bersumber pada kehendak Allah dan kepentingan masyarakat dalam seluruh aspeknya.
65
C. Pandangan Pakar tentang Jihad
Hasan Al-Bana seperti yang dikutip Yusuf Qaradhawi, menyatakan bahwa jihad adalah salah satu kewajiban muslim yang berkelanjutan hingga hari kiamat :
tingkat rendahnya penolakan keburukan dan tertinggi perang dijalan Allah. Diantara keduanya adalah perjuangan dengan lisan, pena dan tangan berupa pernyataan
tentang kebenaran dihadapan penguasa yang dzalim.
66
Murtadha Mutahari, ulama syiah terkemuka, menitikberatkan arti jihad sebagai perang yang sah bagi individu, suatu suku atau bangsa, untuk membela diri,
dan harta benda, sebagi salah satu tuntunan hidup manusia. Bentuk peperangan apapun yang bermotivasi agresi, karena keserakahan untuk memperoleh harta
kekayaan serta sumber-sumber lain, untuk merampok sumber-sumber ekonomi atau kemanusiaan, sama sekali tidak dibenarkan Islam. Jihad adalah perlawanan terhadap
setiap jenis agresi.
67
Salman Al-Audah mengemukakan, bahwa jihad adalah memerangi orang yang disyariatkan untuk diperangi, dari kalangan orang-orang kafir dan lain-lain. Dari
segi hukum, ia berlaku melalui fase-fase berjenjang sebagai berikut. Pertama fase”tahanlah tanganmu” yang mencakup periode Makkah. Saat itu mukmin tidak
diperkenanakan memerangi orang-orang kafir secara syari. Mereka berjihad dengan
65
Muhammad Husain Fadhlullah, Islam dan Logika Kekuatan. Penerjemah Afif Muhammad dan Abdul Adhiem Bandung : Mizan, 1995, h. 38.
66
Yusuf Qaradhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al-Banna. Penerjemah Bustami A Gani dan Zainal Abidin Ahmad Jakarta : Bulan Bintang, 1980, h. 74.
67
Murtadha Mutahari, Jihad. Penerjemah. M Hashem Bandar-Lampung: YAPI,1987, h. 27- 51.
Al-Quran dan dakwah dalam keadaan damai. Kedua, fase “telah diizinkan berperang bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dizalim”. Ketiga
fase ”perangilah kaum musyrikin semua, sebagaimana mereka memerangi kamu”.
68
Taufiq Aliy Wahbah menyatakan bahwa jihad adalah pengerahan segala kemampuan dan potensi dalam memerangi musuh. Jihad diwajibkan atas kaum
muslimin demi membela agama Allah. Jihad baru dilakukan setelah timbulnya gangguan-gangguan yang dilakukan musuh terhadap kaum muslimin, berlandaskan
Al-Quran : J K1
: ;=
5 S J K1
. \_
9 K , ?
} \_
oJ6 .
z K
GH‚Q; ”Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu,
tetapi janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” QS al-Baqarah:190
Ia juga menguraikan tentang sebab-sebab dan tujuan perang, unsur unsur kemanusiaan Islam dalam perang , konsep Darul Islam dan Darul Harb dan
perlakukan Islam terhadap tawanan perang.
69
Sayyid Sabiq dari kalangan ahli fiqh menulis, bahwa jihad adalah meluangkan segala usaha dan berupaya sekuat tenaga
serta menanggung segala kesulitan didalam memerangi musuh dan menahan agresi.
70
Jamilah Jitmoud menulis, bahwa jihad seringkali diterjemahkan kedalam bahasa inggris dengan holy war. Jihad sesungguhnya berarti berjuang membela Islam
68
Salman Al-Audah, Jihad : Sarana menghilangkan Ghurbah Islam. Penerjemah Kathur Suhardi Jakarta : Pustaka Al-Kautsar,1993, h. 14-21.
69
Taufiq Ali Wahbah, Jihad dalam Islam. Penerjemah Abu Ridha Jakarta: Media Dakwah,1985, h. 21
70
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah. Penerjemah Kamaludin A. Marzuki Bandung: Al- Maarif,1987, h. 50.
yang terkadang menghadapi ancaman dari dalam, ia dapat berbentuk perang. Berperang bukan karena Allah, melainkan karena kekayaan, kemashuran, kekuasaan
dan lain-lain adalah termasuk perbuatan syirik. Menghindari jihad karena ketakutan adalah syirik juga, karena menempatkan rasa takut disakiti oleh manusia diatas rasa
takut dan rasa hormat kepada Allah serta tidak dapat kepada perintah Allah. Jihad karena Allah adalah bukti keimanan.
