Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

kognitif anak serta anak dapat menganalisis setip kejadian dalam masalah yang akan dihapainya. Model problem based learning memiliki ciri-ciri pembelajaran, seperti: pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah, biasanya masalah yang diberikan memiliki konteks dengan dunia nyata, pembelajar secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan memeberikan solusi. Inilah yang mendorong peneliti untuk menerapkan dalam konsep laju reaksi pada model ini, pada konsep ini siswa tidak hanya mengetahui keguanaanya lebih jauh semisal dalam bidang industri atau memecahkan masalah secara numerik, tetapi laju reaksi sangatlah dekat dengan konteks dunia nyata. Persoalan sekarang adalah bagaimana menemukan cara yang terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan sehingga siswa dapat menggunakan dan mengingat lebih lama konsep tersebut. Bagaimana guru dapat berkomunikasi baik dengan siswanya. Bagaimana guru dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari seluruh siswa, sehingga dapat mempelajari berbagai konsep dan cara mengkaitkannya dalam kehidupan nyata. Model problem based learning dapat memperkuat dan mendorong siswa untuk mengambil manfaat dari kegiatan serta berusaha untuk mengetahui kegagalanya, kemudian mencari solusinya. Karena aktivitas pembelajaran tidak hanya mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya, melainkan juga bagaimana menggunakan segenap pengetahuan yang didapat untuk mengahadapi situasi baru atau memecahkan masalah-masalah khusus yang ada kaitannya dengan bidang studi yang dipelajari. Hal ini cocok jika diterapkan pada materi yang melibatkan banyak faktor, bukan hanya kemampuan kognitif saja melainkan faktor psikomotorik, dan dapat ditemukan masalahnya dalam kehidupan sehari-hari dan membutuhkan pembuktian dari teori-teori yang didapat, materi tersebut sesuai dengan pokok bahasan Laju Reaksi. Dengan demikian dalam pembelajaran berbasis masalah setiap siswa memiliki peluang untuk melakukan klarifikasi, mengelaborasi, mendiskripsi, membandingkan dan mengasosiasikan konsep yang diperoleh. Hal inilah yang mendorong penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Problem Based Learning PBL Terhadap Hasil Belajar Kimia pada Konsep Laju Reaksi”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang terdapat beberapa pokok masalah yang dapat dikemukakan antara lalin: 1. Proses pembelajaran cenderung berpusat pada guru teacher centered. 2. Masih rendahnya daya serap peserta didik dalam proses belajar mengajar. 3. Rendahnya hasil belajar kimia karena siswa menganggap bahwa kimia merupakan pelajaran yang sulit dan abstrak. 4. Kurangnya siswa dalam berpikir kritis pada proses pembelajaran. 5. Kurangnya siswa dalam kemampuan memecahkan masalah.

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari terlalu luasnya pembahasan masalah dan identifikasi masalah, maka peneliti berusaha membatasi masalah sebagai berikut: 1. Adapun proses pembelajaran yang akan dibahas merupakan pembelajaran model berbasis masalah problem based learning. 2. Hasil belajar kimia yang diukur adalah hasil belajar dalam ranah kognitif pada kosep Laju Reaksi.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar identifikasi dan pembatas masalah diatas, maka Rumusan Masalah penelitian sebagai berikut ”Bagaimana pengaruh model Problem Based Learning PBL terhadap hasil belajar kimia pada konsep laju reaksi? ”.

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model problem based learning PBL terhadap hasil belajar kimia siswa.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat : 1. Bagi siswa, dapat memberikan motivasi siswa, melatih keterampilan siswa, mengembangkan kemampuan berpikir siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa. 2. Bagi guru, dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran dalam proses belajar mengajar. 3. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengalaman, serta membantu menyumbangkan dalam memecahkan masalah pembelajaran kimia. 4. Bagi pembaca, memberikan informasi tentang pengaruh model Problem Based Learning PBL terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi. 7

BAB II DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA PIKIR

A. Deskripsi Teoritis

1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata. 1 Menurut Arends, pengajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Model pembelajarn ini juga mengacu pada model pembelajaran yang lain, seperti ―pembelajaran berbasis proyek Projek-based intruction, pembelajaran berbasis pengalaman experience-based intruction, belajar autentik authentic learning, dan pembelajaran bermakna atau pembelajaran berakar pada kehidupan anchored intruction . 2 Menurut Donald Woods menyebutkan bahwa pembelajaran berbasis masalah lebih dari sekedar lingkungan yang efektif untuk mempelajari pengetahuan tertentu. Melainkan dapat membantu pembelajar membangung kecakapan sepanjang hidupnya dalam memecahkan masalah, kerja sama tim, dan berkomunikasi. 3 Menurut Lynda Wee proses pembelajaran berbasis masalah sangat menunjang membangun kecakapan mengatur diri sendiri self directed, 1 Trianto, Mendisain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Prenada Media Group, 2010, cet. Ke-2. h. 90 2 Ibid, h. 92 3 Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Jakarta: Prenada Media Group, 2009, cet. Ke-1. h. 13. kolaboratif, berpikir secara metakognitif, cakap menggali informasi, yang semuanya relatif perlu dalam kehidupan sehari – hari. 4 Menurut Dutch pembelajaran berbasis masalah merupakan pembalajaran yang menantang siswa agar ―belajar untuk belajar‖, bekerja sama dengan kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata, masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah mempersiapkan mahasiswa untuk berpikir kritis dan analitis, serta mencari dan menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai. 5 Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membatu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pengajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual. Belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan pembelajaran yang otonom dan mandiri. 6 Model berbasis masalah memfokuskan kepada siswa dengan mengarahkan siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan terlibat langsung secara aktif dalam pembelajaran kelompok. Model ini membantu siswa untuk mengembangkan berpikir siswa dalam pemecahan masalah problem solving melalui pencarian data sehingga diperoleh solusi untuk suatu masalah dengan rasional dan autentik. 7 Model berbasis masalah membuat pelajaran lebih bermakna ketika diterapkan ke dunia nyata. Dengan memilih masalah yang melibatkan peserta didik. Biasanya masalah diajukan dan dikembangkan dalam kelas, jika diperlukan siswa dapat membedakan dengan masalah lain sebagai pembanding. Siswa dapat meminta saran dan masukan tentang proses dan prosedur yang akan mereka gunakan untuk memecahkan masalah atau pertanyaan penting. 4 Ibid 5 Ibid, h. 21 6 Trianto, Model-model pembelajaran Inovatif dan berorientasi Konstruktifistik, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007, h. 70 7 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009, cet. Ke-1. h.288