Data dan Instrumentasi Definisi Operasional

22 65 tahun serta memiliki wewenang sendiri dalam menentukan pengeluarannya untuk berbelanja misalnya ayahsuami, ibuistri, pelajarmahasiswa.

4.3. Data dan Instrumentasi

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuesioner dan wawancara dengan responden rumah tangga sebagai konsumen daging sapi. Sementara data sekunder yang digunakan merupakan data penunjang dan pelengkap penelitian yang diperoleh dari berbagai instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik BPS, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Perpustakaan IPB dan sumber-sumber lain yang terkait dengan topik penelitian.

4.4. Metode Pengolahan Data

4.4.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisa karakteristik responden, yaitu umur, jenis kelamin, status pernikahan, jumlah anggota keluarga, pekerjaan, pendapatan serta pendidikan. Analisis ini disajikan dalam bentuk tabulasi sederhana dengan mengelompokkan responden berdasarkan jawaban yang sama dan kemudian dipersentasekan berdasarkan jumlah responden.

4.4.2. Model Sikap Multiatribut Fishbein

Model sikap Multiatribut Fishbein digunakan untuk memperoleh konsistensi antara sikap dan perilaku konsumen. Berdasarkan model ini, sikap terhadap objek tertentu didasarkan pada peringkat kepercayaan yang diringkas mengenai atribut objek yang bersangkutan yang diberi bobot oleh evaluasi terhadap atribut produk. Tujuan dilakukannya analisis atribut untuk daging sapi lokal dan daging sapi impor adalah untuk membandingkan sikap dari kedua jenis daging sapi tersebut. Dalam hal ini yang digunakan sebagai pembanding antara kedua jenis daging sapi adalah atribut produk. Secara simbolis, formulasi model Fishbein dapat dirumuskan sebagai berikut : bi. ei 23 Keterangan : Ao : Sikap terhadap objek bi : Tingkat kepercayaan bahwa objek memiliki atribut i ei : Evaluasi kepentingan terhadap atribut i n : Jumlah atribut yang dimiliki oleh objek Langkah pertama yang dilakukan dalam menghitung sikap adalah menentukan atribut objek. Atribut yang digunakan dalam analisis ini berjumlah sembilan atribut yang terdiri dari harga, kesegaran, sertifikasi, rasa, keempukan, lemak, kekenyalan, warna, dan tekstur daging. Penentuan kesembilan atribut ini didasarkan pada hasil pengamatan yang dilakukan di wilayah penelitian serta berdasarkan artikel-artikel dan buku-buku yang terkait dengan penelitian. Langkah kedua adalah menentukan pengukuran terhadap komponen kepercayaan bi dan komponen evaluasi ei. Komponen bi menggambarkan seberapa kuat konsumen percaya bahwa objek memiliki atribut yang diberikan. Kekuatan kepercayaan biasanya diukur pada skala dengan 5 lima angka dari kemungkinan yang disadari yang berjajar dari sangat setuju 5, setuju 4, biasa 3, tidak setuju 2, sampai sangat tidak setuju 1. Sebagai contoh : Harga daging sapi lokal murah Sangat setuju 5 4 3 2 1 Sangat tidak setuju Konsumen akan menganggap atribut produk memiliki tingkat kepentingan yang berbeda. Evaluasi atribut mengukur seberapa senang konsumen terhadap atribut dari suatu produk. Adapun komponen ei yaitu menggambarkan evaluasi tingkat kepentingan konsumen terhadap atribut daging sapi secara menyeluruh. Evaluasi tingkat kepentingan ini dilakukan pada skala evaluasi 5 lima angka, dimana hal tersebut menunjukkan nilai sangat penting 5, penting 4, biasa 3, tidak penting 2 dan sangat tidak penting 1. Atribut yang digunakan untuk komponen bi harus sama dengan atribut yang digunakan untuk komponen ei. Sebagai contoh : Apakah harga daging sapi penting bagi Anda Sangat penting 5 4 3 2 1 Sangat tidak penting 24 Langkah selanjutnya adalah menjumlahkan keseluruhan respon untuk bi dan ei. Setiap skor kepercayaan bi harus terlebih dahulu dikalikan dengan skor evaluasi ei yang sesuai. Kemudian seluruh hasil perkalian harus dijumlahkan sehingga dari hasil tabulasi dapat diketahui sikap konsumen Ao terhadap produk dengan membandingkannya dengan skala interval dengan rumus sebagai berikut. Skala Interval = Keterangan : m : Skor tertinggi yang mungkin terjadi n : Skor terendah yang mungkin terjadi b : Jumlah skala penilaian yang terbentuk Maka besarnya range untuk tingkat kepercayaan dan tingkat evaluasi kepentingan adalah : ,8 Sehingga pembagian kelas berdasarkan tingkat kepercayaan dan tingkat kepentingan adalah : Skor Interpretasi Tingkat Kepercayaan Interpretasi Tingkat Kepentingan 1-1,8 Sangat tidak baik Sangat tidak penting 1,8-2,6 Tidak baik Tidak penting 2,6-3,4 Biasa Biasa 3,4-4,2 Baik Penting 4,2-5 Sangat baik Sangat penting Sementara besarnya range untuk kategori sikap adalah : x x ,8 Sehingga pembagian kelas berdasarkan nilai sikap Ao adalah : Skor Interpretasi Sikap A o 1-5,8 Sangat negatif 5,8-10,6 Negatif 10,6-15,4 Netral 15,5-20,2 Positif 20,3-25 Sangat positif 25