71
Menurut Mahmood Shehabi, dalam keadaaan tertentu jihad berupa perang adalah kewajiban segenap kaum muslimin untuk membela Islam. Hasan Ismail
Hudhaibi, pemimpin Ikhwanul Muslimin, menulis bahwa jihad termasuk fardhu kifayah, yakni tanggung jawab yang harus dilaksanakan bersama.
72
Abul A’la Maududi menulis, jihad adalah salah satu sistem kerohanian Islam yang lima: shalat,
puasa, zakat, haji dan jihad. Jihad ialah usaha manusia muslim sekuat tenaga untuk menyebarluaskan kalimatullah dan menjunjung setinggi-tingginya, membuatnya
berlaku dan terlaksana di muka bumi dengan menyingkirkan segala perintang, baik melalui kata-kata yang terucap lisan, kata-kata yang tertulis pena, maupun dengan
kekuatan senjata, dengan tujuan agar manusia hidup penuh dedikasi dan bersedia mengorbankan jiwa raga.
73
Sultan Mansur menulis, jihad adalah bekerja sepenuh hati untuk menegakkan agama Allah dan meninggikan kalimat-Nya. Jihad tersebut dilakukan melalui tahap-
tahap dengan persyaratan yang harus dipenuh: adanya roh suci yang menghubungkan
71
Jamilah Jitmoud dalam Mumtaz Ahmad Ed, Masalah-Masalah Teori Politik Islam. Penerjemah Ena Hadi Bandung: Mizan, 1993, h. 171-177.
72
Shehabi dalam Kenneth W. Morgan Ed, Islam Jalan Lurus. Penerjemah Abusalamah dan Chaidir Anwar Jakarta : Pustaka Jaya,1986, h. 248.
73
Munawwar Ahmad Anees dalam Ziauddin Sardar dan Merryl Wyn Davies, Wajah-wajah Islam.
Penerjemah A.E Priono dan Ade Armando Bandung : Mizan,1992, h. 107.
makhluk dengan Khaliknya; roh suci itu menimbulkan tenaga dinamis aktif yang tahu keharusan untuk berbuat sesuai dengan tempat, waktu dan keadaan; dimulai dengan
‘ilmul-yaqin . Kegiatan jihad dilaksanakan, baik di waktu perang maupun damai.
Jihad di waktu perang relative terbatas, karena perintah perang adalah juga terbatas; ketika keadaan menghendaki. Adapun di waktu damai jihad artinya membangun,
menegakkan dan menyusun. Ia menghendaki kekuatan tenaga otak, keikhlasan berkorban harta benda dalam mengisi jiwa dan mendidik umat. Jihad tidak boleh
berhenti hingga hari kiamat.
74
Seyyed Hossein Nasr mengemukakan signifikasi spiritual jihad. Menurut Nasr, Penerjemah jihad menjadi “perang suci”, yang dikombinasikan dengan
pemikiran Barat yang keliru tentang Islam sebagai agama pedang mengurangi arti nilai batini dan spritiualnya serta mengubah konotasinya. Karena itu dalam
mengahadapi ketergantungan dunia pada perubahan, gejala waktu yang fana dan silih bergantinya eksistensi duniawi, untuk tetap berada dalam keseimbangan diperlukan
usaha berkesinambungan berupa jihad pada setiap tahap kehidupan. Pada setiap momen kehidupan manusia harus berusaha menunaikan jihad batini menuju realitas
Ilahi. Melalui jihad batini manusia spiritual mati dalam kehidupan ini, supaya bangkit menuju realitas yang merupakan sumber semua realitas.
75
Dari beberapa pengertian jihad menurut para pakar yang telah dijelaskan diatas terdapat dengan Jelas tiga perbedaan pemaknaan. Pertama yang menekankan
arti jihad sebagai perang fisik menghadapi orang Kafir dan musyrik, tokoh yang
74
Ibid., h. 127
75
S.H. Nasr, Islam Tradisi di Tengah Dunia Modern Bandung:Pustaka,1994, h.25-26
memiliki pemaknaan seperti ini yaitu Salman Al-Audah, Taufiq Aliy Wahbah, Murtadha Muthahari, Aliy bin Nafayyi, Sayyid Sabiq, Hans Wehr. Kedua yang
menekankan arti jihad sebagai perang psikis menghadapi hawa nafsu, tokonya yaitu : Farid Esack, Munawar Ahmad Anees, Joyce M Davis, Sayyed Hossein Nasr.
Sebagian lainnya menekankan arti jihad secara terpadu, meliputi perang psikis dan fisik, Tokohnya yaitu : Yusuf Qaradhawi, Abul Ala Al-Maududi, Kamil Salmah,
Sultan Mansur, Ibnul Qayyim, Hasan Al-Bana.
