54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Observasi Awal Tindakan Kelas
Observasi awal penelitian tindakan kelas dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran biologi di kelas. Pada pertemuan
pertama, peneliti diberi kesempatan oleh guru untuk mengamati proses pembelajaran biologi di kelas XC. Selanjutnya peneliti mengadakan
Observasi di kelas XA dan untuk pertemuan ketiga peneliti diberi kesempatan kembali untuk melakukan pengamatan di kelas XA, yang
merupakan fokus dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, guru menggunakan
metode ceramah dan tanya jawab dalam proses pembelajaran. Peneliti juga melihat bahwa pembelajaran Biologi cenderung didominasi oleh
guru. Pada saat guru memberikan pertanyaan, siswa hanya diam. Siswa akan menjawab pertanyaan dari guru jika ditunjuk oleh guru.
Kebanyakan dari siswa bila diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan terlebih dahulu saling berbisik-bisik kepada teman sebangku
ataupun yang berada didekatnya. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, peneliti melihat
bahwa siswa kelas XA belum cukup aktif karena sebagian besar siswa tidak mengikuti pelajaran dengan baik. Oleh karena itu, keaktifan belajar
Biologi siswa kelas XA masih perlu ditingkatkan dengan harapan hasil belajar juga meningkat.
B. Deskripsi Tiap Siklus 1. Siklus I
a. Perencanaan Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan semua instrumen
penelitian yang digunakan selama siklus I. Perencanaan yang telah dibuat, dikonsultasikan juga dengan guru. Berdasarkan hasil
diskusi antara guru dan peneliti, disepakati bahwa untuk siklus I materi yang akan dipelajari adalah tentang pengelolaan lingkungan.
b. Pelaksanaan Penelitian tindakan kelas PTK dilaksanakan di kelas XA
SMA Pangudi Luhur Sedayu dengan jumlah siswa sebanyak 32 dan dilakukan dalam 2 siklus. Siklus I dilaksanakan dalam 2 kali
pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 22 Mei 2012 jam ke 2 7.45 – 08.30 sedangkan pertemuan kedua
pada hari Rabu, 23 Mei 2012 jam ke 7-8 12.00 – 13.30. Alokasi waktu dalam 1 jam pelajaran adalah 45 menit sehingga total
pelaksanaan pembelajaran pada siklus I adalah 3 x 45 menit 135 menit. Pokok bahasan yang diajarkan, yaitu keseimbangan
Lingkungan dan aktivitas manusia serta dampaknya terhadap lingkungan.
Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS terbagi menjadi 5 tahapan, yaitu: 1. Persiapan, 2. Presentasi guru,
3. Kegiatan kelompok, 4. Presentasi kelompok, 5. Evaluasi. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui aktivitas guru dikelas
berupa lembar aktivitas guru. Pada lembar aktivitas guru terdapat langkah-langkah yang harus dilaksanakan sesuai dengan RPP. Guru
dimaksudkan disini adalah peneliti itu sendiri. Pengisian lembar aktivitas guru dilakukan oleh observer yang ikut terlibat dalam
proses penelitian tindakan kelas di SMA Pangudi Luhur Sedayu. Berikut dibawah ini memuat langkah-langkah aktivitas guru yang
sudah dilaksanakan pada tahap persiapan. Guru memasuki ruangan kelas didampingi guru mata
pelajaran biologi dan 2 orang observer yang bertujuan untuk mengamati guru saat proses penelitian berlangsung. Peneliti dalam
hal ini bertindak sebagai guru atau pengajar selama proses pembelajaran
kooperatif tipe
TSTS. Sebelum
memulai pembelajaran, guru mengabsen siswa dan terdapat 2 siswa yang
tidak masuk dikarenakan sakit. Dengan keadaan siswa yang tidak lengkap diharapkan proses pembelajaran dapat berlangsung dengan
baik. Guru
menjelaskan langkah-langkah
pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TSTS kepada siswa. Sebagian besar
siswa langsung paham penjelasan guru mengenai pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS namun ada beberapa
siswa yang belum paham sehingga guru harus mengulanginya.
dalam diajarka
lingkun lingkun
adalah tujuan
pembel kejadia
Gam
dalam menjel
Secara keseluruhan pada tahap persiapan suda m RPP dan sudah dilaksanakan oleh guru. Pokok
arkan dalam proses pembelajaran siklus I, yaitu kungan dan aktivitas manusia dan dampa
kungan. Tahap kedua dari model pembelajaran koope
ah tahap presentasi guru. Pada tahap ini gur uan pembelajaran yang akan dicapai dan menj
belajaran secara garis besar serta mengkait dian yang ada disekitar sekolah, rumah dan ling
Gambar.4.1. Guru melakukan presentasi didepan
Guru menjelaskan materi secara garis be m kegiatan kelompok siswa akan membahas L
njelaskan siswa untuk mendalami lebih lanjut
n sudah tercantum okok bahasan yang
aitu keseimbangan paknya terhadap
kooperatif tipe TSTS guru menjelaskan
enjelaskan materi aitkannya dengan
ingkungan sekitar.
depan kelas Siklus I
s besarnya karena s LKS. LKS akan
njut materi yang
dibahas materi
ini mer kooper
memba masing
ada di L
Gambar.4.2. Si
has dan supaya siswa berusaha untuk mene eri yang sedang dipelajari.
