65
yaitu melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan RKH yang sudah dibuat. Berikut ini uraian proses pelaksanaan kegiatan Siklus II.
Kegiatan awal yang rutin dilakukan adalah anak berbaris di depan kelas dan m
elakukan gerakan ringan sebelum masuk kelas. Namun jika hari Jum‟at, anak senam bersama terlebih dahulu di halaman sekolah. Selanjutnya setelah
masuk kelas, anak duduk melingkar di karpet atau tikar yang telah disiapkan. Anak membaca doa bersama, menghafal beberapa surat pendek, hadist dan doa
sehari-hari. 1.
Penelitian Tindakan Siklus II Pertemuan I Penelitian tindakan Siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada hari
Rabu, 26 Agustus 2015 dengan tema diri sendiri, sub tema anggota tubuh. Jumlah. Jumlah anak yang mengikuti pembelajaran pada siklus II pertemuan I sebanyak
23 anak. Berikut gambaran penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan. Kegiatan awal dilakukan dengan mengajak anak berbaris di depan kelas
sebelum masuk ruangan. Guru menunjuk salah satu anak untuk memimpin teman lainnya. Anak-anak melakukan gerakan ringan dengan dipandu guru kelas.
Setelah selesai, anak diajak untuk masuk kelas dan duduk melingkar di karpet yang disediakan. Beberapa anak meminta ijin guru untuk minum dan diikuti anak
lain. Terlihat anak masih berebut untuk mengambil air minum, namun tidak ada anak yang meminta bantuan guru atau orang tua untuk mengambilkan minum.
Guru menghitung sampai 10 agar anak kembali duduk melingkar di karpet. Guru mengajak anak untuk berdoa bersama-sama dan menghafalkan beberapa surat
66
pendek dan hadist. Guru juga menerangkan tata cara sholat yang benar. Namun sebelumnya, anak diajak untuk tepuk Islam dan bernyanyi “Tegakkan Sholat”.
Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar sholat kepada setiap anak. Bagi anak yang menjawab akan diajak bermain di luar. Beberapa anak
berani menjawab dengan keras walaupun ada juga yang salah. Namun hanya AYD yang sama sekali tidak mau menjawab. Guru kelas sudah membimbing
namun AYD hanya diam saja. Guru memberitahu anak-anak lain supaya berani berbicara dan tidak boleh takut jika ditanya. Selanjutnya guru mengajak anak
untuk beralih memperhatikan penjelasan guru tentang kegiatan inti yang akan dilakukan.
Setelah dua kegiatan sebelumnya selesai dilakukan dan anak sudah cukup beristirahat, kegiatan akhir merupakan kegiatan di luar kelas berupa penugasan di
luar ruangan dengan arahan menggambar bebas sesuai kreativitas anak. Tujuannya adalah untuk melatih kemandirian berpikir anak, melatih sikap gigih
dan mau mengerjakan tugas sesuai dengan minat dan keinginannya. Berbeda dengan kegiatan penugasan menggambar pada siklus sebelumnya yang diarahkan
untuk menggambar orang, pada Siklus II ini anak dibebaskan untuk menggambar sendiri sesuai dengan apa yang dilihatnya.
Anak-anak menyiapkan peralatan yang diperlukan seperti krayon, pensil, penghapus dan buku gambar. Beberapa anak juga menyiapkan penggaris dan
spidol. Guru juga menyiapkan beberapa cat air yang boleh digunakan anak secara bergantian. Guru bertindak sebagai fasilitator dengan memberi arahan dan sebisa
mungkin tidak membantu anak. Terlihat anak-anak sudah dapat menyiapkan
67
segala perlengkapan yang diperlukan. Hanya NUR dan LRS yang masih meminta bantuan ibunya. Anak-anak lalu menuju beberapa tempat di sekitar sekolah untuk
mulai menggambar sesuai dengan yang dilihat anak. Anak mulai menggambar dengan antusias dan semua selesai dikerjakan sendiri tanpa meminta bantuan
orang lain guru maupun teman. Sesekali guru memberikan pertanyaan kepada masing-masing anak mengenai gambar apa yang dibuat, dan anak menjawab
dengan semangat. Guru juga selalu mengingatkan anak untuk menjaga kebersihan dengan membuang sampah pada tempatnya dan selalu mencuci tangan setelah
kegiatan di luar ruangan. 2.
