beliau selalu mendapatkan perlakuan yang kasar dan tidak manusiawi.
90
Nabi dan keluarganya diasingkan. Sepanjang periode ini tidak pernah mengutuk seorang pun,
juga tidak pernah melontarkan pernyataan yang melecehkan seseorang. Betapa Allah senantiasa memerintahkan Nabi-Nya untuk bersabar dan menahan derita dalam
menghadapi masyarakat Arab. Karena Nabi Muhammad pada dasamya adalah pembawa peringatan dan bukan pembangun kerajaan melalui kekerasan.
91
Sebaliknya Nabi berdoa agar hidayah dan keselamatan di anugerahkan bagi mereka. Periode
penghambatan berlanjut selama dua belas tahun. Kemudian ada rencana pembunuhan terhadap dirinya sehingga ia terpaksa hijrah ke Madinah.
92
2. Jihad Periode Madinah
Hijrah dalam Islam, bukanlah merupakan realitas yang menjadi monopoli
sejarah Islam belaka, tetapi merupakan fenomena universal yang menjadi landasan sosial penting. Hijrah migrasi adalah pemutusan yang sangat keterkaltan
masyarakat terhadap tanahnya. Ia bisa mengubah pandangan yang luas dan menyeluruh, yang pada akhirnya hilanglah kejumudan, kemerosotan sosial,
pemikiran dan perasaan, sehingga masyarakat tersebut berubah menjadi masyarakat yang dinamis.
93
Peristiwa hijrah diungkap dalam Al-Quran sebagai berikut:a eeV
z [i.Q=
- 2
D 01
2 :
;= B 1
4C V
2- . I‡
gt ?
• 89Yx ‚= t
G`H;
90
Wahid, Islam tanpa Kekerasan, h. 48.
91
Quraish, Membumikan Al-Quran, h. 283.
92
Wahid Islam tanpa Kekerasan, h. 48.
93
Chirzin, Jihad Dalam Al-Qur’an, h. 73.
”Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat
Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” QS.al-Baqarah: 218
94
- 2
D :
Li ”¡8
0e Â;¥
: =
™ I7
t -g2š¨
c -6[P Z
L ?
YL
V MJg .
GH; ”Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka
dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. dan Sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka
mengetahu.” QS. an-Nahl 41
Keadaan Madinah sebelum datangnya Nabi Muhammad tidak berbeda dengan keadaan di Makkah. Pelanggaran hukum merupakan keadaan sehari-hari, berperang
antar suku, tidak tertib. Sehingga mereka memerlukan perdamaian dan keamanan. Adapun golongan Yahudi, hidup bersatu dan makmur di sana.
95
Lalu Nabi mengembangkan dakwahnya di Madinah. Dalam tempo yang amat pendek saja
setelah melakukan pendekatan-pendekatan yang efektif dan tidak pernah mengenal lelah, seluruh penduduk Madinah, kecuali beberapa golongan orang Yahudi, telah
masuk Islam. Tahun pertama di Madinah ditandai dengan masuk Islamnya seorang pakar dan pendeta Yahudi Abdullah bin Salam. Lalu diikuti dengan masuk Islam
yang lainnya dari penduduk Madinah. Peristiwa ini sangat mengejutkan kalangan orang-orang Yahudi.
96
Sehingga menambah kebencian dan kemarahan orang Yahudi terhadap Nabi dan pengikutnya. Dengan demikian menjadikan umat Islam bersikap
95
Chirzin, Jihad Dalam Al-Qur’an, h. 80.
96
Ibid, h. 89.
waspada terhadap serangan yang sewaktu-waktu datang. Nabi ketika berada di Madinah banyak mendapatkan serangan serangan dari
orang-orang kafir, baik dari dalam Madinah sendiri maupun dari luar, seperti Makkah. Dalam menghadapi hal ini Nabi mencoba jalan dengan cara berdiplomasi
dengan mereka untuk berdamai dan menghentikan aksi kekerasan, peperangan, akan tetapi ketika usaha tersebut tidak dapat ditempuh, maka tidak ada pilihan lain kecuali
melakukan aksi peperangan.
97
Di dalam Islam scndiri bcrpcrang bukanlah suatu tindakan yang dilarang, akan tetapi ketika berperang umat Islam tidak diperkenankan untuk membunuh orang
tua, wanita dan anak-anak serta tidak boleh berlebih-lebihan.
98
Dan harus seminimal mungkin. Hanya untuk pertahanan diri defensif tidak untuk agresi militer. Karena
dalam sejarah walaupun Nabi di perintahkan untuk berjihad melawan orang-orang munafik Nabi tidak pernah kontak senjata dengan mereka, walaupun sebenamya bias
saja Nabi melakukan hal itu. Seperti yang tergambar di dalam Al-Quran, ayat-ayat yang turun pada periode
Madinah, jihad dengan istilah perang secara tisik lebih menonjol. Berbeda sekali dengan jihad yang dilakukan oleh Nabi ketika berada di Makkah yang melakukan
aksi jihadnya lebih kepada aksi kemanusiaan, dengan berdakwah dan mendidik, mencerdaskan umat, memerangi tradisi-tradisi kejahiliyahan dan mengenalkan ajaran
Islam. Pada periode ini Nabi beserta umatnya memang banyak terlibat dalam aksi
97
Wahid, Islam tanpa Kekerasan, h. 48.
