Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Lokal

57 Nilai R 2 pada hasil regresi linier berganda daging sapi lokal sebesar 66,8 persen menunjukkan nilai koefisien determinasi yang berarti bahwa peubah- peubah bebas yang digunakan dalam model dapat menerangkan keragaman faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi lokal sebesar 66,8 persen dan sisanya dijelaskan oleh peubah-peubah bebas yang lain. Sementara nilai R 2 pada hasil regresi linier berganda daging sapi impor sebesar 70,6 persen menunjukkan nilai koefisien determinasi yang berarti bahwa peubah-peubah bebas yang digunakan dalam model dapat menerangkan keragaman faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi lokal sebesar 70,6 persen dan sisanya dijelaskan oleh peubah-peubah bebas yang lain.

8.2. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Lokal

Nilai P value pada uji F sebesar 0,004 yang berarti lebih kecil dari taraf nyata lima persen. Ini menunjukkan bahwa model dugaan signifikan pada taraf nyata lima persen. Sementara, untuk mengetahui peubah-peubah bebas yang dalam model yang signifikan berpengaruh terhadap faktor-faktor pembelian daging sapi lokal dapat dilihat pada nilai P value pada uji t. Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi lokal adalah frekuensi konsumsi dan jumlah anggota keluarga. Variabel-variabel bebas tersebut berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi lokal karena memiliki nilai P value lebih kecil dari taraf nyata lima persen. Sedangkan variabel-variabel lainnya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah pembelian daging sapi lokal karena memiliki nilai P value lebih besar dari taraf nyata lima persen. Hasil analisis regresi dapat dilihat pada Tabel 26.

1. Umur

Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa nilai koefisien regresi untuk variabel umur bernilai negatif yaitu sebesar -0,0001. Artinya jika usia bertambah sebesar satu tahun, maka jumlah pembelian daging sapi lokal akan menurun sebesar 0,0001 kg. hal ini sesuai dengan hipotesa awal pada penelitian ini yaitu semakin lanjut usia orang akan mengurangi pembelian daging sapi karena alasan kesehatan. 58 Tabel 26. Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Lokal Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant -4,661 2,549 -1,83 0,085 UMUR -0,00010 0,02401 0,00 0,997 2,3 PENDAPATAN -0,4744 0,7030 -0,67 0,509 3,0 PENGELUARAN 0,0000919 0,0003722 0,25 0,808 1,7 HARGA 0,05047 0,02621 1,93 0,071 1,9 PENDIDIKAN 0,4885 0,6317 0,77 0,450 2,4 FREK KON 1,4795 0,6175 2,40 0,028 1,9 ANGGOTA KELUARGA 0,3324 0,1123 2,96 0,009 1,6 S = 1,01260 R-Sq = 66,8 R-Sqadj = 53,1 F hit = 4,89 P value = 0,004 Ket : = signifikan pada taraf nyata lima persen Pada tingkat kepercayaan 95 persen, variabel umur tidak berpengaruh nyata terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi lokal. Ini ditunjukkan dari nilai P value yang lebih besar dari 0,05. Sehingga dengan semakin bertambahnya usia belum tentu bisa berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi lokal, mengingat konsumen yang berusia lanjut cenderung mengurangi konsumsi daging sapi karena alasan kesehatan.

2. Pendapatan

Berdasarkan hasil analisis regresi, variabel pendapatan memiliki nilai koefisien regresi negatif sebesar -0,4744, artinya konsumen dengan pendapatan yang lebih besar akan mengurangi jumlah pembelian daging sapi lokal sebesar 0,4744 kg per bulan. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesa awal pada penelitian yaitu semakin besar pendapatan rumah tangga, maka akan meningkatkan jumlah pembelian daging sapi pada setiap tingkat harga yang berlaku. Tidak sesuainya hasil analisis dengan hipotesa disebabkan karena konsumen dengan pendapatan yang tinggi cenderung akan membeli daging sapi yang mereka anggap lebih berkualitas. Pada tingkat kepercayaaan 95 persen, variabel pendapatan tidak berpengaruh nyata terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah pembelian daging sapi. ini ditunjukkan dengan nilai P value yang lebih besar dari taraf nyata 59 0,05. Sehingga konsumen dengan pendapatan yang lebih tinggi belum tentu bisa berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi lokal.

3. Pengeluaran

Berdasarkan hasil analisis regresi didapatkan nilai koefisien regresi untuk variabel pengeluaran kelompok daging yang positif sebesar 0,0000919. Artinya jika pengeluaran untuk kelompok daging meningkat sebesar Rp 1.000 per bulan maka jumlah pembelian daging sapi lokal akan naik sebesar 0,0000919. Hal ini sesuai dengan hipotesa awal yang menyatakan bahwa semakin tinggi pengeluaran untuk kelompok daging, maka jumlah pembelian daging sapi akan meningkat. Pada tingkat kepercayaan 95 persen, variabel pengeluaran kelompok daging tidak berpengaruh nyata terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi lokal. Ini ditunjukkan oleh nilai P value pada uji t yang lebih besar dari taraf nyata 0,05. Sehingga dengan bertambahnya pengeluaran untuk kelompok daging belum tentu berpengaruh nyata terhadap pembelian daging sapi lokal.

