Analisis Model Orde Kedua Analisis Penentuan Titik Optimum Faktor

Albert : Studi Penerapan Response Surface Methodology RSM Dalam Proses Pembuatan Botol Untuk Peningkatan Produktivitas Produk Botol Di CV. Bobofood, 2009. USU Repository © 2009 = 140 °C. Setting ini ditetapkan sebagai titik origin untuk penelitian berikutnya karena sesuai tujuan penelitian yaitu eksplorasi menuju wilayah optimum dimana dalam hal ini adalah optimisasi untuk minimisasi fungsi. Dari penentuan titik origin ini, langkah selanjutnya adalah penentuan titik di level 1 dan -1. Hasil penentuan yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 6.2. Nilai Faktor setelah Steepest Descent. Titik ini akan digunakan sebagai titik untuk penentuan model orde kedua. Tabel 6.2. Nilai Faktor setelah Steepest Descent Faktor -1 1 Putaran x 1 187 rpm 197 rpm 207 rpm Tekanan x 2 1,02 psi 1,07 psi 1,12 psi Temperatur x 3 135 °C 140 °C 150 °C

6.3. Analisis Model Orde Kedua

Penentuan model orde kedua menggunakan Central Composite Design CCD dimana di dalam CCD terdapat star points . Dalam hal ini nilai adalah = ± 1,68. Nilai setting untuk = ± 1,68 pada masing – masing faktor dapat dilihat pada Tabel 6.3 . Nilai untuk Masing-masing Faktor. Tabel 6.3. Nilai untuk Masing-masing Faktor Putaran Tekanan Temperatur 1,68 214 1.15 148 -168 180 0.99 131 Albert : Studi Penerapan Response Surface Methodology RSM Dalam Proses Pembuatan Botol Untuk Peningkatan Produktivitas Produk Botol Di CV. Bobofood, 2009. USU Repository © 2009 Penggunaan CCD memiliki 20 perlakuan antara lain: 8 perlakuan dititik kubik, 6 perlakukan di titik star dan 6 perlakuan dititik pusat. Perlakuan yang lebih banyak daripada desain pada model orde pertama adalah untuk eksplorasi disekitar wilayah optimum. Setting faktor yang telah ditentukan tersebut digunakan dalam pengumpulan data. Hasil pengolahan data untuk menghasilkan model orde kedua memperoleh hasil yaitu: Y = 7,6 + 0,76x 1 + 0,23x 2 – 0,88x 3 - 1,22x 1 2 – 0,52x 2 2 – 1,05x 3 2 – 0,13x 1 x 2 + 1,38x 1 x 3 + 0,13x 2 x 3 Untuk menentukan apakah model yang dibangun telah cocok dengan data yang telah dikumpulkan maka dilakukan uji ketidaksesuaian terhadap model orde pertama. Ketidaksesuaian menyatakan deviasi respon terhadap model yang dibangun. Dalam uji ini juga mengukur besar kekeliruan eksperimen yang telah dilakukan. Dari hasil pengujian yang dilakukan dapat diketahui bahwa tidak ada ketidaksesuaian pada model orde kedua yang dibagnun. Hal ini terlihat dari F hit yang lebih kecil dari F tabel pada model linier, model kuadratis dan lack of fit sehingga dapat simpulkan bahwa tidak ada ketidaksesuaian terhadap model yang dibangun. Karena tidak ada ketidaksesuaian pada model keuda, maka tahap berikutnya adalah penentuan nilai optimum faktor.

6.4. Analisis Penentuan Titik Optimum Faktor

Penentuan titik optimum faktor adalah berdasarkan model orde kedua yang diperoleh. Hasil penentuan titik optimum adalah sebagai berikut: Albert : Studi Penerapan Response Surface Methodology RSM Dalam Proses Pembuatan Botol Untuk Peningkatan Produktivitas Produk Botol Di CV. Bobofood, 2009. USU Repository © 2009 Putaran mesin = 198,1 rpm ≈ 198 rpm Tekanan mesin = 1,08 psi ≈ 1,1 psi Temperatur = 137,8 °C ≈ 138 °C Kondisi operasi inilah yang akan diterapkan pada proses pembuatan botol untuk pengukuran produktivitas sehingga dapat dilihat apakah hasil penelitian ini memiliki dampak yang positif terhadap produktivitas perusahaan.

6.5. Analisis Produktivitas