Tahapan selanjutnya adalah kegiatan kelom erupakan tahapan paling penting dalam mode
kooperatif tipe
TSTS. Kegiatan ini dimulai bagikan LKS dalam tiap kelompok. Guru m
sing anggota kelompok menjawab pertanyaan-pe di LKS dan mendiskusikannya.
bar.4.2. Siswa melakukan kegiatan diskusi kelom
enemukan sendiri
kelompok. Tahapan odel pembelajaran
ulai dengan guru u meminta masing-
n-pertanyaan yang
lompok Siklus I
Setelah selesai berdiskusi dalam tiap-tiap kelompok guru memerintahkan bertamu kesalah satu kelompok yang berbeda.
Dalam kelompok dua orang siswa bertugas bertamu ke kelompok yang lain dan mencari informasi dari kelompok yang dikunjungi,
sedangkan 2 orang siswa tinggal dalam kelompok yang bertugas memberikan informasi tentang hasil diskusinya kepada siswa yang
bertamu. Guru bertugas mengontrol jalannya diskusi agar suasana lebih terkontrol, setelah waktu selesai siswa kembali ke kelompok
asal untuk menyampaikan hasil informasi yang didapatkan dari bertamu ke kelompok lain. Kelompok 1 bertamu ke kelompok 2,
kelompok 2 bertamu ke kelompok 3, dan seterusnya hingga kelompok 8 bertamu ke kelompok 1.
Tahap berikutnya adalah presentasi kelompok. Presentasi kelompok bertujuan untuk mengukur penguasaan materi siswa
terhadap tugas yang telah diberikan dan melatih keberanian dalam berpendapat dan menjawab pertanyaan. Guru pada tahap presentasi
kelompok ini berperan sebagai moderator yang mengawasi dan mengatur jalannya presentasi. Guru meminta siswa untuk
menanggapi hasil diskusi dari kelompok yang melakukan presentasi. Apabila kelompok yang melakukan presentasi belum
bisa menjawab pertanyaan, maka guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk membantu menjawabnya. Setelah
pertany membe
Gambar.4.
guru m evaluasi
dengan menget
kooper
tahap pe kelompok
tahapan observa
refleksi
nyaan dijawab kemudian guru memberikan berikan penghargaan kepada kelompok yang m
bar.4.3. Siswa melakukan kegiatan presentasi kelom
Setelah diskusi dan presentasi kelompok se u memberikan tes akhir siklus I kepada siswa
uasi. Soal tes berupa pilihan ganda dan ber ngan alokasi waktu 15 menit. Pemberian tes ini
ngetahui perkembangan siswa dalam proses kooperatif tipe TSTS.
Dalam melaksanakan pembelajaran pada sikl p persiapan, presentasi guru, kegiatan kelom
ompok dan evaluasi dapat dikatakan bahwa se pan pembelajaran TSTS sudah terlaksana denga
rvasi terhadap guru peneliti pada siklus I ksi bagi guru pada siklus II sehingga menjadi le
kan penguatan dan g menjawab.
elompok Siklus I
pok selesai kemudian swa sebagai tahap
erjumlah 10 soal ni bertujuan untuk
oses pembelajaran
siklus I mulai dari ompok, presentasi
a secara umum 5 dengan baik. Hasil
us I akan dijadikan di lebih baik.
c. Observasi Proses pembelajaran pada pembelajaran siklus I dilihat dari
aktifitas siswa pada saat berdiskusi yang dilakukan oleh 2 orang observer dengan melakukan pengamatan melalui lembar aktifitas
siswa yang bertujuan untuk menilai tingkat keaktifan siswa pada saat proses pembelajaran kooperatif tipe TSTS.
d. Refleksi Dari hasil observasi siklus I, bahwa proses belajar belum berjalan
dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan beberapa siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran, yaitu siswa membahas
hal-hal lain dalam berdiskusi dan siswa cenderung diam dalam berdiskusi. Dari hasil belajar ranah kognitif siswa belum mencapai
target yang diinginkan peneliti. Pada siklus II diharapkan pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat meningkatkan hasil
belajar ranah kognitif siswa kelas XA SMA Pangudi Luhur Sedayu.
2. Siklus II
a. Perencanaan Dari hasil refleksi dan perbaikan yang didapatkan pada siklus I,
peneliti mempersiapkan kembali instrumen yang akan digunakan selama pembelajaran siklus II.
b. Pelaksanaan Tindakan siklus II dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan
dengan alokasi waktu 2x45menit 90 menit. Materi yang dibahas dalam tindakan siklus II ini adalah limbah dan pengolahannya,
penanganan limbah dengan cara daur ulang, dan upaya pencegahan pencemaran lingkungan. Siklus II dilaksanakan pada hari Jumat, 25
Mei 2012 jam 3-4 08.30 – 10.00. Pelaksanaan siklus II seperti halnya yang dilakukan pada siklus I, yaitu melalui 5 tahapan: 1.
Persiapan, 2. Presentasi guru, 3. Kegiatan kelompok, 4. Presentasi kelompok, 5. Evaluasi.