Penelitian Tindakan Siklus II Pertemuan 2 Penelitian tindakan Siklus II pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Jumat,
28 Agustus 2015 dengan tema diri sendiri, sub tema anggota tubuh. Jumlah anak yang mengikuti pembelajaran pada Siklus II pertemuan 2 sebanyak 24 anak.
Berikut gambaran penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan kegiatan fisik motorik berupa
kegiatan senam ceria 2 yang rutin dilakukan setiap hari Jumat. Anak-anak mengikuti dengan antusias. Guru kelas memberi jempol kepada UZN yang sudah
ditinggal ayahnya tanpa menangis. UZN juga mau mengikuti senam setelah sebelumnya tidak mau senam. Setelah selesai senam, anak-anak masuk kelas dan
minum. Terlihat GLH yang datang terlambat namun mau bersalaman dengan guru dan menaruh tas sendiri di tempatnya.
Sebelum memulai kegiatan, anak-anak seperti biasa diajak berdoa bersama dan menghafal beberapa surat pendek dan doa. Guru mulai menerangkan tiga
68
kegiatan yang akan dilalui anak pada hari itu. Anak-anak terlihat duduk melingkar dan mendengarkan.
Kegiatan di luar kelas pada hari itu adalah permainan puzzle di luar ruangan. Tujuan permainan untuk meningkatkan kemandirian anak adalah untuk
melatih rasa percaya diri, bertanggungjawab dan mau mencoba. Berbeda dengan siklus sebelumnya, kegiatan ini berupa permainan individual sehingga anak
bergerak sendiri tanpa campur tangan teman lain seperti dalam permainan kelompok. Pelaksanaan permainan dilakukan bergantian satu kloter masing-
masing 4-5 anak yang ditunjuk guru dan berdiri berjajar dengan jarak 50 cm. Anak-anak diminta untuk berlomba memasang puzzle dengan jarak sekitar 2,5
meter. Potongan puzzle diletakkan di tempat anak berdiri dan tempat puzzle diletakkan di seberang. Anak-anak berlomba untuk memasang puzzle dan antri
menunggu giliran. Anak-anak yang menunggu giliran memberikan semangat pada anak yang sedang berlomba dengan tepuk tangan dan teriakan menyebut nama
teman yang berlomba bergantian. Guru kelas sudah baik dalam memberikan motivasi kepada anak untuk
ikut bermain dan percaya diri. AYD terlihat mau mencoba kegiatan dan mau berlomba dengan teman-temannya padahal sebelumnya AYD sama sekali tidak
mau jika disuruh guru atau diajak bermain oleh temannya. Selain itu PUT terlihat menangis karena terakhir memasang puzzle. Peneliti menenangkan PUT dan PUT
mengatakan tidak mau ikut bermain lagi karena takut kalah. Permainan puzzle dilakukan oleh semua anak dengan gembira dan guru memberi reward bintang 4
kepada semua anak yang ikut.
69
3. Penelitian Tindakan Siklus II Pertemuan 3
Pertemuan 3 dilakukan pada hari Sabtu, 29 Agustus 2015 dengan tema diri sendiri dan sub tema anggota tubuh. Kegiatan di luar kelaspada hari itu
dilaksanakan dengan kegiatan eksplorasi alam sekitar dengan jalan-jalan sekitar sekolah. Biasanya sekolah juga melakukan kegiatan jalan-jalan namun tidak
disertai dengan pembelajaran dan tujuannya untuk kegiatan fisik sebelum belajar. Guru menjelaskan pada anak untuk mengikuti kegiatan dengan tertib ketika
mengikuti kegiatan di luar kelas. Guru mengajak anak untuk berbaris sebelum berjalan-jalan dan melakukan tepuk-tepuk bersama. Selama pembelajaran
eksplorasi berlangsung, guru lebih banyak mengajak anak untuk berdiskusi mengenai apa yang mereka temukan dan memberikan pertanyaan-pertanyaan
kepada anak. ITA dan HDA terlihat banyak bertanya kepada guru maupun peneliti.
