Tindakan Siklus II Hasil Penelitian

65 yaitu melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan RKH yang sudah dibuat. Berikut ini uraian proses pelaksanaan kegiatan Siklus II. Kegiatan awal yang rutin dilakukan adalah anak berbaris di depan kelas dan m elakukan gerakan ringan sebelum masuk kelas. Namun jika hari Jum‟at, anak senam bersama terlebih dahulu di halaman sekolah. Selanjutnya setelah masuk kelas, anak duduk melingkar di karpet atau tikar yang telah disiapkan. Anak membaca doa bersama, menghafal beberapa surat pendek, hadist dan doa sehari-hari. 1. Penelitian Tindakan Siklus II Pertemuan I Penelitian tindakan Siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 26 Agustus 2015 dengan tema diri sendiri, sub tema anggota tubuh. Jumlah. Jumlah anak yang mengikuti pembelajaran pada siklus II pertemuan I sebanyak 23 anak. Berikut gambaran penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan. Kegiatan awal dilakukan dengan mengajak anak berbaris di depan kelas sebelum masuk ruangan. Guru menunjuk salah satu anak untuk memimpin teman lainnya. Anak-anak melakukan gerakan ringan dengan dipandu guru kelas. Setelah selesai, anak diajak untuk masuk kelas dan duduk melingkar di karpet yang disediakan. Beberapa anak meminta ijin guru untuk minum dan diikuti anak lain. Terlihat anak masih berebut untuk mengambil air minum, namun tidak ada anak yang meminta bantuan guru atau orang tua untuk mengambilkan minum. Guru menghitung sampai 10 agar anak kembali duduk melingkar di karpet. Guru mengajak anak untuk berdoa bersama-sama dan menghafalkan beberapa surat 66 pendek dan hadist. Guru juga menerangkan tata cara sholat yang benar. Namun sebelumnya, anak diajak untuk tepuk Islam dan bernyanyi “Tegakkan Sholat”. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar sholat kepada setiap anak. Bagi anak yang menjawab akan diajak bermain di luar. Beberapa anak berani menjawab dengan keras walaupun ada juga yang salah. Namun hanya AYD yang sama sekali tidak mau menjawab. Guru kelas sudah membimbing namun AYD hanya diam saja. Guru memberitahu anak-anak lain supaya berani berbicara dan tidak boleh takut jika ditanya. Selanjutnya guru mengajak anak untuk beralih memperhatikan penjelasan guru tentang kegiatan inti yang akan dilakukan. Setelah dua kegiatan sebelumnya selesai dilakukan dan anak sudah cukup beristirahat, kegiatan akhir merupakan kegiatan di luar kelas berupa penugasan di luar ruangan dengan arahan menggambar bebas sesuai kreativitas anak. Tujuannya adalah untuk melatih kemandirian berpikir anak, melatih sikap gigih dan mau mengerjakan tugas sesuai dengan minat dan keinginannya. Berbeda dengan kegiatan penugasan menggambar pada siklus sebelumnya yang diarahkan untuk menggambar orang, pada Siklus II ini anak dibebaskan untuk menggambar sendiri sesuai dengan apa yang dilihatnya. Anak-anak menyiapkan peralatan yang diperlukan seperti krayon, pensil, penghapus dan buku gambar. Beberapa anak juga menyiapkan penggaris dan spidol. Guru juga menyiapkan beberapa cat air yang boleh digunakan anak secara bergantian. Guru bertindak sebagai fasilitator dengan memberi arahan dan sebisa mungkin tidak membantu anak. Terlihat anak-anak sudah dapat menyiapkan 67 segala perlengkapan yang diperlukan. Hanya NUR dan LRS yang masih meminta bantuan ibunya. Anak-anak lalu menuju beberapa tempat di sekitar sekolah untuk mulai menggambar sesuai dengan yang dilihat anak. Anak mulai menggambar dengan antusias dan semua selesai dikerjakan sendiri tanpa meminta bantuan orang lain guru maupun teman. Sesekali guru memberikan pertanyaan kepada masing-masing anak mengenai gambar apa yang dibuat, dan anak menjawab dengan semangat. Guru juga selalu mengingatkan anak untuk menjaga kebersihan dengan membuang sampah pada tempatnya dan selalu mencuci tangan setelah kegiatan di luar ruangan. 