Instrumen yang digunakan pada siklus II tidak berbeda jauh dengan siklus I. lembar aktivitas guru digunakan untuk mengetahui
aktivitas guru dikelas. Pada lembar aktivitas guru terdapat langkah- langkah yang harus dilaksanakan sesuai dengan RPP. Pengisian
lembar aktivitas guru dilakukan oleh observer yang ikut terlibat dalam proses penelitian tindakan kelas di SMA Pangudi Luhur
Sedayu. Berikut dibawah ini memuat langkah-langkah aktivitas guru yang sudah dilaksanakan pada tahap persiapan.
Dari hasil yang didapatkan pada refleksi siklus I guru mempersiapkan perangkat pembelajaran dengan sebaik-baiknya.
Sebelum memulai pembelajaran pada siklus II , guru mengabsen siswa dan terdapat 2 siswa yang tidak hadir karena sakit.
Pada saat pelaksanaan siklus I proses pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TSTS masih belum berjalan dengan
baik dikarenakan siswa belum pernah melaksanakan proses pembelajaran TSTS sehingga pada pelaksanaannya belum optimal.
Pada pelaksanaan siklus II ini dapat menerapkan prinsip pembelajaran kooperatif tipe TSTS dengan baik. Siswa diharapkan
lebih terbiasa dalam melaksanakan proses diskusi dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS pada siklus II karena sudah
pernah dilaksanakan pada siklus I. Tahap kedua dari model pembelajaran kooperatif tipe TSTS
adalah tahap presentasi guru. Pada tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan menjelaskan materi
pembelajaran secara garis besarnya karena dalam kegiatan kelompok siswa akan membahas LKS. LKS akan menjelaskan
siswa untuk mendalami lebih lanjut materi yang dibahas dan supaya siswa berusaha untuk menemukan sendiri materi yang
sedang dipelajari.
Gambar.4.4
ini mer kooper
tahap pa Pada um
tidak kelompok
dilakuka dengan
sering dengan
dimula Guru
pertany
bar.4.4. Guru Melakukan Presentasi di depan K Tahapan selanjutnya adalah kegiatan kelom
erupakan tahapan paling penting dalam mode kooperatif tipe TSTS. Tahap kegiatan kelompok
p paling penting dalam pembelajaran kooper da umumnya untuk tahapan kegiatan kelompok
k berbeda dengan siklus I. Pada kegiatan ompok diubah dari pelaksanaan siklus yang sebe
kukan karena melihat dari hasil belajar sisw ngan harapan peneliti. Beberapa faktor lainny
ng kurang dapat berkomunikasi dengan baik a ngan yang lain dalam kelompok sebelumnya
ulai dengan guru membagikan LKS dalam u meminta masing-masing anggota kelom
anyaan-pertanyaan yang ada di LKS dan mendiskusi
pan Kelas Siklus II kelompok. Tahapan
odel pembelajaran ok ini merupakan
kooperatif tipe TSTS. ok pada siklus II
an ini komposisi sebelumnya, hal ini
siswa tidak sesuai nnya adalah siswa
k antar siswa satu nya. Kegiatan ini
m tiap kelompok. ompok menjawab
diskusikannya.
memer Dalam
yang la sedang
membe bertam
lebih te asal unt
bertam kelompok
kelompok 8 be
Gambar.4.5
kelompok terhada
berpenda kelompok
Setelah selesai berdiskusi dalam tiap-tiap erintahkan bertamu kesalah satu kelompok
m kelompok dua orang siswa bertugas bertam lain dan mencari informasi dari kelompok ya
ngkan 2 orang siswa tinggal dalam kelompok berikan informasi tentang hasil diskusinya kepa
amu. Guru bertugas mengontrol jalannya diskusi h terkontrol, setelah waktu selesai siswa kemba
untuk menyampaikan hasil informasi yang di amu ke kelompok lain. Kelompok 1 bertamu
ompok 2 bertamu ke kelompok 3, dan sete ompok 8 bertamu ke kelompok 1.
bar.4.5. Siswa Melakukan Kegiatan Diskusi Kelompok Tahap berikutnya adalah presentasi kelom
ompok bertujuan untuk mengukur penguasaa hadap tugas yang telah diberikan dan melatih ke
pendapat dan menjawab pertanyaan. Guru pada ompok ini berperan sebagai moderator yang
ap kelompok guru pok yang berbeda.
tamu ke kelompok pok yang di kunjungi
pok yang bertugas kepada siswa yang
skusi agar suasana bali ke kelompok
g di dapatkan dari u ke kelompok 2,
seterusnya hingga
ompok Siklus II ompok. Presentasi
saan materi siswa h keberanian dalam
da tahap presentasi g mengawasi dan
mengat menangg
present bisa m
kepada pertany
membe
dalam menangg
kelompok de
Gambar.4.6.