Kegiatan akhir diisi dengan bernyanyi bersama atau tepuk bersama melingkar di tikar. Setelah itu dilakukan recalling evaluasi berupa tanya jawab
tentang kegiatan pada hari itu kemudian ditutup dengan berdoa dan salam.
c. Observasi
Kegiatan observasi yang diamati yaitu seluruh kegiatan yang berlangsung saat penelitian. Pengamatan dilakukan selama 1 minggu setelah Siklus II selesai
dilaksanakan.Pelaksanaan observasi yakni dengan mengamati kegiatan anak selama pembelajaran di sekolah berlangsung dari mulai masuk sekolah sampai
pulang sekolah. Selama proses kegiatan pembelajaran Siklus II dari pertemuan ke
70
1 sampai ke 3 berjalan lancar. Tindakan dihentikan karena hasil pengamatan sudah menunjukkan indikator keberhasilan lebih dari 75 dari seluruh kelas
setelah pengamatan pasca Siklus II selesai dilaksanakan. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada Siklus II terlihat lebih
menyenangkan, karena anak sudah terlihat mampu berpikir dan bertindak sesuai dengan keinginannya. Anak juga terlihat mampu bertanya jika tidak mengerti
tanpa harus diberikan pertanyaan atau bimbingan. Selama proses pembelajaran, guru menekankan kepada anak untuk bersikap mandiri dan meminta bantuan jika
merasa tidak bisa. Anak-anak yang bisa mandiri mendapatkan bintang pada buku masing-masing.
Pencapaian indikator kemandirian anak selama kegiatan di luar kelas sudah berkembanglebih baik dari Siklus I. Hal ini dapat dilihat bahwa anak dapat
mengerjakan sendiri apa yang menjadi tugasnya. Anak memiliki sikap percaya diri sehingga mau mengikuti kegiatan yang dilakukan tanpa harus dipaksa atau
disuruh. Pada pengamatan pembelajaran seminggu berikutnya sudah mengalami peningkatan lebih baik terutama pada kemandirian anak di saat mengikuti
pembelajaran. Anak lebih mandiri dalam mengerjakan tugasnya sendiri, mau bertanya dan tidak ragu-ragu jika disuruh tampil atau mengerjakan di depan kelas.
Indikator kemandirian yang teramati pada anak terlihat menetap dan tidak terintervensi oleh keadaan anak. Namun, hanya 23 anak yang teramati selama
pengamatan pasca Siklus II disebabkan oleh HDA yang selama seminggu tidak masuk karena sakit. Berikut ini tabel hasil observasi kemandirian anak di
kelompok B setelah tindakan Siklus II.
71
Tabel 6. Hasil Observasi Kemandirian Anak Setelah Siklus II
No Nama
Anak Kemunculan indikator
kemandirian anak kelompok B Jumlah
Peluang Persentase
Kriteria 1
2 3
4 5
6 1.
Put 14
- 16 14 16 15
75 100
75
Berkembang sesuai harapan
2. Pim
13 -
14 15 13 16 71
100 71
Berkembang sesuai harapan
3. Gal
12 15 15 13 13 12
80 120
66,7
Berkembang sesuai harapan
4. Dan
14 13 11 12 12 11
73 120
60,8
Berkembang sesuai harapan
5. Riz
14 15
- -
16 15 60
80 75
Berkembang sesuai harapan
6. Iku
16 16 15 14 15 16
92 120
76,7
Berkembang sangat baik
7. Fhr
15 -
13 15 13 14 70
100 70
Berkembang sesuai harapan
8. Uzn
13 -
12 13 -
13 51
80 63,8
Berkembang sesuai harapan
9. Fhl
12 14 12 12 13 14
77 120
64,2
Berkembang sesuai harapan
10. Fiz
11 -
10 10 -
9 40
80 50
Mulai berkembang 11.
Isn 15
14 16 16 17 15 92
120 76,7
Berkembang sangat baik
12. Ita
15 15 16 14 16 16
92 120
76,7
Berkembang sangat baik
13. Nur
12 11 11
9 11 10
64 120
53,3
Berkembang sesuai harapan
14. Lrs
10 8
11 10 10 11 60
120 50
Mulai berkembang 15.