76
Dari ketiga klasifikasi pemaknaan tentang jihad, Yusuf Qaradhawi tergolong pada pemaknaan yang ketiga yaitu arti jihad secara terpadu psikis dan perang.
Menurutnya, jihad adalah mencurahkan atau menanggung kemampuan fisik, jiwa, dan amal untuk membela agama agar kalimat Allah menjadi yang paling tinggi.
Dimulai jihad terhadap setan, lalu jihad terhadap kezhaliman dan kerusakan di masyarakat, setelah itu barulah jihad terhadap orang-orang Kafir dan munafik.
77
Yusuf Qaradhawi mengutip Ibnul Qayyim didalam karyanya yang sangat populer, “Zad Al-Maad” membagi jihad kedalam tiga belas tingkatan. Empat
tingkatan termasuk kedalam jihad nafsu, dua kedalam jihad setan, tiga kedalam jihad kedzaliman, kerusakan, dan kemungkaran didalam masyarakat, serta empat kedalam
jihad orang Kafir dan orang-orang munafik yang bisa dilakukan dengan tangan, lisan, harta, dan hati. Diantara keempat tingkatan tersebut hanya satu yang masuk kedalam
76
Muhammad Chirzin, Penafsiran Rasyid Ridha dan Sayyid Quthb tentang Jihad Jakarta : Departemen Agama RI, 2005 h. 36
77
Yusuf Qaradhawi, Kita dan Barat: menjawab Berbagai Pertanyaan yang Menyudutkan Islam
Penerjemah Arif Munandar Riswanto dan Yadi Saeful Hidayat Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2007 h. 71
nama yang lebih dikenal dengan nama jihad, yaitu memerangi orang Kafir dengan pedang dan tangan.
78
Yusuf Qaradhawi mengkritik pemaknaan dari kalangan Muslimin maupun kalangan non-Muslim yang memaknai jihad secara sempit. Dari kalangan Muslim
banyak yang menyempitkan makna jihad hanya pada batas perang, mengangkat senjata untuk memerangi musuh Islam.
79
Yusuf Qaradhawi mencontohkan kelompok- kelompok yang menisbatkan dirinya kepada kata jihad, seperti ada yang bernama
”Jamaah Al-Jihad” dalam beberapa negara Islam.
80
Adapun pemahaman jihad dari golongan non-Muslim, ada yang menggambarkan jihad adalah memerangi manusia keseluruhan untuk memaksanya
agar masuk Islam, atau menundukan mereka secara paksa kepada pemerintahan kaum Muslimin.
81
Padahal Jika ada orang yang meneliti teks menurut Yusuf Qaradhawi pasti akan menjumpai perbedaan antara pengertian Jihad dan Qital. Setiap Muslim
harus menjadi Al- Mujahid tetapi tidak harus menjadi Al-Muqatil, kecuali dia memang harus melakukan peperangan.
82
sebagaimana firman Allah : IJ K L
8 =MJ N O
PQ D
RM- L S
TIU V
D -S , X
=Y D
RZ- [
8 TIU
V 6 ,
X =Y
D Z\]
S S
MJ . 5P
\_ MJ ,
G`H ;
78
Ibid., h. 71-72
79
Yusuf Qaradhawi Fatwa-Fatwa Mutakhir, Terjemah H.M.H Al-Hamid Al-Husaini Jakarta:Pustaka Hidayah, 1996 h. 374
80
Yusuf Qaradhawi, Retorika Islam, Terjemah M. Abdillah Noor Ridlo: Cet 1 Jakarta: Khalifa: 2004 h. 210
81
Ibid., h 210
82
Yusuf Qaradhawi, Kita dan Barat...... h. 72
Diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik
bagimu, dan boleh Jadi pula kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. QS Al-
baqarah :216
Yusuf Qaradhawi juga menjelaskan bahwa didalam al-Quran telah
menceritakan jihad fase Makkah, sebelum disyariatkannya peperangan. Jihad tesebut berupa dakwah, menyampaikan risalah, dan memberikan hujjah. Ia adalah Al-Jihad
Al-Bayani jihad dengan memberikan penjelasan dari al-Quran.
83
Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Taala kepada Nabi Muhammad didalam surat al-Furqan
ayat 52 : \Y k
nv l, z - 91Y
Dg 01 2
t {
062 Z- \|
G `; Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang Kafir, dan berjihadlah
terhadap mereka dengan Al Quran dengan Jihad yang besar. QS Al-Furqan Ayat :52
D. Sejarah dan Perkembangan Jihad