guru m evaluasi
dengan menget
mengg
ngatur jalannya presentasi. Guru meminta nanggapi hasil diskusi dari kelompok ya
sentasi. Apabila kelompok yang melakukan pr menjawab pertanyaan, maka guru memberika
da kelompok lain untuk membantu menjaw anyaan dijawab kemudian guru memberikan
berikan penghargaan kepada kelompok yang m Pada tahap ini diharapkan semua siswa dapa
m proses presentasi kelompok baik menjaw nanggapi pertanyaan dan mempresentasikan
ompok dengan model pembelajaran kooperatif ti
bar.4.6. Siswa Melakukan Kegiatan Presentasi Kelom Setelah diskusi dan presentasi kelompok se
u memberikan tes akhir siklus II kepada siswa uasi. Soal tes berupa pilihan ganda dan ber
ngan alokasi waktu 15 menit. Pemberian tes ini ngetaui perkembangan siswa dalam proses
nggunakan model pembelajaran kooperati tipe T
nta siswa untuk yang melakukan
presentasi belum rikan kesempatan
njawabnya. Setelah an penguatan dan
g menjawab. dapat terlibat aktif
njawab pertanyaan, n hasil kegiatan
f tipe TSTS.
elompok Siklus II pok selesai kemudian
swa sebagai tahap erjumlah 10 soal
ni bertujuan untuk oses pembelajaran
TSTS.
Setelah siswa selesai mengerjakan tes dan hasil tes dikumpulkan, guru kemudian membagikan angket dan meminta
siswa untuk mengisi angket tersebut. Angket tersebut berisi pernyataan dan sikap siswa setelah menerima materi dengan
menggunakan model pembelajaran koperatif tipe TSTS. Dalam melaksanakan pembelajaran pada siklus I mulai dari
tahap persiapan, presentasi guru, kegiatan kelompok, presentasi kelompok dan evaluasi dapat dikatakan bahwa secara umum 5
tahapan pembelajaran kooperatif tipe TSTS sudah terlaksana dengan baik. Kekurangan pada siklus I sudah diperbaiki dalam
siklus II. c. Observasi
Dilihat dari keseluruhan aktivitas siswa dalam pembelajaran selama proses diskusi berlangsung yang meliputi interaksi tatap
muka, keterampilan komunikasi antar individu dan kelompok, saling ketergantungan positif, tanggung jawab individu dan
evaluasi proses kelompok dapat dikatakan baik. Hal ini terlihat dari keterlibatan siswa dalam mengikuti proses diskusi.
d. Refleksi Dari hasil observasi pada siklus II, aktifitas siswa dalam proses
pembelajaran sudah semakin baik dan mencapai target yang diharapkan peneliti.
C. Hasil Penelitian dan Analisis Data 1. Hasil Observasi Keaktifan Siswa
a. Kuisioner Kuisioner dalam penelitian ini diberikan 2 kali, pada awal
penelitian dan akhir penelitian. a.1. Kuisioner awal siklus I
Tabel 4.1. Hasil kuisioner siswa pada awal siklus I
No Rentang Skor
Siklus I Kualifikasi
1 80.01- 100
3 Siswa Sangat Tinggi
2 60.01 - 80
24 Siswa Tinggi
3 40.01 - 60
2 Siswa Sedang
4 20.01 - 40
- Rendah
5 0 - 20
- Sangat Rendah
Dari analisis yang diperoleh pada lembar kuisioner, bahwa siswa kelas XA SMA Pangudi Luhur Sedayu memiliki tingkat
keaktifan yang baik. Hal ini dibuktikan dari hasil kuisioner siswa yaitu terdapat 24 82.75 siswa mencapai kategori tinggi, 3
10.34 siswa mencapai kategori sangat tinggi dan 2 6.89 siswa mencapai kategori sedang. Untuk kategori rendah dan sangat
rendah tidak ada siswa yang masuk dalam kategori ini.
a.2. Kuisioner akhir siklus II Tabel 4.2. Hasil kuisioner siswa pada akhir siklus II
No Rentang Skor
Siklus II Kualifikasi
1 80.01- 100
4 Siswa Sangat Tinggi
2 60.01 - 80
25 Siswa Tinggi
3 40.01 - 60
1 Siswa Sedang
4 20.01 - 40
- Rendah
5 0 - 20
- Sangat Rendah
Pada siklus II dari analisis yang diperoleh dari lembar kuisioner siswa terjadi peningkatan pada kategori sangat tinggi
menjadi 4 siswa. Tingkat keaktifan siswa yang diperoleh semakin baik dari awal siklus I ke akhir siklus II, hal ini disebabkan siswa
terlibat aktif dalam proses pembelajaran pada siklus II. Hasil kuisioner siswa selengkapnya yaitu terdapat 4 13.33 siswa
mencapai kategori sangat tinggi, 25 83.33 siswa mencapai kategori tinggi dan 1 3.33 siswa mencapai kategori sedang.