2. Penelitian Tindakan Siklus II Pertemuan 2 Penelitian tindakan Siklus II pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Jumat, 28 Agustus 2015 dengan tema diri sendiri, sub tema anggota tubuh. Jumlah anak yang mengikuti pembelajaran pada Siklus II pertemuan 2 sebanyak 24 anak. Berikut gambaran penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan kegiatan fisik motorik berupa kegiatan senam ceria 2 yang rutin dilakukan setiap hari Jumat. Anak-anak mengikuti dengan antusias. Guru kelas memberi jempol kepada UZN yang sudah ditinggal ayahnya tanpa menangis. UZN juga mau mengikuti senam setelah sebelumnya tidak mau senam. Setelah selesai senam, anak-anak masuk kelas dan minum. Terlihat GLH yang datang terlambat namun mau bersalaman dengan guru dan menaruh tas sendiri di tempatnya. Sebelum memulai kegiatan, anak-anak seperti biasa diajak berdoa bersama dan menghafal beberapa surat pendek dan doa. Guru mulai menerangkan tiga 68 kegiatan yang akan dilalui anak pada hari itu. Anak-anak terlihat duduk melingkar dan mendengarkan. Kegiatan di luar kelas pada hari itu adalah permainan puzzle di luar ruangan. Tujuan permainan untuk meningkatkan kemandirian anak adalah untuk melatih rasa percaya diri, bertanggungjawab dan mau mencoba. Berbeda dengan siklus sebelumnya, kegiatan ini berupa permainan individual sehingga anak bergerak sendiri tanpa campur tangan teman lain seperti dalam permainan kelompok. Pelaksanaan permainan dilakukan bergantian satu kloter masing- masing 4-5 anak yang ditunjuk guru dan berdiri berjajar dengan jarak 50 cm. Anak-anak diminta untuk berlomba memasang puzzle dengan jarak sekitar 2,5 meter. Potongan puzzle diletakkan di tempat anak berdiri dan tempat puzzle diletakkan di seberang. Anak-anak berlomba untuk memasang puzzle dan antri menunggu giliran. Anak-anak yang menunggu giliran memberikan semangat pada anak yang sedang berlomba dengan tepuk tangan dan teriakan menyebut nama teman yang berlomba bergantian. Guru kelas sudah baik dalam memberikan motivasi kepada anak untuk ikut bermain dan percaya diri. AYD terlihat mau mencoba kegiatan dan mau berlomba dengan teman-temannya padahal sebelumnya AYD sama sekali tidak mau jika disuruh guru atau diajak bermain oleh temannya. Selain itu PUT terlihat menangis karena terakhir memasang puzzle. Peneliti menenangkan PUT dan PUT mengatakan tidak mau ikut bermain lagi karena takut kalah. Permainan puzzle dilakukan oleh semua anak dengan gembira dan guru memberi reward bintang 4 kepada semua anak yang ikut. 69 3. Penelitian Tindakan Siklus II Pertemuan 3 Pertemuan 3 dilakukan pada hari Sabtu, 29 Agustus 2015 dengan tema diri sendiri dan sub tema anggota tubuh. Kegiatan di luar kelaspada hari itu dilaksanakan dengan kegiatan eksplorasi alam sekitar dengan jalan-jalan sekitar sekolah. Biasanya sekolah juga melakukan kegiatan jalan-jalan namun tidak disertai dengan pembelajaran dan tujuannya untuk kegiatan fisik sebelum belajar. Guru menjelaskan pada anak untuk mengikuti kegiatan dengan tertib ketika mengikuti kegiatan di luar kelas. Guru mengajak anak untuk berbaris sebelum berjalan-jalan dan melakukan tepuk-tepuk bersama. Selama pembelajaran eksplorasi berlangsung, guru lebih banyak mengajak anak untuk berdiskusi mengenai apa yang mereka temukan dan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada anak. ITA dan HDA terlihat banyak bertanya kepada guru maupun peneliti. Kegiatan akhir diisi dengan bernyanyi bersama atau tepuk bersama melingkar di tikar. Setelah itu dilakukan recalling evaluasi berupa tanya jawab tentang kegiatan pada hari itu kemudian ditutup dengan berdoa dan salam.

