LATAR BELAKANG 13122014171001RTBL PASAR AMUR

R R T T B B L L P P a a s s a a r r K K o o n n v v e e k k s s i i A A m m u u r r L L a a p p o o r r a a n n R R e e n n c c a a n n a a B B a a b b 1 1 - - 1 1 Bab 1 Pendahuluan

1.1. LATAR BELAKANG

untutan globalisasi telah membuat mekanisme desentralisasi menjadi pilihan utama sebagai asas pemerintahan daerah, sehingga otonomi menjadi prioritas utama. Hal ini dapat dilihat dari telah terwujudnya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, berupa kewenangan yang luas dan bertanggung jawab yang lebih besar. Pemerintah Daerah akan lebih banyak berperan dalam merencanakan aktifitas pembangunan di daerahnya, pada saat yang sama, fungsi pemerintah pusat semakin berkurang dan terbatas terutama pada kebijakan strategis dan makro. Otonomi daerah umumnya dipandang sebagai sebuah pilihan yang rasional untuk memecah kekuasaan birokratik yang terpusat, yang menyebabkan lahirnya bermacam- macam masalah administratif dan pemerintahan. Otonomi daerah memberi kemungkinan yang lebih besar kepada warga negara untuk memiliki akses langsung ke pemerintah dan sebaliknya dari pemerintah ke masyarakat, yang merangsang munculnya partisipasi yang luas dalam membuat perencanaan, kebijakan dan pelaksanaan pembangunan . Dengan telah diberikannya otonomi berarti pemerintah daerah memiliki kewenangan yang lebih besar dari apa yang sebelum ini dimiliki dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dan pelayanan. Tugas untuk melaksanakan otonomi daerah tetap saja merupakan pekerjaan sulit karena adanya sejumlah kendala, dari mulai penerapan batas- batas kewenangan antara level pemerintahan, arti pentingnya berbagai kebijakan, pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah keuangan, pemikiran-pemikiran tentang hubungan pusat-daerah, sampai pada cara-cara yang digunakan dalam memecakan isu-isu lokal. Berkenaan dengan hal diatas maka pembangunan perkotaan perlu dikembangkan secara terencana dan terpadu dengan memperhatikan pertumbuhan penduduk, urbanisasi, iklim berusaha dan kebutuhan fasilitas pelayanan sosial bagi warga kota dan sekitarnya. Disamping itu, untuk mewujudkan kondisi fisik kota yang teratur, rapi, efisien, nyaman, indah dan dapat memberikan kemudahan bergerak, maka pengaturan tata ruang kota, baik, tepat dan terarah akan sangat membantu dalam pengambilan kebijakan penanganan perkotaan. Kebijakan pembangunan wilayah perkotaan perlu memperhatikan pentingnya peranan fungsional dan finansial, mekanisme dan tanggung jawab dalam penyediaan dan pemeliharaan prasarana, mobilisasi sumber dana, penggunaan yang efisien serta kemampuan institusional. Sejalan dengan pembangunan perkotaan diatas maka penataan ruang di Propinsi Sumatera Barat mempunyai peluang yang cukup besar dengan memperhatikan isu pokok pengembangan wilayah Propinsi Sumatera Barat yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi wilayah, dimana terdapat indikasi kuat bahwa pembangunan Propinsi Riau yang berbatasan langsung dengan Sumatera Barat akan memberi arti penting dalam mendukung sektor-sektor non migas dengan upaya menggalakan pengembangan agribisnis dan agroindustri pertanian tanaman pangan. Penataan ruang Propinsi Sumatera Barat dilakukan dengan cara membuat perencanaan kawasan strategis, kawasan andalan, kawasan sentra produksi dan kawasan lainnya. Hal ini diusahakan agar menciptakan kesempatan pemerataan dan pertumbuhan wilayah dan antar wilayah. Adanya konsep pemberdayaan ekonomi kerakyatan melalui pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi baik diperkotaan dan diperdesaan, memerlukan penataan ruang yang strategis dan percepatan pembangunan infrastruktur di kawasan tertinggal, kawasan kurang berkembang, dan kawasan perbatasan antar propinsi, antar kotakabupaten. Untuk dapat mengendalikan pemanfaatan ruang, suatu rencana tata ruang seyogyanya ditindaklanjuti pula dengan pengaturan dibidang tata bangunan secara memadai, diantaranya melalui perangkat peraturan bangunan setempat. Pada bagian-bagian lingkungan yang memiliki pertumbuhan fisik yang cepat, yang telah berkembang secara kurang tertib, kurang produktif, atau kurang serasi dengan lingkungannya, memerlukan pengaturan tata bangunan yang lebih khusus, yang juga sekaligus dapat lebih mengarahkan perwujudan arsitektur dan lingkungan. T R R T T B B L L P P a a s s a a r r K K o o n n v v e e k k s s i i A A m m u u r r L L a a p p o o r r a a n n R R e e n n c c a a n n a a B B a a b b 1 1 - - 2 2 Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan diperlukan tidak hanya untuk mengendalikan pertumbuhan fisik bangunan sejak dini dalam rangka memandu pembangunan, tetapi terutama untuk melengkapi peraturan bangunan setempat yang sudah ada yang biasanya masih bersifat umum, yaitu dengan memberikan arahan secara lebih khusus, spesifik, untuk menata bangunan yang kurang tertib, kurang produktif, dan agar lebih serasi dengan lingkungannya. Karena itu, Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan harus memuat pedoman rencana teknik dan program tata bangunan dan lingkungannya, serta berisi pedoman-pedoman untuk mengendalikan perwujudan bangunannya. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan RTBL adalah alat kendali perwujudan ruang kota, khususnya dari segi tata bangunan beserta lingkungannya. RTBL merupakan pengembangan dari materi panduan rancang kota UDGUrban Design Guidelines, karena tidak hanya memuat panduan disain tata bangunan, namun juga memuat arahan program dan pengendalian pelaksanaan development guidelines. Secara umum RTBL bertujuan untuk mengarahkan dan mengendalikan pembangunan pada kawasan-kawasan yang diprioritaskan tumbuh cepat, karena adanya pengembangan ekonomi, kawasan yang mempunyai permasalahan pengembangan karena memiliki permasalahan pengembangan yang kompleks seperti pusat kota dan kawasan yang memerlukan usaha konservasi dan preservasi seperti kawasan kota lama. Berkenaan dengan itu maka kawasan yang diperkirakan memiliki pertumbuhan fisik yang cepat, akan berkembang secara kurang tertib, kurang produktif atau kurang serasi dengan lingkungannya perlu mendapat perhatian untuk dilaksanakan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungannya. Salah satu yang akan disusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungannya di Kabupaten Agam adalah Kawasan Koridor Pasar Konveksi Amur. Namun jika dilihat dari segi fisik, Pasar Konveksi Amur ini telah selesai dalam tahap pembangunannya. Yang perlu untuk direncanakan yaitu lingkungan disekitarkawasan koridor Pasar Konveksi Amur. Karena dari kegiatan Pasar Konveksi Amur itu akan menimbulkan aktivitas dan pertumbuhan fisik disekitar pasarkawasan koridor dengan cepat. Sehingga perkembangan yang kurang tertib, kurang produktif, atau kurang serasi dengan lingkungannya dapat dihindari.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN