15

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING ( CTL) PADA SISWA Peningkatan Motivasi Belajar Ipa Melalui Pendekatan Contextual Teaching Learning ( CTL) Pada Siswa Kelas II SD Negeri 2 Sugihmanik Kecamatan Tanggungharjo

0 1 16

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA Peningkatan Aktivitas Belajar Matematika Melalui Pendekatan Contextual Teaching And Learning pada Pokok Bahasan Persegi dan Persegi Panjang (PTK Pada Siswa

0 1 18