4.4.3. Analisis Regresi

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis dengan analisis regresi dengan menggunakan program komputer Minitab 14 untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi pembelian konsumen daging sapi lokal dan impor. Variabel untuk faktor-faktor tersebut bersumber dari penelitian terdahulu serta hasil pendugaan di lapangan. Analisis regresi adalah suatu teknik statistika yang berguna untuk memeriksa dan memodelkan hubungan berbagai variabel yaitu bagaimana pengaruh variabel tidak bebas terhadap variabel bebas. Bentuk umum rumusan model regresi adalah : β X ε Dimana : Yi = peubah tidak bebas, dengan i = 1,2,…,n sampel = intersesp konstantan β = parameter penduga bagi X koefisien regresi dari variabel bebas X = variabel bebas ke-n dengan n= 1,2,…., n ε = error galat Pendugaan model tersebut dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa Ordinary Least Square yang didasarkan asumsi-asumsi sebagai berikut Nasution 2009 : 1. Nilai rata-rata untuk kesalahan pengganggu sama dengan nol, yaitu E ε = 0, untuk i = 1,2,3,…,k. 2. Ragam ε σ 2 sama untuk semua kesalahan pengganggu asumsi homoscedasticity . 3. Tidak ada autikorelsi antara kesalahan pengganggu, berarti kovarian ε , ε = 0, untuk i ≠ j. dengan demikian antara ε dan ε tidak saling bergantung. 4. Peubah bebas X saling bebas atau tidak ada kolinearitas ganda diantara peubah bebas X. 5. Peubah bebas X 1 ,X 2 ,X 3 ,….,X k konstan dalam pengambilan sampel terulang dan bebas terhadap kesalahan pengganggu. 26 6. Kesalahan pengganggu mengikuti distribusi normal dengan rata-rata nol dan varian σ 2 . Apabila asumsi-asumsi di atas dapat terpenuhi, maka koefisien regresi parameter yang diperoleh merupakan penduga linear terbaik yang tidak bias BLUE = Best Linear Unbiased Estimator. Beberapa asumsi yang mendasari model tersebut adalah terjadinya multikolinearitas, memiliki ragam homogen atau disebut juga adanya masalah heteroskedastisitas, tidak adanya hubungan antar peubah atau autokorelasi Nasution 2009. Oleh karena itu dilakukan uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji homoskedastisitas untuk melihat apakah asumsi-asumsi tersebut terpenuhi. Uji autokorelasi sendiri tidak dilakukan dalam penelitian ini karena menggunakan data cross section, yaitu data yang diambil pada satu satuan waktu. Asumsi tersebut jarang dilanggar untuk jenis data cross section.

1. Uji Normalitas

Asumsi normalitas mengharuskan nilai residual dalam model menyebar atau terdistribusi secara normal. Untuk mengetahuinya dilakukan uji Kolmogrov-Smirnov dengan memplotkan nilai standar residual dengan probabilitasnya pada tes normal. Jika pada grafik Kolmogrov-Smirnov titik-titik residual yang ada tergambar segaris dan nilai P value lebih besar atau sama dengan 0,05 α = 5 persen, maka dapat disimpulkan bahwa model terdistribusi secara normal.

2. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan situasi adanya korelasi variabel-variabel bebas diantara satu dengan yang lainnya. Multikolinearitas dalam model dapat dilihat dari nilai Variance Factor VIF pada masing-masing variabel bebasnnya. Jika nilai VIF kurang dari sepuluh 10, maka menunjukkan bahwa persamaan tersebut tidak mengalami masalah multikolinieritas yang serius. Sebaliknya jika nilai VIF peubah bebasnya lebih besar dari sepuluh 10, maka menunjukkan persamaan tersebut mengalami masalah multikolinieritas yang serius. 27

3. Uji Homoskedastisitas

Uji homoskedastisitas ini pada dasarnya menyatakan bahwa nilai-nilai Y bervariasi dalam satuan yang sama. Untuk menguji asumsi ini dibuat plot antara standardized residual dengan faktor X. jika tidak terdapat suatu pola dalam plot tersebut maka dikatakan bahwa data tersebut homogeny Nasution 2009. Untuk menguji ada tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam model dilakukan dengan metode Bartlett. Apabila B hitung X 2 tabel maka terima H , artinya data homogen. Sebaliknya apabila B hitung X 2 tabel maka tolak H , artinya data tidak homogen. Setelah data diuji dan terbukti memenuhi asumsi-asumsi tersebut, maka dilanjutkan dengan melakukan analisis regresi untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi lokal dan impor. Berikut ini adalah model pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi lokal dan impor : Dimana : Yi = Permintaan daging sapi lokal dan impor X 1 = Umur tahun D 2 = Dummy Pendapatan D 2 = 1, untuk pendapatan lebih besar atau sama dengan Rp 2.500.000 per bulan D 2 = 0, untuk pendapatan kurang dari Rp 2.500.000 per bulan X 3 = Pengeluaran rupiahbulan X 4 = Harga rupiahkg D 5 = Dummy Pendidikan D 5 = 1, untuk responden yang telah atau sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. D 5 = 0, untuk responden yang tidak atau belum menempuh pendidikan di perguruan tinggi. D 6 = Dummy frekuensi konsumsi D 6 = 1, untuk responden yang mengkonsumsi daging sapi lebih dari atau sama dengan 3 kali sebulan. 28 D 6 = 0, untuk responden yang mengkonsumsi daging sapi kurang dari 3 kali sebulan. X 7 = Jumlah anggota keluarga orang. = Intersep = Koefisien regresi yang diduga i=1,2,…,7 = unsur galaterror Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini sebagai jawaban sementara terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi lokal dan impor adalah : 1. Umur Umur mempunyai pengaruh negatif terhadap jumlah pembelian daging sapi, dimana semakin lanjut usia orang akan mengurangi pembelian daging sapi karena alasan kesehatan. 2. Pendapatan Pendapatan rumah tangga berpengaruh positif terhadap pembelian daging sapi, dimana semakin besar pendapatan rumah tangga, maka akan meningkatkan jumlah pembelian daging sapi pada setiap tingkat harga yang berlaku. 3. Pengeluaran untuk kelompok daging Pengeluaran atau anggaran belanja untuk kelompok daging memiliki pengaruh positif terhadap pembelian daging sapi, dimana semakin tinggi pengeluaran untuk kelompok daging, maka jumlah pembelian daging sapi akan meningkat. 4. Harga daging sapi Semakin rendah harga daging sapi, maka akan semakin tinggi jumlah pembelian daging sapi. 5. Pendidikan Konsumen dengan tingkat pendidikan yang tinggi mengetahui manfaat dari daging sapi untuk pemenuhan gizi seimbang sehingga jumlah pembelian daging sapi juga akan semakin meningkat. 29 6. Frekuensi konsumsi daging sapi Frekuensi konsumsi daging sapi berpengaruh positif dengan jumlah pembelian daging sapi, dimana semakin sering konsumen mengkonsumsi daging sapi maka jumlah pembelian daging sapi pun meningkat. 7. Jumlah anggota keluarga Jumlah anggota keluarga berpengaruh positif terhadap pembelian daging sapi, dimana semakin banyak jumlah anggota keluarga maka jumlah pembelian daging sapi juga akan semakin meningkat. Model yang dianalisis membutuhkan pengujian terhadap hipotesis- hipotesis yang dilakukan. Pengujian hipotesis secara statistic bertujjuan untuk melihat nyata atau tidaknya oengaruh peubah-peubah bebas yang dipilih terhadap peubah tidak bebas yang diteliti.