Pep 12
10 13 12 10 10 67
120 55,8
Berkembang sesuai harapan
16. Ayd
11 8
10 13 11 12 65
120 54,2
Berkembang sesuai harapan
17. Nis
10 12 13 13
- 14
62 100
62
Berkembang sesuai harapan
18. Ris
14 15
- 15 16 15
75 100
75
Berkembang sesuai harapan
19. Nov
14 14 14 17
- 16
75 100
75
Berkembang sesuai harapan
20. Iis
- 14
- -
13 13 40
60 66,7
Berkembang sesuai harapan
21. Lia
13 13 12 14 11 12
75 120
62,5
Berkembang sesuai harapan
22. Lin
14 14
- 12 16 12
68 100
68
Berkembang sesuai harapan
23. Ach
15 13 15 16
- -
59 80
73,8
Berkembang sesuai harapan
Dari data tersebut diatas dapat dikatakan bahwa ketercapaian pada pengamatan Siklus II menunjukkan bahwa kriteria belum berkembang sudah tidak
ada, mulai berkembang sebanyak 2 anak, berkembang sesuai harapan tercapai sebanyak 18 anak dan yang berkembang sangat baik sebanyak 3 anak. Adapun
rekapitulasi dari data kemandirian anak dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 7. Rekapitulasi Data Peningkatan Kemandirian Anak Setelah Siklus II
No. Kriteria
Jumlah Anak Persentase
1. Berkembang sangat baik
3 13,1
2. Berkembang sesuai harapan
18 78,3
3. Mulai berkembang
2 8,7
4. Belum berkembang
72
Berdasarkan data tabel di atas, kemandirian anak setelah dilaksanakan Siklus II mengalami peningkatan. Terlihat kemandirian anak pada kriteria berkembang
sangat baik sebanyak 3 anak dengan persentase 13,1, berkembang sesuai harapan sebanyak 18 anak dengan persentase 78,3 dan yang memiliki kriteria
mulai berkembang sebanyak 2 anak dengan persentase 8,7. Hal ini dikarenakan guru masih memberlakukan reward untuk anak dan juga melakukan kegiatan di
luar ruangan selama 2 kali seminggu. Anak-anak terlihat antusias ketika diajak untuk belajar di luar kelas.
d. Refleksi
Kegiatan refleksi pada Siklus II lebih mengarah kepada evaluasi proses dan hasil pelaksanaan setiap tindakan. Secara keseluruhan pelaksanaan Siklus II
berjalan dengan lancar dan menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan di luar kelas telah mencapai keberhasilan. Hal tersebut ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 8. Rekapitulasi Data Kemandirian Anak Sebelum Tindakan, Setelah Siklus I dan Setelah Siklus II
No. Kriteria
Sebelum tindakan Setelah Siklus I
Setelah Siklus II Frekuensi
Persentase Frekuensi
Persentase Frekuensi
Persentase 1.
Berkembang sangat baik
2 8,3
3 12,5
3 13,1
2. Berkembang
sesuai harapan
4 16,7
12 50
18 78,3
3. Mulai
berkembang
14 58,33
8 33,3
2 8,7
4. Belum
berkembang
4 16,7
1 4,2
Berdasarkan pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa kemandirian anak sebelum tindakan yang berada pada kriteria sangat baik sebanyak 2 anak dengan persentase
73
8,3, kriteria berkembang sesuai harapan sebanyak 4 anak dengan persentase 16,7, kriteria mulai berkembang sebanyak 14 anak dengan persentase 58,3
dan kriteria belum berkembang sebanyak 4 anak dengan persentase 16,7. Setelah dilakukan tindakan Siklus I, yang berada pada kriteria berkembang sangat
baik sebanyak 3 anak dengan persentase 12,5, kriteria berkembang sesuai harapan sebanyak 12 anak dengan persentase 50, kriteria mulai berkembang
sebanyak 8 anak dengan persentase 33,3 dan kriteria belum berkembang sebanyak 1 anak dengan persentase 4,2. Pada akhir tindakan Siklus II, yang
memiliki kriteria berkembang sangat baik sebanyak 3 anak dengan persentase 13,1 dan kriteria berkembang sesuai harapan sebanyak 18 anak dengan
persentase 78,3 dan mulai berkembang sebanyak 2 anak dengan persentase 8,7. Data pada tabel rekapitulasi kemandirian anak sebelum tindakan, Siklus I
dan Siklus II dapat dijelaskan melalui gambar di bawah ini:
20 40
60 80
Sebelum tindakan Siklus I
Siklus II 8.3
12.5 13.1
16.7 50
78.3 58.3
33.3 8.7
16.7 4.2
Berkembang sangat baik Berkembang sesuai harapan
Mulai berkembang Belum berkembang
Gambar 3. Grafik Persentase Peningkatan Kemandirian Anak Sebelum Tindakan, Setelah Siklus I dan Setelah Siklus II
Berdasarkan gambar di atas terlihat jelas peningkatan kemandirian anak sebelum tindakan sebesar 16,7, setelah Siklus I sebesar 50 dan Siklus II
74
sebesar 78,3. Keberhasilan dapat dilihat dari adanya peningkatan hasil pada setiap siklus dan mencapai indikator keberhasilan setelah Siklus II yakni
mencapai 75 atau pada kriteria berkembang sesusi harapan atau anak mandiri. Hasil yang ditunjukkan setelah Siklus II juga lebih baik dibandingkan dengan
Siklus I jika dilihat dari peningkatan persentase kemandirian anak dalam satu kelas.
