Ciri-ciri Remaja Kajian terkait Siswa Kelas VII Sebagai Remaja

61

2. Ciri-ciri Remaja

Menurut Andi dalam Sri Rumini dan Sri Sundari, 2000: 27, ciri-ciri remaja adalah sebagai berikut. a. Remaja merupakan individu atau kelompok yang mengalami perjalanan hidup yang biasa saja b. Remaja cenderung melakukan pelanggaran c. Remaja merupakan panutan bagi anak-anak dan remaja wajib untuk membantu anak-anak maupun orang dewasa d. Remaja umumnya memiliki potensi yang dapat dikembangkannya dan dapat dimanfaatkan secara baik e. Remaja mempunyai cara hidup tersendiri karena terkadang diacuhkan oleh orang dewasa Adapun ciri-ciri remaja dapat diketahui dari karakteristik- karakteristik pada masing-masong aspeknya, baik dari segi fisik, intelektual, emosi, sosial, dan kepribadian. Seluruh aspek tersebut akan dijabarkan sebagai berikut. a. Aspek Fisik Menurut Syamsu Yusuf L.N. 2009: 10, secara fisik, masa remaja ditandai dengan matangnya organ-organ seksual. Remaja pria mengalami pertumbuhan pada organ testis, penis, pembuluh mani, dan kelenjar prostat. Hal tersebut memungkinkan remaja pria mengalami mimpi basah. Sementara remaja wanita ditandai dengan tumbuhnya rahim, vagina, dan ovarium. Ovarium menghasilkan ova 62 telur dan mengeluarkan hormon-hormon yang diperlukan untuk kehamilan, dan perkembangan seks sekunder. Hal tersebut memungkinkan remaja wanita mengalami menarche menstruasi haid pertama. Syamsu Yusuf L.N. 2009: 11 juga menambahkan bahwa masa remaja merupakan masa terjadinya banjir hormon, yaitu zat-zat kimia yang sangat kuat, yang disekresikan oleh kelenjar-kelenjar endoktrin dan dibawa ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Konsentrasi hormon-hormon tertentu meningkat secara dramatis selama masa remaja seperti hormon testooteron dan estradiol. Testoteron merupakan hormon yang berkaitan dengan perkembangan alat kelamin, pertambahan tinggi, dan perubahan suara pada anak laki-laki. Sedangkan Estradiol merupakan suatu hormon yang berkaitan dengan buah dada, rahim, dan kerangka pada anak perempuan. b. Aspek Intelektual Sebagaimana aspek perkembangan lainnya, pada masa remaja pun terjadi perkembangan intelektualitas. Menurut Bloom, et al. dalam Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 132 menyatakan bahwa pada usia 8 tahun, individu mengalamai perkembangan intelektualitasnya sebesar 80, pada usia 13 tahun menjadi 92, serta pada usia 13 tahun ke atas hanya tinggal penyempurnaannya. Hal tersebut membuktikan bahwa pada masa tersebut, remaja sedang dalam 63 keingintahuan yang tinggi mengenai segala sesuatu, terutama dalam hal perubahan yang terjadi pada dirinya. Pendapat menguatkan juga disampaikan oleh Syamsu Yusuf L.N. 2009: 12 yang menyatakan bahwa masa remaja sudah mencapai tahap perkembangan Operasional Formal. Tahap ini ditandai dengan kemampuan berpikir abstrak misalnya memecahkan persamaan al Jabar, idealistik misalnya berpikir tentang ciri-ciri ideal dirinya, orang lain, dan masyarakat, dan logis misalnya menyusun rencana untuk memecahkan suatu masalah. Tahap berpikir operasional formal ini ditandai dengan 1 cara berpikir yang tidak hanya sebatas di sini dan sekarang, tetapi juga terkait dengan dunia kemungkinan atau masa depan, 2 kemampuan berpikir hipotetik menduga-duga suatu masalah serta mengambil kesimpulan, dan 3 kemampuan melakukan eksplorasi dan ekspansi pemikiran, wawasan berpikirnya semakin luas yang menyangkut aspek sosial, meoralitas-agama, dan keadilan.pada masa ini juga, terjadi reorganisasi lingkaran syaraf Lobe frontal yang berfungsi sebagai kegiatan kognitif tingkat tinggi, yaitu kemampuan merumuskan perencanaan, dan pengambilan keputusan. c. Aspek Emosi Masa remaja merupakan masa yang penuh emosionalitas. Menurut Syamsu Yusuf L.N. 2009: 13, pertumbuhan organ-organ seksual mempengaruhi emosi atau perasaan-perasaan baru yang 64 belum dialami sebelumnya, seperti rasa cinta, rindu, serta keinginan untuk berkenalan lebih dalam dengan lawan jenis. Pada usia remaja awal siswa SLTP, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, sehingga emosinya sering bersifat negatif dan temperamental mudah tersinggung, mudah marah, mudah murung atau mudah sedih.Kondisi ini terjadi terutama apabila remaja itu hidup di lingkungan keluarga yang kurang harmonis. Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 135 menambahkan bahwa pada masa remaja, disebut juga masa Badai dan Topan Storm and Stress. Hal tersebut dialami remaja karena pada masa ini remaja mengalami tingginya tingkat emosional dalam dirinya. Remaja menjadi lebih peka dan sensitif menanggapi segala sesuatu, terutama dengan hubungannya dengan lingkungannya. d. Aspek Sosial Menurut Syamsu Yusuf L.N. 2009: 13-14, pada masa remaja berkembang yang disebut social cognition , yaitu kemampuan untuk dapat memahami orang lain. Kemampuan ini mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial dengan teman sebaya. Masa ini juga ditandai dengan berkembangnya sikap conformity konformitas, yaitu kecenderungan untuk meniru mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran, atau keinginan orang lain. Perkembangan konformitas ini dapat berdampak positif ataupun 65 negatif tergantung kepada siapa yang menjadi bahan konformitasnya. Dalam hal ini, menurut Leary 2012: 149, sering kali remaja berusaha membuat orang lain terkesan kepada diri remaja tersebut, sehingga remaja pun sering terlampau percaya diri dalam melakukan sesuatu, sehingga sering remaja melakukan sesuatu yang membahayakan diri dan orang lain di sekitarnya. Namun menurut Syamsu Yusuf L.N. 2009: 14, seiring bertambahnya usia, konformitas akan menurun sesuai dengan kematangan mental individu dalam usaha untuk mandiri. Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 139 berpendapat bahwa hubungan sosial pada remaja memiliki keterkaitan dengan tugas-tugas perembangan remaja. Adapun tujuan perkembangan sosial remaja adalah sebagai berikut. 1 Memperluas kontak sosial Remaja mulai memilih teman yang memiliki kesamaan nilai memiliki kesamaan ide, dapat membuat nyaman dan aman sehingga remaja dapat memberikan kepercayaan akan permasalahan kehidupan pribadinya yang tidak ingin dibicarakan dengan orang tua. 2 Mengembangkan identitas diri Dalam pengembangan identitas diri, remaja berusaha mengembangkan sikap independen, mandiri serta pengambilan keputusan sendiri dengan tepat. Selain itu, peran keluarga dan 66 masyarakat menjadi sangat penting dalam membantu remaja menemukan identitas dirinya. 3 Menyesuaikan dengan kematangan seksual 4 Belajar menjadi orang dewasa Di dalam hal ini, remaja cenderung mengembangkan otonomi di dalam dirinya. Menurut Russell dan Bakken 2002: 1, otonomi memiliki arti yang spesial selama pra-remaja dan selama masa remaja karena hal tersebut yang membuat remaja merasa unik, mampu, serta merdeka dari ketergantungan terhadap orang tua dan orang dewasa lainnya. e. Aspek Kepribadian Menurut Syamsu Yusuf L.N. 2009: 14, masa remaja merupakan masa remaja dalam mengembangkan identitas diri self- identity. Maksudnya adalah remaja berusaha memecahkan pertanyaan berkenaan eksistensi dirinya, peran sosial, masa depan, serta spiritualitas diri. Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 125 berpendapat bahwa remaja tidak puas lagi mengikuti kehendak teman-temannya dan berusaha mencari sendiri akan jati dirinya. Namun, Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 125 menambahkan bahwa dalam hal ini, remaja sering mengalami krisis identitas, artinya remaja bingung akan dirinya. Erikson dalam Syamsu Yusuf L.N. 2009: 15, memandang pengalaman hidup remaja berada dalam keadaan moratorium, yaitu 67 periode dimana remaja diharapkan mampu mempersiapkan dirinya untuk masa depan, mampu menjawab pertanyaan akan eksistensi dirinya, serta tetap mengingat bahwa kegagalan dalam masa remaja akan berdampak tidak baik pada masa dewasanya. Dalam hal ini remaja pun membutuhkan panduan yang baik mengenai perkembangan dirinya. Apabila remaja gagal dalam mengembangkan rasa identitasnya, menurut Syamsu Yusuf L.N. 2009: 15 remaja dapat kehilangan arah. Hal tersebut dapat berdampak pada pembentukan perilaku menyimpang atau deliquent, terlibat tindakan kriminalitas, atau menutup diri dari pergaulan masyarakat.

3. Tugas-tugas Perkembangan Remaja

Dokumen yang terkait

PENGARUH INTERAKSI SOSIAL TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 21 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2015/ 2016

2 43 90

MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA MELALUI KONSELING EKLEKTIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA SUPERHERO PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 KEJURUAN MUDA TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 3 32

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA SMA INKLUSI Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kepercayaan Diri Pada Siswa SMA Inklusi.

0 3 18

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA SMA INKLUSI Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kepercayaan Diri Pada Siswa SMA Inklusi.

0 7 17

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KOMPETENSISOSIAL PADA SISWA SMP N 16 SURAKARTA Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kompetensi Sosial Pada Siswa SMP N 16 Surakarta.

0 4 14

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KOMPETENSI SOSIAL PADA SISWA SMP N 16 SURAKARTA Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kompetensi Sosial Pada Siswa SMP N 16 Surakarta.

0 3 17

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA KELAS X DI SMK NEGERI 1 KALASAN.

0 0 135

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENERIMAAN SOSIAL PADA SISWA KELAS VII SMP PIRI NGAGLIK TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 0 183

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 15 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 2 171

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 11 SEMARANG TAHUN AJARAN 20172018

0 1 65