Albert : Studi Penerapan Response Surface Methodology RSM Dalam Proses Pembuatan Botol Untuk Peningkatan Produktivitas Produk Botol Di CV. Bobofood, 2009.
USU Repository © 2009
BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
6.1. Analisis Model Orde Pertama
Model orde pertama dibuat sebagai pendekatan untuk mencari daerah optimal yang akan digunakan dalam eksperimen. Untuk membangun model orde
pertama, terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data dengan desain eksperimen. Pengumpulan data menggunakan 11 buah perlakuan dan dari hasil pengumpulan
yang diperoleh, data kemudian diolah dengan menggunakan pendekatan matriks. Dari hasil pengolahan data, diperoleh model orde pertama adalah: Y = 35,36 –
0,25 x
1
- 3 x
2
– 1,75 x
3
. Untuk menentukan apakah model yang dibangun telah cocok dengan data
yang telah dikumpulkan maka dilakukan uji ketidaksesuaian terhadap model orde pertama. Ketidaksesuaian menyatakan deviasi respon terhadap model yang
dibangun. Dalam uji ini juga mengukur besar kekeliruan eksperimen yang telah dilakukan.
Dari uji yang dilakukan dapat dilihat bahwa tidak ada ketidaksesuaian, hal ini terlihat dari F
hit
yang lebih kecil dari F
tabel
pada model linier dan lack of fit sehingga dapat simpulkan bahwa tidak ada ketidaksesuaian terhadap model yang
dibangun. Karena tidak ada ketidaksesuaian pada model orde pertama, maka penelitian dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu tahap Steepest Descent.
Albert : Studi Penerapan Response Surface Methodology RSM Dalam Proses Pembuatan Botol Untuk Peningkatan Produktivitas Produk Botol Di CV. Bobofood, 2009.
USU Repository © 2009
6.2. Analisis Steepest Descent
Setelah model orde pertama diperoleh, langkah selanjutnya adalah melakukan prosedur Steepest Descent, yang bertujuan mencari wilayah yang
memberikan nilai minimum dari fungsi model orde pertama. Hasil yang diperoleh dari prosedur ini dapat dilihat pada Tabel 6.1. Perhitungan Pergerakan Level pada
Metode Steepest Descent.
Tabel 6.1. Perhitungan Pergerakan Level pada Metode Steepest Descent Prosedur
x
1
x
2
x
3
Perubahan relatif pada unit desain b
i
-0,25 -3
-1,75 Unit origin 1 unit desain
10 0,05
5 Perubahan relatif pada unit origin
-2,5 -0,15
-8,75 Perubahan per n pada variabel i
∆ 1
0,06 3,5
Pergerakan steepest descent x
1
x
2
x
3
Hasil Percobaan
Level awal origin=o 190
0,65 115
Pergerakan Level o + n ∆; n = 1
191 0,71
119 33
Pergerakan Level o + n ∆; n = 2
192 0,77
122 27
Pergerakan Level o + n ∆; n = 3
193 0,83
126 25
Pergerakan Level o + n ∆; n = 4
194 0,89
129 19
Pergerakan Level o + n ∆; n = 5
195 0,95
133 15
Pergerakan Level o + n ∆; n = 6
196 1,01
136 10
Pergerakan Level o + n ∆; n = 7
197 1,07
140 7
Pergerakan Level o + n ∆; n = 8
198 1,13
143 9
Dari Tabel 6.1. dapat dilihat bahwa level yang memberikan nilai jumlah cacat minimum adalah level di pergerakan ke n = 7, dengan jumlah cacat 7 buah
botol, dimana putaran x
1
= 197 rpm, tekanan x
2
= 1,07 psi dan temperatur x
3
Albert : Studi Penerapan Response Surface Methodology RSM Dalam Proses Pembuatan Botol Untuk Peningkatan Produktivitas Produk Botol Di CV. Bobofood, 2009.
USU Repository © 2009
= 140 °C. Setting ini ditetapkan sebagai titik origin untuk penelitian berikutnya
karena sesuai tujuan penelitian yaitu eksplorasi menuju wilayah optimum dimana dalam hal ini adalah optimisasi untuk minimisasi fungsi. Dari penentuan titik
origin ini, langkah selanjutnya adalah penentuan titik di level 1 dan -1. Hasil penentuan yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 6.2. Nilai Faktor setelah
Steepest Descent. Titik ini akan digunakan sebagai titik untuk penentuan model orde kedua.
Tabel 6.2. Nilai Faktor setelah Steepest Descent Faktor
-1 1
Putaran x
1
187 rpm 197 rpm
207 rpm
Tekanan x
2
1,02 psi 1,07 psi
1,12 psi
Temperatur x
3
135 °C
140 °C
150 °C
6.3. Analisis Model Orde Kedua