Pembelajaran pada Siklus II telah dilakukan perbaikan-perbaikan dalam kegiatan pembelajaran di luar kelas untuk mencapai indikator keberhasilan.
Perbaikan itu antara lain penguatan berupa reward, perubahan media yang digunakan serta perubahan jumlah kelompok dalam permainan. Dari hasil
pengamatan, pemberian reward memberikan efek positif agar anak mau mengikuti pembelajaran sesuai yang direncanakan. Selain itu media yang
digunakan dalam penugasan dibedakan dengan yang sebelumnya sehingga anak tertarik dengan kegiatan yang dilakukan. Penggunaan media yang bervariasi dapat
mendorong minat dan motivasi anak melakukan kegiatan. Kegiatan penugasan juga dikerjakan sesuai dengan keinginan anak tanpa ada intervensi dari guru.
Anak diberikan kesempatan untuk mengerjakan sendiri dan meminimalkan bantuan dari guru. Melalui perbaikan yang dilakukan, akhirnya pembelajaran
Siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditunjukkan pada pengamatan setelah Siklus II.
Data hasil pengamatan setiap anak juga menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemandirian dilihat pada tabel berikut ini:
75
Tabel 9. Hasil Observasi Peningkatan Kemandirian setiap Anak sebelum tindakan, setelah Siklus I dan setelah Siklus II
No Nama
Anak Kondisi Awal
sebelum Tindakan
Kriteria Setelah
Siklus I Kriteria
Setelah Siklus II
Kriteria 1.
Hda 78,3
BSB 76,7
BSB 2.
Put 55
BSH 59,2
BSH 75
BSH 3.
Pim 46,7
MB 51,7
BSH 71
BSH 4.
Gal 41,7
MB 56,7
BSH 66,7
BSH 5.
Dan 40
MB 53,3
BSH 60,8
BSH 6.
Riz 55
BSH 60
BSH 75
BSH 7.
Iku 50
MB 75
BSB 76,7
BSB 8.
Fhr 40
MB 44,2
MB 70
BSH 9.
Uzn 20
BB 45
MB 63,8
BSH 10.
Fhl 41,7
MB 53,8
BSH 64,2
BSH 11.
Fiz 20
BB 46,3
MB 50
MB 12.
Isn 50
MB 75
BSH 76,7
BSB 13.
Ita 76,7
BSB 76,7
BSB 76,7
BSB 14.
Nur 43,3
MB 46,7
MB 53,3
BSH 15.
Lrs 23,3
BB 37,5
BB 50
BSH 16.
Pep 35
MB 53,3
BSH 55,8
BSH 17.
Ayd 25
BB 50
MB 54,2
BSH 18.
Nis 26,7
MB 43,3
MB 62
BSH 19.
Ris 60
BSH 64,2
BSH 75
BSH 20.
Nov 40
MB 60
BSH 75
BSH 21.
Iis 30
MB 50
MB 66,7
BSH 22.
Lia 50
MB 56,7
BSH 62,5
BSH 23.
Lin 55
BSH 55
BSH 68
BSH 24.