b. Lembar Observasi Siswa Tabel 4.3. Hasil observasi aktivitas siswa selama pembelajaran
Unsur Siklus I
Siklus II Tingkat
∑ Tingkat
∑ Interaksi tatap
muka K
C B
5 12
43 8.3
20 71.6
K C
B 2
3 55
3.3 5
91.6 Keterampilan
komunikasi antar individu
dan kelompok K
C B
10 33
17 16.6
55 28.3
K C
B 5
20 35
8.3 33.3
58.3 Saling
ketergantun- gan positif
K C
B 15
31 14
25 51.6
23.3 K
C B
6 23
31 10
38.3 51.6
Tanggung jawab
individu K
C B
15 25
20 25
41.6 33.3
K C
B 3
27 30
5 45
50 Evaluasi
proses kelompok
K C
B 9
32 19
15 53.3
31.6 K
C B
6 29
25 10
48.3 41.6
Rata-rata K
C B
17.9 44.3
37.6 K
C B
7.3 33.9
58.6
Pada unsur interaksi tatap muka, pada siklus II masih terdapat siswa yang mencapai tingkat K yaitu sebesar 3.3,
namun terjadi penurunan dari siklus I yang pada awalnya sebesar 8.3. Siswa yang mencapai tingkat kurang pada unsur
interaksi tatap muka karena pada saat proses diskusi siswa tidak duduk saling berhadapan dan siswa masih sibuk sendiri
mengerjakan LKS dan masih kurang berinteraksi dengan anggota kelompoknya. Sedangkan pada tingkat C juga
mengalami penurunan dari 20
menjadi 5, hal ini dikarenakan siswa mulai tampil aktif saat berinteraksi dalam
kelompok. Namun masih ada siswa yang belum terlibat dalam kegiatan kelompok hal ini dikarenakan siswa tidak melihat
wajah teman sekelompoknya tetapi dapat berinteraksi dalam kelompok dengan baik. Pada tingkat B terjadi kenaikan pula
dari 71.6 menjadi 91.6, hal ini menunjukkan bahwa setiap anggota kelompok melaksanakan diskusi dengan interaksi tatap
muka yang baik yaitu dengan duduk saling berhadapan dan memandang wajah pada saat berdiskusi. Hampir semua
anggota kelompok mencapai tingkat B, dikarenakan semua anggota dalam satu kelompok merasa saling membutuhkan
sehingga proses diskusi dapat berjalan dengan baik dan interaksi tatap muka berlangsung dengan lancar.
Pada unsur keterampilan komunikasi antar individu dan kelompok, pada siklus II yang masih mencapai tingkat K sudah
berkurang dibandingkan dengan siklus I yaitu 8.3, disini siswa mulai mengikuti kegiatan berdiskusi secara optimal. Hal
ini dibuktikan adanya penurunan dari tingkat K siklus I sebesar 16.6 menjadi 8.3. Pada tingkat C mengalami penurunan
dari siklus I sebesar 55 menjadi 33.3, hal ini disebabkan adanya kemauan dari dalam diri siswa untuk saling
berkomunikasi antar individu dan kelompok. Pada tingkat B mengalami peningkatan dari 28.3 menjadi 58.3. Selama
diskusi siswa dapat menyampaikan pendapat atau mengajukan pertanyaan dengan jelas sehingga mudah dimengerti oleh
temannya, menghormati pendapat teman dan apabila mengajukan pertanyaan mengacungkan tangan dahulu.
Pada unsur saling ketergantungan positif, yang mencapai tingkat K sebesar 10 dan mengalami penurunan bila
dibandingkan dengan siklus I sebesar 25. Siswa yang masih mencapai tingkat K dapat disebabkan beberapa faktor, salah
satunya adalah rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan kepadanya masih kurang sehingga siswa tersebut
tidak aktif bertanya dan tidak aktif memberikan pendapatnya selama diskusi. Sedangkan pada tingkat C mengalami
penurunan dari 51.6 pada siklus I dan 38.3 pada siklus II,
hal ini menandakan bahwa siswa cenderung hanya mengerjakan LKS dan tidak terlibat aktif dalam bertanya
maupun mengemukakan pendapat kepada kelompok. Pada tingkat B pada siklus I mencapai 23.3 dan 51.6 pada siklus
II, ini menandakan selama proses kegiatan klompok dan proses diskusi siswa aktif bertanya, aktif memberikan pendapatnya,
mengerjakan LKS dan mendengarkan pendapat teman dalam
kelompok.
Pada unsur tanggung jawab individu, masih adanya siswa yang mencapai tingkat K sebesar 5 dan mengalami
penurunan bila dibandingkan pada siklus I sebesar 25. Hal ini dikarenakan siswa tidak dapat menjelaskan kepada kelompok
tentang materi yang ditugasinya dan siswa tidak mengerjakan LKS. Pada tingkat C mencapai 45 dan mengalami
peningkatan dari siklus I yang mencapai 41.6, dalam hal ini siswa tidak dapat menjelaskan kepada kelompok tentang materi
yang ditugasinya tetapi dapat mengerjakan LKS. Pada tingkat
B poin yang dicapai sebesar 50 dan mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 33.3. Siswa dapat menjelaskan kepada
kelompok tentang materi yang ditugasinya dan mengerjakan LKS.
Pada unsur evaluasi proses kelompok pada siklus II yang masih mencapai tingkat K sudah berkurang dibandingkan
dengan siklus I yaitu 10 dari 15. Siswa masih sering kurang terlibat aktif dalam kelompok bahkan siswa sering kurang
paham dengan materi yang diberikan oleh kelompok kepadanya. Sedangkan pada tingkat C mengalami penurunan
dari siklus I sebesar 53.3 menjadi 48.3, dalam hal ini siswa hanya mengerjakan LKS tetapi tidak dapat menjelaskan materi
yang menjadi tugasnya dan siswa mau mendengarkan pendapat temannya. Pada tingkat B mengalami peningkatan dari 31.6
menjadi 41.6. dalam proses berdiskusi siswa terlibat aktif disini siswa benar-benar menunjukkan saling kerja sama antara
siswa yang satu dengan yang lain dalam kelompok. Hal ini diperoleh karena adanya perubahan cara guru dalam mengajar
dan dalam membangkitkan semangat belajar siswa yaitu dengan mengaitkan materi pelajaran dengan fenomena-
fenomena alam yang terjadi pada saat ini.
