Mode Operasi Timer ATmega8535

N adalah prescaler sumber clock yang kita gunakan 1, 8, 64, 256, 1024. 4. Phase Correct PWM Mode Pada mode ini sama dengan “phase frequency correct PWM” pada cara operasi cacahan register TCNT 1 menggunakan dual slope dua arahbolak-balik di mana TCNT 1 mencacah dari BOTTOM 0x0000 counting-up hingga mencapai TOP resolusi yang digunakan kemudian counting-down hingga BOTTOM 0x0000 dan begitu seterusnya. Resolusi mode phase correct PWM dapat kita tentukan secara tetap 8-, 9-, 10-bit atau kita tentukan menggunakan register ICR 1 atau OCR 1 A dimana resolusi minimal yang diizinkan adalah 2-bit ICR 1 OCR 1 A diisi dengan 0x0003 dan maksimal 16-bit ICR 1 OCR 1 A diisi dengan 0xFFFF. Rumus untuk menentukan resolusi mode phase correct PWM. = 2.4 Dalam mode non-inverting saluran keluaran PWM pin OC 1 x di-clear pada saat compare match TCNT 1 =OCRx ketika counting-up dan di-set pada saat compare match ketika counting down . Gambar 2.9. Pulsa phase correct PWM [6] Dalam mode inverting saluran keluaran PWM pin OC 1 x di-set pada saat compare match TCNT 1 =OCRx ketika counting-up dan di-clear pada saat compare match ketika counting-down . Frekuensi mode phase correct PWM ditentukan dengan rumus: = _ . . 2.5 5. Phase and Frequency Correct PWM Mode Mode ini sama dengan mode phase correct PWM, hanya berbeda pada waktu peng- update -tan register OCR 1 x, di mana mode “phase frequency correct PWM” register OCR 1 x disangga buffer sehingga berakibat pada pulsa awal peng-update-tan menjadi simetrik. Pada mode phase correct PWM pada pulsa awal peng-update-tan tidak simetrik tapi pulsa selanjutnya simetrik normal. Untuk semua mode PWM yang perlu diperhatikan dalam mengubah-ubah nilai TOP adalah tidak boleh di bawah nilai compare match register pembanding OCR 1 x, jika hal ini terjadi maka tidak akan terjadi compare match untuk periode cacahan TCNT 1 selanjutnya. Begitu pula untuk mengubah nilai compare match, tidak boleh di atas nilai TOP , jika hal ini terjadi maka tidak akan terjadi compare match untuk periode cacahan TCNT 1 selanjutnya. Untuk flag-flag status akan set berhubungan dengan register-register yang digunakan, misalnya OCF1x berhubungan dengan compare match OCR 1 x, ICF 1 berhubungan dengan nilai TOP, dan flag TOV 1 akan set ketika TCNT 1 mencacah kembali ke BOTTOM. Flag- flag tersebut dapat kita manfaatkan untuk membangkitkan interupsi yang berhubungan.

2.4.5.4. Interupsi

ATmega8535 memiliki 21 buah sumber interupsi [6]. Interupsi tersebut bekerja jika bit 1 pada Register status atau Status Register SREG dan bit pada masing-masing register bernilai 1. Penjelasan sumber interupsi terdapat pada Tabel 2.18. Tabel 2.18. Sumber interupsi

2.4.6. Osilator Mikrokontroler

Rangkaian osilator adalah rangkaian pembangkit frekuensi untuk menentukan besarnya waktu untuk tiap siklus pada mikrokontroler [6]. Waktu yang dibutuhkan tiap satu siklus dapat dicari dengan persamaan : T Cycle = 2.6 dengan adalah frekuensi osilator pada mikrokontroler.

2.4.7. Analog to Digital Converter

Analog To Digital Converter ADC pada ATmega8535 terhubung ke sebuah multiplekser analog yang diperlukan untuk memilih kanal ADC yang akan digunakan [6]. ATmega8535 memiliki 8 kanal ADC. ADC ATmega8535 dapat diaktifkan dengan memberikan supply tegangan pada port ADC. ADC memiliki dua jenis mode yang dapat digunakan, yaitu mode single conversion dan mode free running [6]. Pada mode single conversion, ADC harus diaktifkan setiap kali akan digunakan. Pada mode free running, ADC cukup diaktifkan sekali dan selanjutnya ADC akan terus mengkonversi tanpa henti. Pada saat mengakses ADC, register-register IO yang terlibat dalam ADC akan mengalami beberapa proses pengaturan. Proses-proses pengaturan tersebut antara lain [6]: a. Menentukan sumber tegangan referensi Tegangan referensi pada ADC merupakan batas rentang representasi nilai digital hasil konversi. Hasil konversi pada mode single ended cenversion dirumuskan sebagai berikut: REF IN V V ADC 1024   2.7 dengan V IN adalah tegangan masukkan analog pada kanal ADC yang aktif dan V REF adalah tegangan referansi yang dipilih. Tabel 2.19. Konfigurasi bit-bit ADMUX [6] MUX4 MUX3 MUX2 MUX1 MUX0 Kanal aktif ADC0 1 ADC1 1 ADC2 1 1 ADC3 1 ADC4 1 1 ADC5 1 1 ADC6 1 1 1 ADC7 b. Memilih kanal yang aktif Kanal yang aktif ditentukan oleh bit-bit MUX4-MUX0 pada register ADMUX. Tabel 2.19. menunjukkan konfigurasi bit-bit tersebut. c. Menentukan prescaler Prescaler clock ADC merupakan faktor pembagi yang diterapkan pada clock mikrokontroler. ADC mikrokontroler harus menerima frekuensi clock yang tepat agar data hasil konversi cukup valid. Nilai prescaler ditentukan oleh bit-bit ADC Prescaler Select Bits ADPS. Tabel 2.20. menunjukkan konfigurasi bit-bit ADPS. Tabel 2.20. Konfigurasi bit-bit ADPS [6] ADPS2 ADPS2 ADPS2 Nilai Prescaler 2 1 2 2 1 2 1 4 1 1 8 1 16 1 1 32 1 1 64 1 1 1 128 d. Inisialisasi ADC Untuk mengaktifkan ADC, bit ADC Enable ADEN harus diberi logika ‘1’ set. Untuk memulai ADC, logika ‘1’ juga harus diberikan pada bit ADC Start Conversion ADSC. Waktu yang diperlukan untuk konversi adalah 25 siklus clock ADC pada konversi pertama dan 13 siklus clock ADC untuk konversi berikutnya.

2.5. Rangkaian Pembagi Tegangan

Rangkaian pembagi tegangan digunakan untuk memperoleh tegangan yang diinginkan dari suatu sumber tegangan yang besar [7]. Gambar 2.10. memperlihatkan bentuk rangkaian pembagi tegangan. Gambar 2.10.Rangkaian pembagi tegangan [7] Rumus dari rangkaian pembagi tegangan : = 2.8 dimana Vout dalah tegangan output yang diinginkan.

2.6. Operational Amplifier

Operational amplifier op-amp pada dasarnya adalah sebuah differential amplifier penguat differential yang memiliki 2 buah terminal input [8]. Terminal input op-amp terdiri dari input inverting - dan input non-inverting +. Gambar 2.11. menunjukkan simbol dan rangkaian pengganti dari op-amp. a. Simbol op-amp b. Rangkaian pengganti op-amp Gambar 2.11. Op-amp[8]