c. Observasi

Kegiatan observasi yang diamati yaitu seluruh kegiatan yang berlangsung saat penelitian. Pengamatan dilakukan selama 1 minggu setelah Siklus II selesai dilaksanakan.Pelaksanaan observasi yakni dengan mengamati kegiatan anak selama pembelajaran di sekolah berlangsung dari mulai masuk sekolah sampai pulang sekolah. Selama proses kegiatan pembelajaran Siklus II dari pertemuan ke 70 1 sampai ke 3 berjalan lancar. Tindakan dihentikan karena hasil pengamatan sudah menunjukkan indikator keberhasilan lebih dari 75 dari seluruh kelas setelah pengamatan pasca Siklus II selesai dilaksanakan. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada Siklus II terlihat lebih menyenangkan, karena anak sudah terlihat mampu berpikir dan bertindak sesuai dengan keinginannya. Anak juga terlihat mampu bertanya jika tidak mengerti tanpa harus diberikan pertanyaan atau bimbingan. Selama proses pembelajaran, guru menekankan kepada anak untuk bersikap mandiri dan meminta bantuan jika merasa tidak bisa. Anak-anak yang bisa mandiri mendapatkan bintang pada buku masing-masing. Pencapaian indikator kemandirian anak selama kegiatan di luar kelas sudah berkembanglebih baik dari Siklus I. Hal ini dapat dilihat bahwa anak dapat mengerjakan sendiri apa yang menjadi tugasnya. Anak memiliki sikap percaya diri sehingga mau mengikuti kegiatan yang dilakukan tanpa harus dipaksa atau disuruh. Pada pengamatan pembelajaran seminggu berikutnya sudah mengalami peningkatan lebih baik terutama pada kemandirian anak di saat mengikuti pembelajaran. Anak lebih mandiri dalam mengerjakan tugasnya sendiri, mau bertanya dan tidak ragu-ragu jika disuruh tampil atau mengerjakan di depan kelas. Indikator kemandirian yang teramati pada anak terlihat menetap dan tidak terintervensi oleh keadaan anak. Namun, hanya 23 anak yang teramati selama pengamatan pasca Siklus II disebabkan oleh HDA yang selama seminggu tidak masuk karena sakit. Berikut ini tabel hasil observasi kemandirian anak di kelompok B setelah tindakan Siklus II. 71 Tabel 6. Hasil Observasi Kemandirian Anak Setelah Siklus II No Nama Anak Kemunculan indikator kemandirian anak kelompok B Jumlah Peluang Persentase Kriteria 1 2 3 4 5 6 1. Put 14 - 16 14 16 15 75 100 75 Berkembang sesuai harapan 2. Pim 13 - 14 15 13 16 71 100 71 Berkembang sesuai harapan 3. Gal 12 15 15 13 13 12 80 120 66,7 Berkembang sesuai harapan 4. Dan 14 13 11 12 12 11 73 120 60,8 Berkembang sesuai harapan 5. Riz 14 15 - - 16 15 60 80 75 Berkembang sesuai harapan 6. Iku 16 16 15 14 15 16 92 120 76,7 Berkembang sangat baik 7. Fhr 15 - 13 15 13 14 70 100 70 Berkembang sesuai harapan 8. Uzn 13 - 12 13 - 13 51 80 63,8 Berkembang sesuai harapan 9. Fhl 12 14 12 12 13 14 77 120 64,2 Berkembang sesuai harapan 10. Fiz 11 - 10 10 - 9 40 80 50 Mulai berkembang 11. Isn 15 14 16 16 17 15 92 120 76,7 Berkembang sangat baik 12. Ita 15 15 16 14 16 16 92 120 76,7 Berkembang sangat baik 13. Nur 12 11 11 9 11 10 64 120 53,3 Berkembang sesuai harapan 14. Lrs 10 8 11 10 10 11 60 120 50 Mulai berkembang 15. Pep 12 10 13 12 10 10 67 120 55,8 Berkembang sesuai harapan 16. Ayd 11 8 10 13 11 12 65 120 54,2 Berkembang sesuai harapan 17. Nis 10 12 13 13 - 14 62 100 62 Berkembang sesuai harapan 18. Ris 14 15 - 15 16 15 75 100 75 Berkembang sesuai harapan 19. Nov 14 14 14 17 - 16 75 100 75 Berkembang sesuai harapan 20. Iis - 14 - - 13 13 40 60 66,7 Berkembang sesuai harapan 21. Lia 13 13 12 14 11 12 75 120 62,5 Berkembang sesuai harapan 22. Lin 14 14 - 12 16 12 68 100 68 Berkembang sesuai harapan 23. Ach 15 13 15 16 - - 59 80 73,8 Berkembang sesuai harapan Dari data tersebut diatas dapat dikatakan bahwa ketercapaian pada pengamatan Siklus II menunjukkan bahwa kriteria belum berkembang sudah tidak ada, mulai berkembang sebanyak 2 anak, berkembang sesuai harapan tercapai sebanyak 18 anak dan yang berkembang sangat baik sebanyak 3 anak. Adapun rekapitulasi dari data kemandirian anak dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 7. Rekapitulasi Data Peningkatan Kemandirian Anak Setelah Siklus II No. Kriteria Jumlah Anak Persentase 1. Berkembang sangat baik 3 13,1 2. Berkembang sesuai harapan 18 78,3 3. Mulai berkembang 2 8,7 4. Belum berkembang 72 Berdasarkan data tabel di atas, kemandirian anak setelah dilaksanakan Siklus II mengalami peningkatan. Terlihat kemandirian anak pada kriteria berkembang sangat baik sebanyak 3 anak dengan persentase 13,1, berkembang sesuai harapan sebanyak 18 anak dengan persentase 78,3 dan yang memiliki kriteria mulai berkembang sebanyak 2 anak dengan persentase 8,7. Hal ini dikarenakan guru masih memberlakukan reward untuk anak dan juga melakukan kegiatan di luar ruangan selama 2 kali seminggu. Anak-anak terlihat antusias ketika diajak untuk belajar di luar kelas.

d. Refleksi

Kegiatan refleksi pada Siklus II lebih mengarah kepada evaluasi proses dan hasil pelaksanaan setiap tindakan. Secara keseluruhan pelaksanaan Siklus II berjalan dengan lancar dan menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan di luar kelas telah mencapai keberhasilan. Hal tersebut ditunjukkan dalam tabel berikut: Tabel 8. Rekapitulasi Data Kemandirian Anak Sebelum Tindakan, Setelah Siklus I dan Setelah Siklus II No. Kriteria Sebelum tindakan Setelah Siklus I Setelah Siklus II Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 1. Berkembang sangat baik 2 8,3 3 12,5 3 13,1 2. Berkembang sesuai harapan 4 16,7 12 50 18 78,3 3. Mulai berkembang 14 58,33 8 33,3 2 8,7 4. Belum berkembang 4 16,7 1 4,2 Berdasarkan pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa kemandirian anak sebelum tindakan yang berada pada kriteria sangat baik sebanyak 2 anak dengan persentase 73 8,3, kriteria berkembang sesuai harapan sebanyak 4 anak dengan persentase 16,7, kriteria mulai berkembang sebanyak 14 anak dengan persentase 58,3 dan kriteria belum berkembang sebanyak 4 anak dengan persentase 16,7. Setelah dilakukan tindakan Siklus I, yang berada pada kriteria berkembang sangat baik sebanyak 3 anak dengan persentase 12,5, kriteria berkembang sesuai harapan sebanyak 12 anak dengan persentase 50, kriteria mulai berkembang sebanyak 8 anak dengan persentase 33,3 dan kriteria belum berkembang sebanyak 1 anak dengan persentase 4,2. Pada akhir tindakan Siklus II, yang memiliki kriteria berkembang sangat baik sebanyak 3 anak dengan persentase 13,1 dan kriteria berkembang sesuai harapan sebanyak 18 anak dengan persentase 78,3 dan mulai berkembang sebanyak 2 anak dengan persentase 8,7. Data pada tabel rekapitulasi kemandirian anak sebelum tindakan, Siklus I dan Siklus II dapat dijelaskan melalui gambar di bawah ini: 20 40 60 80 Sebelum tindakan Siklus I Siklus II 8.3 12.5 13.1 16.7 50 78.3 58.3 33.3 8.7 16.7 4.2 Berkembang sangat baik Berkembang sesuai harapan Mulai berkembang Belum berkembang Gambar 3. Grafik Persentase Peningkatan Kemandirian Anak Sebelum Tindakan, Setelah Siklus I dan Setelah Siklus II Berdasarkan gambar di atas terlihat jelas peningkatan kemandirian anak sebelum tindakan sebesar 16,7, setelah Siklus I sebesar 50 dan Siklus II 74 sebesar 78,3. Keberhasilan dapat dilihat dari adanya peningkatan hasil pada setiap siklus dan mencapai indikator keberhasilan setelah Siklus II yakni mencapai 75 atau pada kriteria berkembang sesusi harapan atau anak mandiri. Hasil yang ditunjukkan setelah Siklus II juga lebih baik dibandingkan dengan Siklus I jika dilihat dari peningkatan persentase kemandirian anak dalam satu