2. Hasil Belajar Ranah Kognitif
a. Hasil Belajar Ranah Kognitif Siklus I Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam 2 siklus, sebelum
melakukan pembelajaran pada siklus I siswa diberikan soal test yang berfungsi untuk mengukur kemampuan awal siswa sebelum
dilakukan pembelajaran siklus I. setelah data awal didapatkan, guru melaksanakan proses pembelajaran siklus I. Pada akhir
pembelajaran siklus I, siswa diberikan tes akhir siklus I, tes ini berfungsi sebagai alat pengukur tingkat pemahaman dan
kemampuan siswa setelah pembelajaran berlangsung.
Tabel 4.4. Hasil Tes Awal
No Kriteria
Skor
1 Nilai siswa yang tertinggi
80 2
Nilai siswa yang terendah 30
3 Rata-rata
57.06 4
Jumlah siswa yang mencapai nilai ≥ 70
6 5
Jumlah siswa yang nilai 70 23
6 Jumlah siswa yang Hadir
29 7
Ketuntasan klasikal 20.68
Tabel 4.5. Hasil Tes Siklus I
No Kriteria
Skor
1 Nilai siswa yang tertinggi
70 2
Nilai siswa yang terendah 10
3 Rata-rata
53.33 4
Jumlah siswa yang mencapai nilai ≥ 70
9 5
Jumlah siswa yang nilai 70 21
6 Jumlah siswa yang Hadir
30 7
Ketuntasan klasikal 30
Skor rata-rata data awal sebesar 57,06 dan skor rata-rata siklus I adalah 53.33. Jadi, terdapat penurunan skor rata-rata data
awal ke rata-rata siklus I sebesar 3.73 poin. Adanya penurunan skor rata-rata sebesar 3.73 poin tersebut menunjukkan bahwa
pembelajaran siklus I dirasa belum berhasil. Jika dilihat dari ketuntasan belajar minimal tiap individu, pada siklus I terdapat 9
siswa yang sudah tuntas dalam belajar karena memperoleh skor ≥ 70 siswa mencapai daya serap minimal 70 dan hasil tes awal
menunjukkan ketuntasan belajar minimal tiap individu, terdapat 6 siswa yang sudah tuntas dalam belajar karena memperoleh skor ≥
70 siswa mencapai daya serap minimal 70. Sehingga jika dipersentase adalah sebesar 30 dan 20.68. Hal ini dapat
dikatakan bahwa secara klasikal, siswa kelas XA SMA Pangudi Luhur Sedayu pada siklus I belum tuntas belajar.
Pada siklus I, Siswa yang memperoleh skor 70 sebanyak 21 siswa atau 70 dan pada hasil tes awal siswa yang memperoleh
skor 70 sebanyak 23 siswa atau 79.31 . Dari data yang diperoleh dari proses pembelajaran pada siklus I, secara klasikal
siswa kelas XA SMA Pangudi Luhur belum tuntas. Namun pada proses pembelajaran pada siklus II diharapkan nantinya Siswa yang
masih belum mencapai ketuntasan belajar minimal pada siklus I diharapkan jumlahnya berkurang pada siklus II. Guru akan
memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I sehingga pada pembelajaran siklus II dapat lebih baik dan jumlah siswa yang
belum tuntas belajar dapat berkurang.
b. Hasil Belajar Ranah Kognitif Siklus II Pada akhir pembelajaran, siswa diberikan tes akhir siklus II,
tes ini berfungsi untuk mengukur tingkat pemahaman dan kemampuan siswa setelah pembelajaran berlangsung.
Tabel 4.6. Hasil Tes Siklus II
No Kriteria
Skor
1 Nilai siswa yang tertinggi
100 2
Nilai siswa yang terendah 40
3 Rata-rata
73.66 4
Jumlah siswa yang mencapai nilai ≥ 70
25 5
Jumlah siswa yang nilai 70 5
6 Jumlah siswa yang Hadir
30 7
Ketuntasan klasikal 83.3
Skor rata-rata dari data awal ke siklus I kemudian siklus II diketahui mengalami penurunan dan peningkatan yaitu dari data
awal ke siklus I mengalami penurunan dan pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Diketahui skor rata-rata data awal
sebesar 57.06 , skor rata-rata siklus I sebesar 53.33 dan skor rata- rata siklus II sebesar 73.66. Berdasarkan data tersebut dapat
diketahui skor rata-rata dari data awal ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Penurunan dari data awal ke siklus I sebesar 3.73 poin
dan peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 20.33 poin. Berdasarkan hasil analisis tersebut menunjukkan adanya
peningkatan dari siklus I ke siklus II. Peningkatan skor rata-rata tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran siklus II lebih baik dari
pada siklus I. Data pada siklus II menunjukkan bahwa siswa yang sudah
tuntas dalam belajar yang ditentukan oleh sekolah sebesar ≥ 70 siswa mencapai daya serap minimal 70 sebanyak 25 siswa.