1. Koefisien Determinasi Goodness of Fit

Untuk menguji kemampuan kebaikan model untuk dugaan dilakukan dengan menghitung nilai R 2 dan F-hitung. Nilai koefisien determinasi nilai R 2 digunakan untuk mengukur keragaman dari variabel tidak bebas yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas. Nilai R 2 berkisar antara nol sampai satu, semakin besar nilai R 2 berarti model semakin baik.

2. Uji t statistik

Uji t statistik bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing peubah bebas yang terdapat dalam model berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas yang diteliti. Nilai kritis dalam pengujiaan terhadap koefisien regresi ditentukan dengan menggunakan tabel distribusi normal serta memperhatikan tingkat signifikansi taraf nyata.

4.5. Definisi Operasional

1. Rumah tangga adalah keluarga inti suami, istri, dan anak-anak ditambah kerabat atau lainnya yang tinggal dalam satu rumah dan makan dari satu dapur. Yang dimaksud dengan satu dapur adalah pembiayaan keperluan jika pengurusan kebutuhan sehari-hari dikelola secara bersama-sama. 2. Konsumen rumah tangga adalah satu keluarga yang mengkonsumsi daging sapi, baik lokal maupun impor untuk kebutuhan anggota keluarga. 30 3. Pendapatan rumah tangga meliputi pendapatan ayah, ibu dan anak bila sudah bekerja yang tinggal dalam satu keluargarumah tangga dan dinyatakan dalam satuan rupiah. 4. Jumlah anggota keluarga adalah semua orang yang menjadi tanggungan dalam keluarga yang tinggal salam satu rumah tangga. 5. Harga daging sapi adalah harga yang harus dibayar oleh konsumen terhadap daging sapi lokal maupun impor yang dibeli. 6. Sertifikasi daging sapi adalah penetapan dari pihak ketiga bahwa daging sapi telah memenuhi standar. 7. Kesegaran daging adalah daging yang belum diolah dan diberi bumbu. 8. Keempukan daging adalah tingkat kehalusan tekstur potongan daging sapi sehingga daging mudah dikunyah, contohnya : daging has dalam. 9. Kekenyalan daging adalah daging yang apabila ditekan dengan jari tangan bentuknya kembali seperti semula. 10. Tekstur daging adalah kandungan jaringan ikat serta ukuran berkas otot. Tekstur daging sapi dibagi menjadi tiga, yaitu halus, sedang, dan kasar. 68

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

9.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Secara umum karakteristik responden yang sering mengkonsumsi daging sapi lokal dengan responden yang sering mengkonsumsi daging sapi impor tidak banyak perbedaan. Masing-masing memiliki karakteristik berusia antara 17 hingga 26 tahun, wanita, memiliki latar belakang pendidikan terakhir adalah SMA, berpenghasilan antara Rp 1.000.000-Rp 2.500.000, memiliki jumlah anggota keluarga antara 4 hingga 6 orang serta memiliki anggaran belanja pengeluaran untuk kelompok daging sebesar Rp 100.000-Rp 500.000 per bulan. Perbedaan karakteristik responden daging sapi lokal dengan daging sapi impor terletak pada karakteristik pekerjaan. Responden daging sapi lokal kebanyakan memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sementara responden daging sapi impor kebanyakan adalah pegawai swasta. 2. Dilihat dari pola konsumsi daging sapi mereka, responden daging sapi lokal lebih sering membeli daging sapi rata-rata 0,5-1,5 kg per bulan di pasar tradisional. Selain itu responden daging sapi lokal juga lebih banyak yang menyajikan hidangan berbahan baku daging sapi sebanyak 1-2 kali sebulan di rumah mereka. Sementara untuk responden daging sapi impor rata-rata mereka membeli daging sapi sebanyak 1,51-2,5 kg per bulan di supermarket. Responden daging sapi impor lebih banyak menyajikan hidangan berbahan baku daging sapi sebanyak 3-4 kali sebulan di rumah mereka. 3. Secara keseluruhan responden di Kecamatan Setiabudi memiliki sikap yang lebih positif terhadap daging sapi lokal dibandingkan daging sapi impor karena responden menilai semua atribut daging sapi lokal lebih baik daripada atribut daging sapi impor. 4. Frekuensi konsumsi daging sapi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah pembelian daging sapi, baik lokal maupun impor.