kelas. Pembelajaran pada Siklus II telah dilakukan perbaikan-perbaikan dalam kegiatan pembelajaran di luar kelas untuk mencapai indikator keberhasilan. Perbaikan itu antara lain penguatan berupa reward, perubahan media yang digunakan serta perubahan jumlah kelompok dalam permainan. Dari hasil pengamatan, pemberian reward memberikan efek positif agar anak mau mengikuti pembelajaran sesuai yang direncanakan. Selain itu media yang digunakan dalam penugasan dibedakan dengan yang sebelumnya sehingga anak tertarik dengan kegiatan yang dilakukan. Penggunaan media yang bervariasi dapat mendorong minat dan motivasi anak melakukan kegiatan. Kegiatan penugasan juga dikerjakan sesuai dengan keinginan anak tanpa ada intervensi dari guru. Anak diberikan kesempatan untuk mengerjakan sendiri dan meminimalkan bantuan dari guru. Melalui perbaikan yang dilakukan, akhirnya pembelajaran Siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditunjukkan pada pengamatan setelah Siklus II. Data hasil pengamatan setiap anak juga menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemandirian dilihat pada tabel berikut ini: 75 Tabel 9. Hasil Observasi Peningkatan Kemandirian setiap Anak sebelum tindakan, setelah Siklus I dan setelah Siklus II No Nama Anak Kondisi Awal sebelum Tindakan Kriteria Setelah Siklus I Kriteria Setelah Siklus II Kriteria 1. Hda 78,3 BSB 76,7 BSB 2. Put 55 BSH 59,2 BSH 75 BSH 3. Pim 46,7 MB 51,7 BSH 71 BSH 4. Gal 41,7 MB 56,7 BSH 66,7 BSH 5. Dan 40 MB 53,3 BSH 60,8 BSH 6. Riz 55 BSH 60 BSH 75 BSH 7. Iku 50 MB 75 BSB 76,7 BSB 8. Fhr 40 MB 44,2 MB 70 BSH 9. Uzn 20 BB 45 MB 63,8 BSH 10. Fhl 41,7 MB 53,8 BSH 64,2 BSH 11. Fiz 20 BB 46,3 MB 50 MB 12. Isn 50 MB 75 BSH 76,7 BSB 13. Ita 76,7 BSB 76,7 BSB 76,7 BSB 14. Nur 43,3 MB 46,7 MB 53,3 BSH 15. Lrs 23,3 BB 37,5 BB 50 BSH 16. Pep 35 MB 53,3 BSH 55,8 BSH 17. Ayd 25 BB 50 MB 54,2 BSH 18. Nis 26,7 MB 43,3 MB 62 BSH 19. Ris 60 BSH 64,2 BSH 75 BSH 20. Nov 40 MB 60 BSH 75 BSH 21. Iis 30 MB 50 MB 66,7 BSH 22. Lia 50 MB 56,7 BSH 62,5 BSH 23. Lin 55 BSH 55 BSH 68 BSH 24. Ach 35 MB 68 BSH 73,8 BSH Dari data di atas, dapat teramati peningkatan kemandirian setiap anak setelah dilakukan tindakan kegiatan di luar kelas selama Siklus I dan Siklus II. Terdapat peningkatan yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi awal anak sebelum tindakan. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa penggunaan kegiatan di luar kelas dapat meningkatkan kemandirian anak. Hasil yang dicapai pada Siklus II menjadi dasar bagi peneliti untuk menghentikan penelitian hanya sampai Siklus II karena sudah sesuai dengan hipotesis tindakan dan mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan. 76