Terjadi peningkatan jumlah siswa yang telah tuntas dalam belajar secara individu jika dibandingkan dengan siklus I sebanyak 9 siswa
dan data awal dari hasil tes awal sebanyak 6 siswa yang tuntas dalam belajar. Persentase ketuntasan belajar klasikal yang
ditetapkan oleh sekolah adalah 70 dari jumlah siswa yang mencapai daya serap ≥
70. Jumlah siswa yang mencapai daya serap ≥
70 pada siklus II sebanyak 25 siswa sehingga jika dipersentase adalah sebesar 83.3 sedangkan siswa yang
memperoleh skor 70 sebanyak 5 siswa atau 16.66. Hal ini dapat dikatakan bahwa secara klasikal, siswa kelas XA SMA
Pangudi Luhur Sedayu pada siklus II telah tuntas belajar. Pada data awal, tingkat ketuntasan belajar siswa secara
klasikal adalah 20.68. Pada siklus I, tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal adalah 30 sedangkan pada siklus II sebesar
83.3. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran mengalami peningkatan dari data awal ke siklus I dan dari siklus I
ke siklus II. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang dibuat oleh
peneliti pada penelitan tindakan kelas yaitu “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray TSTS dapat
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas XA SMA Pangudi Luhur Sedayu pada materi Pengelolaan Lingkungan tahun
ajaran 2011 – 2012”.
D. Pembahasan
1. Keaktifan Belajar Siswa Pembelajaran biologi dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Two Stay Two Stray TSTS dikelas XA SMA Pangudi Luhur Sedayu, telah dilakukan sesuai tahapan pelaksanaannya, yaitu
presentasi guru, kegiatan kelompok, presentasi kelompok, dan evaluasi. Peningkatan keaktifan siswa pada saat pembelajaran biologi
akan ditentukan dari kuisioner keaktifan siswa dan 5 aspek yang terdapat dalam lembar observasi keaktifan belajar siswa.
Dari hasil kuisioner yang diperoleh diawal siklus I, diketahui 82.75 siswa aktif mengikuti pelajaran biologi pada kriteria tinggi,
10.34 siswa aktif mengikuti pelajaran biologi pada kriteria sangat tinggi dan 6.89 siswa aktif dalam mengikuti pelajaran biologi pada
kriteria sedang. Pada akhir siklus II, terjadi peningkatan pada kriteria sangat tinggi menjadi 13.3 dan pada kriteria sedang mengalami
penurunan menjadi 3.3 setelah siswa melaksanakan proses pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray TSTS. Hal ini
menunjukan bahwa siswa mengalami perubahan dari dalam dirinya untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran biologi.
Pada lembar observasi keaktifan siswa dapat diketahui bahwa rata- rata tingkat ketercapaian lima unsur pembelajaran kooperatif secara
klasikal pada tingkat K dari siklus I ke siklus II mengalami penurunan. Penurunan persentase pada tingkat K berarti terjadi peningkatan
aktivitas belajar siswa yang dinilai melalui lima unsur pembelajaran kooperatif. Rata-rata ketercapaian tingkat K pada siklus I sebesar
17.8 dan pada siklus II sebesar 7.3. Rata-rata tingkat ketercapaian lima unsur pembelajaran kooperatif secara klasikal pada tingkat C dari
siklus I ke siklus II juga mengalami penurunan. Pada siklus I, rata-rata ketercapaian tingkat C sebesar 44.3 sedangkan pada siklus II sebesar
33.9. Pada tingkat B rata-rata tingkat ketercapaian lima unsur pembelajaran kooperatif secara klasikal dari siklus I ke siklus II
mengalami peningkatan. Pada siklus I rata-rata ketercapaian tingkat B sebesar 37.6 sedangkan pada siklus II sebesar 58.6. Peningkatan
ini disebabkan siswa sudah melaksanakan diskusi kelompok dengan baik dan sesuai prosedur dalam pembelajaran kooperatif tipe TSTS.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat ketercapaian lima unsur pembelajaran kooperatif secara
klasikal dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan baik pada tingkat K, tingkat C maupun tingkat B. Peningkatan ini menunjukkan
bahwa aktifitas belajar siswa sudah berjalan dengan baik. Penerapan
pembelajaran kooperatif tipe TSTS ini bertujuan untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. Dimana dalam pelaksanaannya siswa lebih
berperan aktif dan bukan hanya sebagai penerima informasi dari guru. Jadi, selain memperoleh pengetahuan siswa juga mendapatkan
keterampilan dan membangun sikap mental dengan cara memupuk kerjasama yang kuat dalam kelompoknya. Hal ini dapat dilihat dari
hasil belajar yang meningkat dari siklus I ke siklus II. Berdasarkan hasil analisis tingkat aktivitas belajar kooperatif pada siklus I dan
siklus II menunjukkan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung mempunyai kecenderungan ke arah baik B.