Ach 35
MB 68
BSH 73,8
BSH
Dari data di atas, dapat teramati peningkatan kemandirian setiap anak setelah dilakukan tindakan kegiatan di luar kelas selama Siklus I dan Siklus II. Terdapat
peningkatan yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi awal anak sebelum tindakan.
Berdasarkan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa penggunaan kegiatan di luar kelas dapat meningkatkan kemandirian anak. Hasil yang dicapai
pada Siklus II menjadi dasar bagi peneliti untuk menghentikan penelitian hanya sampai Siklus II karena sudah sesuai dengan hipotesis tindakan dan mencapai
indikator keberhasilan yang ditentukan.
76
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, kemandirian anak kelompok B dapat meningkat setiap siklusnyahingga mencapai kriteria
berkembang sesuai harapan bagi 23 anak atau mencapai 78,3. Pengamatan dilakukan setelah tindakan yakni pada pembelajaran sehari-hari di sekolah mulai
dari anak masuk kelas sampai pulang sekolah. Peningkatan kemandirian anak tersebut dipengaruhi oleh perubahan sikap
anak selama mengikuti kegiatan di luar kelas yang dilaksanakan. Anak terlihat lebih percaya diri dalam mengerjakan tugasnya dan berani tampil serta dapat
mengungkapkan pendapatnya. Anak terlihat lebih bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas dan menyiapkan kebutuhan yang diperlukan di sekolah. Hal
ini sesuai dengan pendapat dari Husamah 2013: 22, yang menyebutkan bahwa kegiatan di luar kelas dapat dipergunakan untuk mengasah aktivitas fisik dan
sosial anak dimana anak akan lebih banyak melakukan kegiatan-kegiatan yang secara tidak langsung melibatkan kemampuan mengambil keputusan,
memecahkan masalah, memenuhi kebutuhan dirinya dan kemampuan berkreasi. Kegiatan di luar kelas ini mengajak anak untuk lebih bertanggung jawab dengan
apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Hasil dari tindakan yang dilakukan tersebut juga sesuai dengan pendapat
Adelia Vera 2012: 38 yang menyatakan bahwa manfaat model kegiatandi luar kelas ini salah satunya adalah untuk meningkatkan kemandirian anak terutama
dalam hal meminimalkan ketergantungannya dengan orang lain. Pada saat
77
kegiatan di luar kelas, anak dihadapkan dengan kondisi sekitar dan didorong untuk aktif mengembangkan ide-idenya dengan guru sebagai fasillitator.
Anak belajar berbagai hal dari kegiatan yang dilakukan di luar kelas dan terlihat nyaman dan senang berada di luar kelas. Anak mengikuti kegiatan dengan
bebas tanpa intervensi berlebihan dan dapat melatih kemandiriannya. Hal tersebut sesuai dengan dikemukakan oleh Adelia Vera 2012 bahwa kegiatan luar kelas
akan mendorong anak antusias dalam mengikuti kegiatan karena setting alam terbuka akan memberikan suasana yang menyenangkan bagi anak. Situasi di luar
kelas menjadikan anak lebih mandiri baik itu dalam mengungkapkan pendapat, menyelesaikan tugas yang diberikan dan menyiapkan perlengkapan yang
dibutuhkan anak. Peningkatan kemandirian anak juga tidak lepas dari kendala seperti anak
yang tidak mau ditinggal dan masih sangat bergantung pada orang lain. Dari hasil wawancara dengan guru, anak memang memiliki kecenderungan manja, sebagian
anak tunggal dan kurang percaya diri jika berkumpul dengan teman. Novan Ardy Wiyani 2013: 37 mengemukakan bahwa anak yang cenderung manja dan selalu
bergantung pada orang lain mungkin menerima perlakuan berlebihan dari orang tua dan keluarganya. Anak terbiasa untuk memenuhi kebutuhan dirinya dengan
bbantuan dan orangtua juga cenderung tidak memberi kesempatan seluas-luasnya pada anak untuk mengembangkan dirinya.
Terdapat 2 anak yang memiliki kestabilan kemandirian yang berkembang sangat baik sejak awal yaitu HDA dan ITA. Hal ini dikarenakan anak dalam
kesehariannya di sekolah tidak pernah ditunggu, aktif bertanya bila tidak