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, kemandirian anak kelompok B dapat meningkat setiap siklusnyahingga mencapai kriteria berkembang sesuai harapan bagi 23 anak atau mencapai 78,3. Pengamatan dilakukan setelah tindakan yakni pada pembelajaran sehari-hari di sekolah mulai dari anak masuk kelas sampai pulang sekolah. Peningkatan kemandirian anak tersebut dipengaruhi oleh perubahan sikap anak selama mengikuti kegiatan di luar kelas yang dilaksanakan. Anak terlihat lebih percaya diri dalam mengerjakan tugasnya dan berani tampil serta dapat mengungkapkan pendapatnya. Anak terlihat lebih bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas dan menyiapkan kebutuhan yang diperlukan di sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Husamah 2013: 22, yang menyebutkan bahwa kegiatan di luar kelas dapat dipergunakan untuk mengasah aktivitas fisik dan sosial anak dimana anak akan lebih banyak melakukan kegiatan-kegiatan yang secara tidak langsung melibatkan kemampuan mengambil keputusan, memecahkan masalah, memenuhi kebutuhan dirinya dan kemampuan berkreasi. Kegiatan di luar kelas ini mengajak anak untuk lebih bertanggung jawab dengan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Hasil dari tindakan yang dilakukan tersebut juga sesuai dengan pendapat Adelia Vera 2012: 38 yang menyatakan bahwa manfaat model kegiatandi luar kelas ini salah satunya adalah untuk meningkatkan kemandirian anak terutama dalam hal meminimalkan ketergantungannya dengan orang lain. Pada saat 77 kegiatan di luar kelas, anak dihadapkan dengan kondisi sekitar dan didorong untuk aktif mengembangkan ide-idenya dengan guru sebagai fasillitator. Anak belajar berbagai hal dari kegiatan yang dilakukan di luar kelas dan terlihat nyaman dan senang berada di luar kelas. Anak mengikuti kegiatan dengan bebas tanpa intervensi berlebihan dan dapat melatih kemandiriannya. Hal tersebut sesuai dengan dikemukakan oleh Adelia Vera 2012 bahwa kegiatan luar kelas akan mendorong anak antusias dalam mengikuti kegiatan karena setting alam terbuka akan memberikan suasana yang menyenangkan bagi anak. Situasi di luar kelas menjadikan anak lebih mandiri baik itu dalam mengungkapkan pendapat, menyelesaikan tugas yang diberikan dan menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan anak. Peningkatan kemandirian anak juga tidak lepas dari kendala seperti anak yang tidak mau ditinggal dan masih sangat bergantung pada orang lain. Dari hasil wawancara dengan guru, anak memang memiliki kecenderungan manja, sebagian anak tunggal dan kurang percaya diri jika berkumpul dengan teman. Novan Ardy Wiyani 2013: 37 mengemukakan bahwa anak yang cenderung manja dan selalu bergantung pada orang lain mungkin menerima perlakuan berlebihan dari orang tua dan keluarganya. Anak terbiasa untuk memenuhi kebutuhan dirinya dengan bbantuan dan orangtua juga cenderung tidak memberi kesempatan seluas-luasnya pada anak untuk mengembangkan dirinya. Terdapat 2 anak yang memiliki kestabilan kemandirian yang berkembang sangat baik sejak awal yaitu HDA dan ITA. Hal ini dikarenakan anak dalam kesehariannya di sekolah tidak pernah ditunggu, aktif bertanya bila tidak

