Tinjauan Konsep Bunyi Kajian Teoretis

Marsenne melakukan percobaan dengan menggunakan alat sanometer untuk menyelidiki hubungan antara frekuensi dengan panjang senar. Sehingga dihasilkan kesimpulan sebagai berikut. 52 1. Panjang senar; semakin pendek senar semakin tinggi frekuensinya 2. Luas penampang senar; semakin tipis senar semakin tinggi frekuensinya 3. Tegangan senar; semakin tegang senar, semakin tinggi frekuensinya 4. Massa jenis bahan senar; semakin kecil massa jenis bahan senar, semakin tinggi frekuensinya Intensitas bunyi atau kuat lemah bunyi ditentukan oleh empat faktor. 1. Amplitudo sumber bunyi, Amplitudo adalah simpangan getaran dari titik keseimbangan. Bunyi yang kuat memiliki amplitudo yang besar, sebaliknya bunyi yang lemah memiliki amplitudo yang kecil 2. Jarak antara sumber bunyi dan pendengar, Semakin jauh sumber bunyi dari pendengar, bunyi akan terdengar semakin lemah. 3. Resonansi, yaitu peristiwa ikut bergetarnya suatu benda apabila benda lain digetarkan. Resonansi akan terjadi apabila frekuensi benda yang bergetar sama dengan frekuensi alami dari benda yang ikut bergetar. Peristiwa resonansi banyak dimanfaatkan pada alat-alat musik. Alat musik yang memanfaatkan resonansi untuk memeperkuat bunyinya ditandai dengan adanya kotak resonansi, seperti pada gitar, biola, kecapi, dan selo. 4. Bidang pemantul reflektor bunyi akan terdengar lebih keras apabila mengenai permukaan yang keras. Jadi, kuat lemah bunyi juga dipengaruhi oleh bidang pemantul. Bunyi akan memantul jika mengenai permukaan yang keras. Pemantulan bunyi dibedakan menjadi dua yaitu gema dan gaung. 1. Gema adalah bunyi pantul yang terdengar setelah bunyi asli selesai dikatakan. Gema terjadi apabila sumber bunyi dan permukaan pentul jaraknya sangat jauh. 2. Gaung adalah bunyi pantul yang berbaur dengan bunyi asli sehingga bunyi asli terdengar tidak jelas. Gema terjadi apabila sumber bunyi dan permukaan pantul jaraknya dekat. 52 Wasis, Loc. Cit., Pemantulan bunyi dapat dimanfaatkan sebagai pengukur kedalaman laut. Gelombang bunyi bergerak bolak-balik sehingga untuk mnegukur kedalaman laut dinyatakan dalam persamaan: 53 ℎ = . 2 dengan h= kedalaman laut m v = cepat rambat bunyi ms t = waktu terdengar pantulan bunyi s

B. Penelitian yang Relevan

Ali Günay Balım The Effects of Discovery Learning on Students’ Success and Inquiry Learning Skills. Metode pembelajaran Discovery mengharuskan siswa mengomentari konsep, informasi, dan insiden dengan membahas dan mengajukan pertanyaan dan mencapai informasi itu sendiri, dengan kata lain siswa mencari dan menemukan solusi melalui praktek. Itulah mengapa siswa harus berpartisipasi dalam kegiatan kelas juga dalam kelompok dan menggunakan laboratorium sains lebih aktif. Menggunakan metode pembelajaran Discovery, yang merupakan salah satu dari berbagai metode pengajaran di mana siswa aktif dan guru membimbing mereka, diyakini dapat meningkatkan keberhasilan siswa dan penyelidikan keterampilan belajar lebih banyak daripada menggunakan metode pengajaran tradisional. 54 JohnW McBride Using an Inquiry Approach to Teach Science to Secondary School Science Teachers. Ilmu pengetahuan berbasis penyelidikan telah berada di pusat reformasi pendidikan di Amerika Serikat selama 40 tahun terakhir. The Physics oleh program Inquiry didirikan untuk melatih guru dalam strategi yang diperlukan dalam menerapkan program pembelajaran berbasis inquiry. Penelitian ini merupakan pelatihan yang melibatkan guru dalam ilmu berbasis inquiry kepada guru sehingga guru dapat menerapkan kembali ke kelas mereka dengan banyak wawasan dan menerapkan ide-ide terbaik kepada siswa 53 Karim, Op. Cit., h. 268 54 Ali Günay Balim, “The Effects of Discovery Learning on Students’ Success and Inquiry learning Skills”, Egitim Arastirmalari-Eurasian Journal of Educational Research, No. 35, vol. 1-20 2009, diakses dari httpwww.qcy520_desmond_j1.pdfjournals tanggal 22 april 2013 mereka. Peneliti juga melihat hasil dari program melalui pencapaian siswa setelah guru diberi pelatihan, dihasilkan bahwa siswa telah memiliki proses sains dan antusiasme belajar ilmu melalui ilmu pengetahuan berbasis inkuiri. Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa sekarang lebih sering mendapatkan masuk ke universitas dan bahkan lebih sering memilih sains sebagai pilihan utama mereka . Program ini terus-menerus tumbuhan baik jumlah guru sains yang terlatih dan jumlah siswa mereka yang datang ke universitas dan pilih bidang ilmu seperti mereka utama. 55 Siti Nur Hafsyah mengembangkan dan menerapkan pembelajaran berbasis inkuiri terstruktur menunjukkan hasil belajar fisika siswa SMP yang menggunakan model inkuiri terstruktur dengan media virtual-lab dapat dinyatakan tuntas secara klasikal dengan persentase ketuntasan hasil belajar sebesar 82,14. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar fisika siswa yang menggunakan model inkuiri terstruktur dengan media virtual-lab dengan yang menggunakan model konvensional pada pembelajaran fisika di SMP. 56 Yanti Herlanti Pendekatan inkuiri yang banyak diimplemtasikan oleh para guru di MA Se-Jakarta Selatan adalah pelaksanaan penelitian, pengumpulan data, dan analisis data. Adapun kegiatan inkuiri yang jarang dilakukan oleh guru di MA Se-Jakarta Selatan adalah kegiatan merumuskan pertanyaan penelitian, mengajukan pertanyaan, merancang penelitian, dan merumuskan hipotesis. 57 Syamsir Hidayat dalam penelitiannya menunjukkan bahwa Terdapat pengaruh pemberian assessment essay terhadap pencapaian kompetensi kognitif siswa dalam pembelajaran Fisika menggunakan pendekatan ekspositori dan inkuiri. Pemberian assessment essay menyebabkan pencapaian kompetensi 55 JohnW McBride, “Using an Inquiry Approach to Teach Science to Secondary School Science Teachers”, IOP publishing ltd physics education, No. 39. Vol. 5. 2004, diakses dari httpwww.iop.orgjournalsphysed, tanggal 22 april 2013 56 Siti Nur Hafshah. dkk, “Penerapan Model Inkuiri Terstruktur dengan Media Virtual- Lab pada Pembelajaran Fisika di Smp”, Program Studi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Jember, No. 2, vol. 1, 2012, , 2012, diakses dari httpwww.jpf.fkip.unej.org tanggal 22 april 2013 57 Yanti Herlanti. dkk, “Penggunaan Pendekatan Inkuiri pada Pembelajaran Biologi di Madrasah Aliah Se-Jakarta Selatan”, Seminar Nasional X Pendidikan Biologi FKIP UNS diakses pada Apri 2014 http:ejournal.uns.ac.id kognitif siswa lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian essay biasa dalam pembelajaran fisika menggunakan pendekatan ekspositori dan inkuiri. 58