4. Harga

Berdasarkan hasil analisis regresi didapatkan nilai koefisien regresi untuk variabel harga yang positif sebesar 0,05047. Artinya jika harga daging sapi lokal bertambah Rp 1.000 per kg, maka jumlah pembelian daging sapi lokal akan meningkat sebanyak 0,05047 kg. Dari uji kesesuaian tanda koefisien regresi dengan hipotesis diketahui bahwa tanda koefisien regresi variabel harga tidak sesuai dengan hipotesa awal yang menduga bahwa Semakin rendah harga daging sapi, maka akan semakin tinggi jumlah pembelian daging sapi. Hal ini dikarenakan harga daging sapi, sesuai dengan hasil tingkat kepentingan atribut, digunakan sebagai salah satu indikator yang menunjukkan kualitas daging. Sehingga harga daging sapi yang relatif tinggi menunjukkan bahwa kualitasnya juga semakin baik. Semakin baik kualitas daging sapi, maka konsumen akan semakin banyak membeli daging sapi tersebut. Pada tingkat kepercayaan 95 persen, variabel harga tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi lokal. Ini ditunjukkan oleh nilai P value yang lebih besar dari taraf nyata lima persen. Ini menunjukkan bahwa peningkatan harga daging sapi belum tentu berpengaruh nyata terhadap faktor- 60 faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi lokal. Hal ini dikarenakan konsumen menganggap harga yang tinggi merupakan salah satu indikator bahwa daging sapi tersebut berkualitas sehingga mereka akan lebih memilih daging sapi yang berkualitas tersebut meskipun harganya relatif tinggi.

5. Pendidikan

Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa koefisien regresi untuk pendidikan bernilai positif sebesar 0,4885. Ini menunjukkan bahwa konsumen dengan tingkat pendidikan yang tinggi lebih banyak melakukan pembelian daging sapi lokal sebesar 0,4885 kg dibandingkan konsumen dengan tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini sesuai dengan hipotesa awal yang menyatakan bahwa konsumen dengan tingkat pendidikan yang tinggi mengetahui manfaat dari daging sapi untuk pemenuhan gizi seimbang sehingga jumlah pembelian daging sapi juga akan semakin meningkat. Pada tingkat kepercayaan 95 persen, variabel pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi lokal. Ini ditunjukkan oleh nilai P value yang lebih besar dari taraf nyata 0,05 sehingga konsumen dengan pendidikan yang tinggi belum tentu berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi lokal. Hal ini dikarenakan konsumen dari hampir semua tingkat pendidikan sudah menyadari akan pentingnya mengkonsumsi daging sapi untuk kesehatan.

6. Frekuensi Konsumsi

Berdasarkan hasil analisis regresi, variabel frekuensi konsumsi daging sapi lokal memiliki nilai koefisien regresi positif sebesar 1,4795. Artinya, konsumen yang lebih sering mengkonsumsi daging sapi lokal lebih banyak melakukan pembelian daging sapi lokal dibandingkan konsumen yang jarang mengkonsumsi daging sapi sebesar 1, 4795 kg per bulan. Hal ini sesuai dengan hipotesa awal pada penelitian ini yaitu semakin sering konsumen mengkonsumsi daging sapi maka jumlah pembelian daging sapi pun meningkat. Pada tingkat kepercayaan 95 persen, variabel frekuensi konsumsi berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi lokal. Ini ditunjukkan oleh nilai P value pada uji t yang lebih kecil dari taraf nyata 0,05 sehingga dengan meningkatnya frekuensi mengkonsumsi daging sapi, maka akan berpengaruh 61 nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi lokal. Hal ini disebabkan karena konsumen yang sering mengkonsumsi daging sapi lokal tentunya akan membeli daging sapi lokal lebih banyak agar mereka dapat terus mengkonsumsinya.

7. Jumlah Anggota Keluarga

Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa nilai koefisien regresi untuk jumlah anggota keluarga bernilai positif sebesar 0,3324. Ini menunjukkan bahwa jika jumlah anggota keluarga bertambah satu orang maka jumlah pembelian daging sapi lokal akan naik sebesar 0,3324 kg. Hal ini sesuai dengan hipotesa awal penelitian yang menyatakan bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga maka jumlah pembelian daging sapi juga akan semakin meningkat. Pada tingkat kepercayaan 95 persen, variabel jumlah anggota keluarga berpengaruh nyata terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi lokal. Ini ditunjukkan oleh nilai P value pada uji t yang lebih kecil dari taraf nyata 0,05. Sehingga dengan bertambahnya jumlah anggota keluarga maka akan berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi lokal. Hal ini disebabkan karena semakin banyak orang dalam suatu rumah tangga maka akan semakin banyak pula kebutuhan mereka akan kebutuhan pangan seperti daging sapi sehingga akan semakin meningkat pula jumlah pembelian mereka terhadap daging sapi tersebut.

8.3. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Impor