Dokumen yang terkait

PENGARUH PERMAINAN PLASTISIN TERHADAP KREATIVITAS ANAK KELOMPOK B DI TK MASYITHOH, KARANGMOJO, Pengaruh Permainan Plastisin Terhadap Kreativitas Anak Kelompok B Di TK Masyithoh, Karangmojo, Gunungkidul Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 1 16

PENGARUH PERMAINAN PLASTISIN TERHADAP KREATIVITAS ANAK KELOMPOK B DI TK MASYITHOH, KARANGMOJO, Pengaruh Permainan Plastisin Terhadap Kreativitas Anak Kelompok B Di TK Masyithoh, Karangmojo, Gunungkidul Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 2 13

PENINGKATAN KECERDASAN KINESTETIK ANAK MELALUI KEGIATAN GERAK DAN LAGU KELOMPOK B DI TK Peningkatan Kecerdasan Kinestetik Anak Melalui Kegiatan Gerak Dan Lagu Kelompok B Di TK Pertiwi Ceporan I Gantiwarno Klaten Tahun Ajaran 2013/2014.

0 2 15

PENINGKATAN KECERDASAN KINESTETIK ANAK MELALUI KEGIATAN GERAK DAN LAGU KELOMPOK B DI TK Peningkatan Kecerdasan Kinestetik Anak Melalui Kegiatan Gerak Dan Lagu Kelompok B Di TK Pertiwi Ceporan I Gantiwarno Klaten Tahun Ajaran 2013/2014.

0 1 13

PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGGAMBAR BEBAS PADA ANAK KELOMPOK B Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Kegiatan Menggambar Bebas Pada Anak Kelompok B Di TK Pertiwi 1 Cawas Kecamatan Cawas Tahun 2011 / 2012.

0 1 15

STUDI KETERAMPILAN PROSES SAINS DASAR PADA ANAK TK KELOMPOK B DI GUGUS II KECAMATAN KRETEK, BANTUL.

0 0 127

PENINGKATAN KEMANDIRIAN ANAK DI SEKOLAH MELALUI METODE BERMAIN PERAN DI KELOMPOK B TK PKK PRAWIROTAMAN YOGYAKARTA.

0 19 194

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MENGGUNAKAN PERMAINAN KARTU KATA PADA ANAK KELOMPOK B TK MASYITHOH NGASEM SEWON BANTUL YOGYAKARTA.

0 0 168

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN KOLASE PADA ANAK KELOMPOK B DI TK PKK KARTINI PADOKAN KIDUL TIRTONIRMOLO KASIHAN BANTUL.

1 6 73

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DENGAN KERTAS PADA ANAK KELOMPOK B TK KKLKMD SEDYO RUKUN BAMBANGLIPURO BANTUL.

2 9 187