C. Kerangka Berpikir

Kerangka pikir dalam penelitian ini merujuk pada tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan sains adalah membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman serta mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan untuk menyelidiki komponen-komponen kehidupan fisik, material, dan teknologi dari lingkungan mereka secara ilmiah. Untuk itu, setiap pembelajaran dalam pendidikan sains harus menumbuhkan kualitas pemikiran semacam kemandirian berpikir, keaslian ide, dan kebebasan berpikir. Hal tersebut dapat meningkatkan kualitas pemikiran menjadi nilai-nilai sosial. Dalam praktik pendidikan sains, fisika merupakan salah satu cabang IPA yang memiliki tujuan agar siswa memiliki kemampuan untuk memahami berbagai macam gelaja alam, prinsip dan konsep IPA, serta keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat. 59 Oleh karena itu, pembelajaran fisika di sekolah harus benar-benar dikelola dengan baik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dalam proses pembelajaran IPA, khususnya fisika, belajar akan lebih bermakna manakala siswa mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. 60 Pengetahuan yang bermakna tidak cukup hanya melalui transfer pengetahuan dengan cara mendengarkan ceramah guru dan membaca buku. Pengetahuan bermakna diperoleh manakala siswa mampu berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya. Jerome Bruner menyarankan agar siswa-siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi secara aktif untuk memperoleh pengalaman dalam menemukan 58 Syamsir Hidayat, dkk, Pengaruh Pemberian Assessment Essay Terhadap Pencapaian Kompetensi Siswa Dalam Pembelajaran Fisika Menggunakan Pendekatan Ekspositori Dan Inkuiri Di Kelas XI Ia Sma N 1 Kecamatan Suliki Kabupaten Lima Puluh Kota, Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, 2012 diakses pada April 2014 http:ejournal.unp.ac.id 59 Depdikbud., Op. Cit., h. 22 60 Sofan Amri Iif Khoiru Ahmadi, Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010, h. 21 prinsip-prinsip. 61 Namun, fakta pada proses pembelajaran saat ini adalah guru kurang menitikberatkan pada penalaran dan pengembangan intelektual siswa, dan kurangnya keaktifan siswa dalam kelas. Siswa hanya dituntut untuk menghafalkan serangkaian formulasi dan mampu mengerjakan soal-soal yang diberikan guru tanpa dibekali pengalaman bagaimana menemukan formulasi tersebut. Kurangnya pengembangan kemampuan berpikir siswa akan menjadikan siswa hanya sebagai subjek pembelajar yang cenderung pasif dan kurang memahami esensi dari pembelajaran fisika itu sendiri, sehingga secara tidak langsung akan menjadikan fisika hanya dikenal sebagai serangkaian sejarah IPA. Konsep bunyi merupakan salah satu materi fisika yan membutuhkan tingkat pemahaman konsep siswa yang cukup tinggi. Siswa diharapkan mampu memahami dan menghubungkan dalam kehidupan seharihari. Oleh karena itu, penggunaan pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran yang tepat dan bervariasi sangatlah diperlukan untuk pembelajaran fisika yang lebih baik. Sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi permasalah tersebut, model pembelajaran inkuiri dapat diterapkan untuk meningkatkan peran siswa selama proses pembelajaran. Model penbelajaran inkuiri terstruktur dianggap sebagai model inkuiri yang efektif dalam proses pembelajaran. Dalam model inkuiri terstruktur ini guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Dengan demikian, model pembelajaran inkuri terstruktur dapat digunakan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas guna memberikan suatu inovasi dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kerja ilmiah siswa dalam memperoleh pengetahuan. 61 Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar Jakarta: Erlangga, 1996, h. 103