Uji Ketidaksesuaian Model Orde Kedua

Albert : Studi Penerapan Response Surface Methodology RSM Dalam Proses Pembuatan Botol Untuk Peningkatan Produktivitas Produk Botol Di CV. Bobofood, 2009. USU Repository © 2009 Hasil perkalian matriks menghasilkan yaitu: b : 7,6 b 1 : 0,76 b 2 : 0,23 b 3 : -0,88 b 11 : -1,22 b 22 : -0,52 b 33 : -1,05 b 12 : -0,13 b 13 : 1,38 b 23 : 0,13 Dari langkah-langkah perhitungan diatas maka telah dapat diperoleh persamaan model orde kedua yaitu: Y = 7,6 + 0,76x 1 + 0,23x 2 – 0,88x 3 - 1,22x 1 2 – 0,52x 2 2 – 1,05x 3 2 – 0,13x 1 x 2 + 1,38x 1 x 3 + 0,13x 2 x 3

5.2.5. Uji Ketidaksesuaian Model Orde Kedua

Uji ketidaksesuaian terhadap model orde kedua dilakukan sebagai dasar untuk menentukan titik optimum faktor. Uji ini bertujuan melihat kesesuaian model yang dibangun terhadap data hasil eksperimen. Cara perhitungan akan dijabarkan sebagai berikut: 1. Perhitungan df degree of freedom a. Model Orde Pertama Albert : Studi Penerapan Response Surface Methodology RSM Dalam Proses Pembuatan Botol Untuk Peningkatan Produktivitas Produk Botol Di CV. Bobofood, 2009. USU Repository © 2009 Perhitungan untuk model orde pertama adalah: k = 3 b. Model Orde kedua Perhitungan untuk model orde kedua adalah: 2 1 + k k = = = 6 c. Lack of fit Perhitungan untuk lack of fit adalah: 2 3 2 + − k k n = 14 = = 5 d. Error Perhitungan untuk error adalah: n 1 -1 = 6 - 1 = 5 e. Total Perhitungan untuk total adalah: n 1 + n 2 – 1 = 6 + 14 - 1 = 19 Albert : Studi Penerapan Response Surface Methodology RSM Dalam Proses Pembuatan Botol Untuk Peningkatan Produktivitas Produk Botol Di CV. Bobofood, 2009. USU Repository © 2009 2. Perhitungan SS sum of square a. Model Orde Pertama Perhitungan untuk model orde pertama adalah: ∑ = k i i iy b 1 = 0,76 x 10,36 + 0,23 x 3,09 + -0,88 x -12,05 = 19,19 b. Model Orde Kedua Perhitungan adalah: ∑ ∑ = − + + k i j i ij ii N G ijy b iiy b y b 1 2 = 114 x 7,6 + 61,97 x -1,22 + 73,28 x -0,52 + 64,8 x -1,05 + -1 x -0,13 + 11 x 1,38 + 1 x 0,13 + x -0,13 - 114 2 20 = 50,78 c. Error Perhitungan untuk error adalah sebagai berikut: ∑ − − 2 1 i u y y = 10 – 7,67 2 + 7 – 7,67 2 + 7 – 7,67 2 + 8 – 7,67 2 + 9 – 7,67 2 + 5 – 7,67 2 = 5,44 + 0,44 + 0,44 + 0,11 + 1,78 + 7,11 = 15,33 d. Total Perhitungan untuk total adalah sebagai berikut: ∑ = − N u u N G y 1 2 2 = 8 2 + 7 2 + … + 9 2 + 5 2 - 114 2 20 = 122,2 Albert : Studi Penerapan Response Surface Methodology RSM Dalam Proses Pembuatan Botol Untuk Peningkatan Produktivitas Produk Botol Di CV. Bobofood, 2009. USU Repository © 2009 e. Lack of Fit Perhitungan untuk lack of fit adalah melalui pengurangan sebagai berikut: = 122,2 - 15,33 – 50,78 – 19,19 = 36,9 3. Perhitungan MS mean square Contoh perhitungan pada MS Model Orde Pertama adalah sebagai berikut: MS = SS n df n = 19,19 3 = 6,4 Perhitungan yang sama dilakukan terhadap sumber lainnya. 4. Perhitungan F hit Contoh perhitungan pada F hit Model Orde Pertama adalah sebagai berikut: F hit = MS n MS e = 6,4 3,07 = 2,09 Perhitungan yang sama dilakukan terhadap sumber lainnya. 5. Pengujian hipotesis sumber Hipotesis sumber-sumber yang diuji dibandingkan terhadap F hit . Bila F hitung F tabel ; maka H o ditolak dan sebaliknyan bila F hitung F tabel ; maka H o diterima. Pengujian sumber adalah sebagai berikut: a. Model Orde Pertama H = Model Orde Pertama tidak memiliki efek terhadap jumlah produk cacat yang dihasilkan. Albert : Studi Penerapan Response Surface Methodology RSM Dalam Proses Pembuatan Botol Untuk Peningkatan Produktivitas Produk Botol Di CV. Bobofood, 2009. USU Repository © 2009 H 1 = Model Orde Pertama memiliki efek terhadap jumlah produk cacat yang dihasilkan. Pengujian: F hitung F tabel0,05,3,5 2,09 5,41 maka H o diterima dan disimpulkan bahwa Model Orde Pertama tidak memiliki efek terhadap jumlah produk cacat yang dihasilkan. b. Model Orde Kedua H = Model Orde Kedua tidak memiliki efek terhadap jumlah produk cacat yang dihasilkan. H 1 = Model Orde Kedua memiliki efek terhadap jumlah produk cacat yang dihasilkan. Pengujian: F hitung F tabel0,05,6,5 2,76 4,95 maka H o diterima dan disimpulkan bahwa Model Orde Kedua tidak memiliki efek terhadap jumlah produk cacat yang dihasilkan. c. Lack of fit ketidaksuaian model H = Model tidak memiliki ketidaksesuaian terhadap jumlah produk cacat yang dihasilkan. H 1 = Model memiliki ketidaksesuaian terhadap jumlah produk cacat yang dihasilkan. Pengujian: F hitung F tabel0,05,5,5 2,41 5,05 maka H o diterima dan disimpulkan bahwa model tidak memiliki ketidaksesuaian terhadap jumlah produk cacat yang dihasilkan. Hasil dari uji ini dapat dilihat pada Tabel 5.10. Perhitungan Uji Ketidaksesuaian untuk Model Orde Kedua. Albert : Studi Penerapan Response Surface Methodology RSM Dalam Proses Pembuatan Botol Untuk Peningkatan Produktivitas Produk Botol Di CV. Bobofood, 2009. USU Repository © 2009 Tabel 5.10. Perhitungan Uji Ketidaksesuaian untuk Model Orde Kedua df SS MS F hit F tabel Model Orde Pertama 3 19,19 6,40 2,09 5,41 Model Orde Kedua 6 50,78 8,46 2,76 4,95 Lack of Fit 5 36,9 7,38 2,41 5,05 Error 5 15,33 3,07 Total 19 122,2 Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa model orde kedua yang dibangun sesuai dengan percobaan yang dilakukan. Hal ini berarti model yang dibangun relevan untuk menentukan titik optimum dari masing-masing faktor.

5.2.6. Penentuan Titik Optimum Faktor