Berdasarkan pembahasan
aktivitas belajar
siswa dalam
pembelajaran menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal
ini dapat dilihat berdasarkan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung dari siklus I ke siklus II mempunyai kecenderungan ke
arah baik B. Meskipun pada siklus II masih terdapat siswa yang mencapai tingkat kurang K dan cukup C namun jumlahnya telah
mengalami penurunan jika dibandingkan dengan siklus I. Siswa yang masih mencapai tingkat K dan C tersebut perlu ada bimbingan dan
arahan dari guru supaya aktivitas belajar mereka dapat lebih baik. Meningkatnya aktivitas siswa ke arah baik B dari siklus I ke siklus II
juga dipengaruhi oleh aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran. Guru melaksanakan pembelajaran dengan baik sehingga siswa menjadi
bersemangat dalam melaksanakan pembelajaran dan pada akhirnya aktivitas siswa menjadi meningkat.
Adanya peningkatan keaktifan siswa kelas XA SMA Pangudi Luhur Sedayu menunjukan bahwa proses pembelajaran kooperatif tipe
Two Stay Two Stray TSTS dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam pelajaran Biologi.
2. Hasil Belajar Ranah Kognitif Hasil belajar ranah kognitif siswa dapat diketahui dari setiap hasil
yang diperoleh pada awal siklus I, siklus I, dan siklus II. Sebelum melakukan tindakan siklus I, peneliti memberikan tes awal dan
hasilnya rata-rata nilai siswa 57.06 dan 20.68 siswa yang tuntas KKM. Setelah dilakukan tindakan siklus I, hasil belajar ranah kognitif
yang didapatkan tidak jauh berbeda dari hasil tes awal yaitu 53.33 dan 30 siswa tuntas KKM. Jika dilihat dari hasil rata-rata antara tes awal
dan tes siklus I mengalami penurunan, namun dilihat dari hasil KKM yang diperoleh dari awal siklus ke siklus I mengalami peningkatan.
Pelaksanaan siklus I ini jauh dari harapan peneliti yaitu 50 siswa tuntas KKM
≥70. Hal ini disebabkan banyaknya siswa cenderung diam dan asyik dengan kegiatan sendiri-sendiri saat proses pembelajaran
berlangsung. Dari hasil pelaksanaan siklus II, Rata-rata hasil belajar ranah
kognitif siswa mengalami peningkatan secara signifikan, dari 53.33
menjadi 73.66 dan siswa yang mencapai KKM sebanyak 83.3. Adanya peningkatan secara signifikan, hal ini disebabkan banyaknya
siswa yang antusias terhadap proses pembelajaran, rasa antusias muncul setelah peneliti memberikan motivasi dalam pembelajaran
dengan mengaitkan materi pembelajaran yang diajarkan dengan fenomena-fenomena alam yang ada disekitar lingkungan saat ini dan
hasilnya siswa mengikuti proses pembelajaran dan prosedur pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray TSTS dengan baik.
Peningkatan yang diperoleh secara signifikan dari awal siklus, siklus I siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan peneliti, maka
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray TSTS dan meningkatkan hasil belajar siswa kelas XA
SMA Pangudi Luhur Sedayu. Tabel 4.7. Hasil Belajar Siswa Pada Data Awal, Siklus I, dan Siklus II
No Kriteria
Skor Tes Awal
Skor Tes Siklus I
Skor Tes Siklus II
1 Nilai siswa yang tertinggi
80 70
100 2
Nilai siswa yang terendah 30
10 40
3 Rata-rata
57.06 53.33
73.66 4
Jumlah siswa yang mencapai nilai ≥
70 6
9 25
5 Jumlah siswa yang nilai 70
23 21
5 6
Jumlah siswa yang hadir 29
30 30
7 Ketuntasan klasikal
20.68 30
83.3
Gam
20 40
60 80
100 120
140 160
180
Tes awal
Grafik Skor Rata-rata dan Ketuntasan Klasikal Siswa
ambar.4.7. Skor rata-rata dan ketuntasan klasik
57.06 53.33
73.66 20.68
30 83.3
Tes awal Tes Siklus I
Tes Siklus II
Grafik Skor Rata-rata dan Ketuntasan Klasikal Siswa
asikal siswa
Grafik Skor Rata-rata dan Ketuntasan Klasikal Siswa
Ketuntasan Klasikal
Skor Rata- Rata
86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa keaktifan dan hasil belajar Biologi Siswa
kelas XA SMA Pangudi Luhur Sedayu pada pokok Pengelolaan Lingkungan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Two
Stay Two Stray TSTS mengalami peningkatan. Dari hasil pengolahan data yang diperoleh dari penelitian
pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray TSTS sebagai upaya meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
Biologi siswa pada pokok Pengelolaan Lingkungan di kelas XA SMA Pangudi Luhur Sedayu, terdapat beberapa aspek keaktifan
belajar siswa yang mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu 5 aspek untuk mengukur keaktifan siswa antara lain: aspek
Interaksi tatap muka dari 71.6 menjadi 91.6, Keterampilan komunikasi antar individu dan kelompok dari 28.3 menjadi 58.3,
saling ketergantungan positif dari 23.3 menjadi 51.6, Tanggung jawab individu dari 33.3 menjadi 50 dan aspek Evaluasi proses
kelompok dari 31.6 menjadi 41.6. Sementara itu untuk hasil belajar siswa didapatkan data awal,
tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal adalah 20.68, pada