98
Q. S. al-Baqarah [2]: 190
peperangan. Dan jihad dalam aksi peperangan merupakan cara yang efektif memobilisasi umat Islam untuk mematahkan serangan serangan kaum kafir yang
telah menganiaya dan mengganggu kehidupan mereka. Peperangan yang terjadi ketika Nabi berada di Madinah antara lain, Perang Badar, Perang Uhud, Perang
Hunain dan perang-perang lainnya.
99
Walaupun dalam kondisi peperangan, Nabi juga tak luput untuk melakukan jihad dalam bentuk yang lain, seperti membekali umatnya
dengan pendidikan dan akidah yang kuat. karena, sessuai dengan fungsi Nabi yang diutus untuk menyebarkan risalah Tuhan. secara damai, bukan dengan paksaan atau
kekerasan. Pada masa-masa selanjutnya setelah Nabi wafat, perjuangan dan dakwah
Islam dilanjutkan oleh para sahabat. Penganiayaan yang dilakukan oleh orang kafir terhadap umat Islam tidak kunjung usai dan selalu berakhir dengan aksi peperangan.
Khalifah keempat, Umar bin Khattab, yang sadar akan bahaya penyalahgunaan konsep jihad untuk kepentingan material dan penindasan kaum lemah, pada saat-saat
melarang ekspedisi militer. Dengan semangat yang sama Umar bin Abdul Aziz, kepala pemerintahan Dinasti Umayyah tahun 99-101 H., yang dikenal bijaksana,
pernah pula
memerintahkan tentara-tentaranya
yang sedang
mengepung Konstatinopel Kerajaan Kristen untuk kembali kepangkalan. Umar bin Abdul Aziz
lalu mengucapkan kata-katanya yang tak terlupakan, “Tuhan mengutus Muhammad untuk memberi petunjuk, sama sekali bukan untuk mengumpulkan jizyah pajak
melalui ekspansi militer.
99
Yusuf Qardhawi, Umat Islam Menyongsong Abad ke-21 Solo: Era Intermedia, 2001, h. 55.
Pada masa setelah wafatnya Khalifah Usman RA. Yang meninggal akibat
pembunuhan, telah menjadikan umat Islam menjadi tiga kelompok. Salah satunya adalah kelompok radikal Khawarij kaum pembelot kelompok yang bertanggung
jawab atas pembunuhan khalifah Ali RA. Kelompok ini berpendapat bahwa kewajiban umat Islam bahkan setiap individu untuk berjihad mengangkat senjata
guna mengakan keadilan sesuai perintah Tuhan. Ketidakadilan bagi mereka adalah sama dengan kezaliman dan kezaliman tidak ubahnya dengan kekufuran, sehingga
pada gilirannya mereka yang berlaku tidak adil harus diperlakukan sama dengan orang orang kafir dapat dibunuh.
100
Bahkan ajaran mereka menganggap jihad sebagai rukun Islam yang keenam.
101
Juga sebagai rukun iman.
102
Setelah kekhalifahan yang empat berakhir kepemimpinan Islam terus berganti di pimpin oleh khalifah-khalifah baru, peperangan antara umat Islam dengan kaum
kafir masih terus berlangsung. Di antara peperangan tersebut antara lain, salah satunya adalah perang Salib. Umat Islam masih menjadikan tema jihad dengan arti
100
Ibid., h. 285.
101
Wahid dkk, Islam tanpa Kekerasan, h. 11.
102
Fazlur Rahman. Islam, Bandang: Pustaka, 1997, cet. 3, h. 42.
perang, karena hal itu menjadi penyemangat kaum Muslimin untuk melakukan perlawanan terhadap kekuatan musuh.
Demikian sejarah perkembangan makna jihad pada periode Makkah dan Madinah, pada periode makkah makna jihad lebih identik dengan makna dakwah dak
tarbiyah dan makna perang di jalan Allah pada periode Madinah. Pembagian periode ini bukan berarti bahwaislam ketika lemah dan minoritas berdakwah dengan santun
dan ketika berkuasa dan mayoritas berperang. Pada hakekatnya Islam menolak peperangan seperti ada fase Makkah, di izinkannya berperang oleh Allah SWT
bukanlah karena Islam sudah mempunyai kekuatan tetapi peperangan merupakan alternatif terakhir setelah diusahakan untuk berdamai dan tidak terjadi kesepakatan.
Berperang hayalah untuk mempertahankan diri defensif dari perbuatan zalim musuh-musuh Islam.
Bahkan sekiranya terjadi peperangan juga, di medan perang tentara yang saling bertikai oleh Islam diberikan batasan untuk tidak membunuh kecuali kepada
orang yang memerangi. Maka ketika Nabi melihat seorang perempuan yang mati di salah satu pertempuran beliau langsung mengingkarinya. Tidak selayaknya
perempuan ini ererang dan Rasulullah telah melarang membunuh kaum perempuan dan anak-anak.
BAB IV KONSEPSI JIHAD MENURUT YUSUF QARADHAWI