Aspek-aspek Kepercayaan Diri Kajian terkait Kepercayaan Diri

44 berasal dari dalam diri serta memanfaatkannya secara positif demi ketercapaian suatu tujuan, terlepas dari hasil akhir dari dorongan tersebut. Dengan demikian, berdasarkan uraian pendapat yang sudah disampaikan, dapat disimpulkan bahwa istilah kepercayaan diri digunakan untuk merujuk kepada individu yang menilai diri mereka sendiri dengan positif, mampu untuk menghadapi berbagai situasi, serta optimis dalam usaha mewujudkan ketercapaian tujuan. Kepercayaan diri dalam diri individu pun sangat berkenaan dengan ranah tingkah laku, ranah emosi, dan ranah spiritual manusia. Individu dengan kepercayaan diri yang tinggi merasa yakin tentang kemampuan mereka untuk mencapai tujuan, kompetensi akademis dan hubungan mereka dengan orang tua dan teman-temannya.

2. Aspek-aspek Kepercayaan Diri

De Angelis 2002: 58 berpendapat bahwa kepercayaan diri sebenarnya melingkupi 3 tiga dimensi, yaitu dimensi tingkah laku, dimensi emosi, dan dimensi spiritual. Ketiga dimensi tersebut dijelaskan oleh De Angelis 2002: 58-59 sebagai berikut. a. Kepercayaan diri tingkah laku adalah kepercayaan diri untuk mampu bertindak dan menyelesaikan tugas-tugas. b. Kepercayaan diri emosi adalah kepercayaan diri untuk yakin dan mampu menguasai segenap sisi emosi. c. Kepercayaan diri spiritual adalah kepercayaan diri untuk yakin akan takdir dan alam semesta, keyakinan bahwa hidup memiliki tujuan 45 yang positif, bahwa keberadaan diri mempunyai makna, dan adanya tujuan hidup individu selama rentang usia kehidupannya. Aspek-aspek yang terkandung dalam kepercayaan diri antara lain adalah ambisius, mandiri, optimis, tidak mementingkan diri sendiri, dan toleransi, Muhammad Idrus dan Annas Rohmiati, 2008, dalam I Made Dwi Andreana, dkk., 2013: 699. Lebih lanjut, individu yang percaya diri dapat diindikasikan menurut Nainggolan 2011: 166, memiliki perasaan yang adekuat terhadap tindakan yang dilakukan, memiliki ketenangan sikap, dapat berkomunikasi dengan baik, kemampuan untuk bersosialisasi, merasa optimis, dapat mengendalikan perasaannya, percaya akan kompetensikemampuan diri, dan memiliki internal locus of control memandang keberhasilan atau kegagalan, tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantungmengharapkan bantuan orang lain. Sedangkan pendapat lain lebih terperinci yaitu dari M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita S. 2010: 36 menyatakan bahwa aspek-aspek kepercayaan diri adalah memiliki rasa aman, yakin pada kemampuan sendiri, tidak mementingkan diri sendiri dan toleran, ambisi yang normal, mandiri, dan optimis. Keenam aspek tersebut akan dijabarkan sebagai berikut. a. Memiliki rasa aman. Perasaan aman maksudnya adalah terbebas dari rasa takut dan ragu-ragu terhadap situasi atau orang-orang di sekelilingnya. 46 b. Yakin pada kemampuan sendiri. Individu merasa tidak perlu membandingkan dirinya dengan orang lain dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain. Walaupun mengetahui bahwa dirinya memiliki kekurangan, tetap masih dapat menerima diri dan berusaha mengembangkan diri dengan sunggih-sungguh. c. Tidak mementingkan diri sendiri dan toleran. Individu mampu mengerti kekurangan yang ada pada dirinya serta dapat menerima pandangan dari orang lain. Kekurangan dapat berupa fisik, sosial, dan psikis serta tetap berusaha memperbaiki diri. d. Ambisi yang normal. Individu dapat menyesuaikan keinginan dengan kemampuan, tidak ada kompensasi dari ambisi yang berlebihan, dapat menyelesaikan tugas dengan baik, dan bertanggung jawab. e. Mandiri. Individu tidak tergantung pada orang lain dan tidak terlalu memerlukan dukungan orang lain dalam memerlukan sesuatu. f. Optimis. Individu memiliki pandangan dan harapan yang positif mengenai diri dan masa depannya. Berdasarkan uraian pendapat tersebut, maka dapat difokuskan bahwa aspek-aspek kepercayaan diri adalah cenderung kepada pendapat M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita S. 2010: 36, yaitu memiliki rasa aman, yakin pada kemampuan sendiri, tidak mementingkan diri sendiri dan toleran, ambisi yang normal, mandiri, dan optimis, yang sebenarnya sudah mewakili unsur perilaku, emosi, dan spiritual individu. 47

3. Ciri-ciri Individu yang Memiliki Kepercayaan Diri

Dokumen yang terkait

PENGARUH INTERAKSI SOSIAL TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 21 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2015/ 2016

2 43 90

MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA MELALUI KONSELING EKLEKTIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA SUPERHERO PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 KEJURUAN MUDA TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 3 32

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA SMA INKLUSI Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kepercayaan Diri Pada Siswa SMA Inklusi.

0 3 18

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA SMA INKLUSI Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kepercayaan Diri Pada Siswa SMA Inklusi.

0 7 17

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KOMPETENSISOSIAL PADA SISWA SMP N 16 SURAKARTA Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kompetensi Sosial Pada Siswa SMP N 16 Surakarta.

0 4 14

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KOMPETENSI SOSIAL PADA SISWA SMP N 16 SURAKARTA Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kompetensi Sosial Pada Siswa SMP N 16 Surakarta.

0 3 17

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA KELAS X DI SMK NEGERI 1 KALASAN.

0 0 135

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENERIMAAN SOSIAL PADA SISWA KELAS VII SMP PIRI NGAGLIK TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 0 183

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 15 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 2 171

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 11 SEMARANG TAHUN AJARAN 20172018

0 1 65