Hibridisasi: Mempertahankan atau Menyesuaikan

242 bertelanjang dada. 5 Dengan alasan malaria, penduduk Bali diyakinkan untuk menggunakan kain penutup dada. Di pihak lain Belanda datang dengan pakaiannya yang berlapis, hem berkerah tinggi, jas dan pantalon, atau gaun panjang dengan baju dalam onder-rok di bagian dalamnya. Pertemuan budaya melahirkan tarik ulurnegosiasi, mempertahankan-menerima. Tarik ulur ini selalu berproses dan tidak selesai. Permainan yang bernuansa mistik dijalani juga oleh komunitas masyarakat Eropa di Hindia Belanda. Bahkan Eva, wanita elit berpendidikan tinggi, rasional dan selalu membutuhkan inovasi yang selaras dengan dirinya di Hindia Belanda pernah mencobanya. Di saat muncul kelesuankebosanan, terlontar usulan permainan tafeldans, sebuah permainan yang mirip jalangkung. Sesuai namanya, tafel=meja dan dans=tari, maka tafeldans menggunakan meja kecil berkaki tiga. Setiap peserta akan meletakkan tangannya di atas meja dan berjanji untuk jujur satu sama lain. Setelah ada satu orang yang bersedia dijadikan media ─Ida van Helderen─ mulailah acara pemanggilan arwah. Meja akan mengetukkan kakinya sesuai urutan abjad dan membuat ramalan-ramalan. Permainan ini mengingatkan kita pada jalangkung di Jawa atau bambu gila di Manado. Berikut gambaran permainan tersebut. „Als in Indië de mensen niet kwaad spreken, spreken de tafels kwaad‟ zei Eva. „De geesten...‟ murmelde Ida. „Dit zijn meestal spotgeesten,‟ doceerde mevrouw Rantzow. Maar de tafel tikte voort... 5 Film ini berisi kumpulan rekaman – rekaman yang diproduksi dari jaman Hindia Belanda hingga jaman Indonesia merdeka. Judul film Nederlands Indie, van Nederlansch Indie tot Indonesie, oleh Just Entertaiment member of Foreign Media Group , 2009. 243 „Schrijf op, Onno‟ zei Eva. Eldersma schreef. „A-d-d-y‟ tikte de poot. „Neen‟ riepen alle stemmen door elkaâr, heftig ontkennend. „Nu vergist de tafel zich Ten minste de jonge de Luce is nog nooit met mevrouw Van Oudijck samen genoemd.‟ „T-h-e-o‟ Verbeterde toen de tafel. „Haar stiefzoon Het is verschrikkelijk Dat is wat anders Algemeen bekend‟ riepen de stemmen, toestemmende uit DSK: 65- 66. “Jika di Hindia orang tak bicara kasar maka mejalah yang berbicara,”kata Eva. “Jiwa-jiwa...” guman Ida. “Ini adalah jiwa-jiwa pengejek,” ajar Nyonya Rantzow. Meja terus mengetuk-ngetuk. “Catatlah Onno, “kata Eva. Eldersma menulis. A-d-d-y,‟ ketuk kaki- kaki meja. “Tidak” teriak mereka bersahutan.“Sekarang meja mulai ngawur. Setidaknya si muda de Luce tak pernah disebut dengan Nyonya Van Oudijck.” “T-H-E-O,” meja memperbaikinya “Anak tirinya. Ini mengerikan. Ini lain. Ini sudah maklum” suara-suara saling mengiyakan. Seperti disinggung di atas, Belanda juga memiliki sekolah bagi pejabat Belanda yang akan dikirim ke Hindia Belanda, Indologi. Mereka dikenalkan wawasan tentang Hindia Belanda dan diwajibkan menguasai bahasa Melayu, dan lebih bagus lagi menguasai salah satu bahasa daerah. Cara ini dikenal sebagai cara khas Belanda menguasai daerah koloni Hindia Belanda. Mereka juga diharapkan membaca Max Havelaar. Sebagai residen yang menantikan promosi jabatan menuju residen kelas I, Van Oudijck juga menguasai bahasa Melayu. Bahasa itu yang digunakannya untuk membujuk sekaligus memaksa Raden Ayu Sepuh. Dalam novel juga ditulis adanya staatsblad yang mengharuskan pejabat Belanda menghormati pejabat bangsawanpribumi. En, in de sierlijkheid van zijn Maleis, opende hij haar zijn hart 244 geheel, zeide hij haar de woeling, die reeds dagen lang borrelde onder de bevolking, als een slecht gif, dat haar niet anders dan slecht, dronken kon maken en haar wellicht zoû leiden tot dingen, tot daden, die in diep berouw zouden moeten eindigen. En met dit laatste woord van „diep berouw‟,...DSK: 135. Dan dengan bahasa Melayunya yang luwes, Van Oudijck membuka seluruh hatinya kepadanya, mengatakan kepadanya bahwa gejolak, yang telah beberapa hari ini menggelegak di antara rakyat, merupakan sebuah racun, yang dapat membuatnya mabuk dan mengantarnya pada hal-hal, perbuatan- perbuatan yang akan “sangat disesali”. KD, 138. Van Oudijck rupa-rupanya telah menjadi pribadi yang sanggup diam dan menyimpan rahasia. Ini menjadi bukti bahwa dibalik sikapnya yang mementingkan rasionalitas dalam bekerja dan menuntut transparansi dari Soenario, dia tidak bertindak transparan. Semua dimungkinkan ketika dia memegang kepentingan tertentu.Van Oudijck telah menjadi pribadi yang menyerap unsur sekitarnya. Maar hij ging voort, en niet zeide hij haar, wat hij wel wist, dat zij was de aandrijfster in deze duistere woelingKemudian Van Oudijck meneruskan kata-katanya, tanpa mengatakan bahwa ia sebenarnya mengetahui, Permaisurilah yang merupakan penggerak dalam gejolak ini DSK, 136; KD,138. Di Hindia Belanda hibriditas yang terjadi tidak hanya dimungkinkan karena Timur bermimikri, Timur bergerak melakukan identifikasi terhadap Barat dan ide-idenya, tetapi Barat juga bergeser mendekati Timur. Hanya saja pergeseren ini dimaknai sebagai adaptasi. Belanda tidak menerapkan bahasa Belanda sebagai satu-satunya bahasa dalam pemerintahan dan juga semua sekolah. Belanda justru mengharuskan pejabatnya yang dikirim ke Hindia 245 menguasai bahasa Melayu dan sekurang-kurangnya satu bahasa daerah.

4.5 Kemiripan dan Ancaman Resemblance dan Menace

Karena manusia peniru tetap menimbulkan efek menggelisahkan bagi otoritas penjajah, mimikri harus selalu dikontrol dan dijaga ketertibannya. Janganlah hal itu melewati batas-batas rasa terima kasih, dan si terjajah justru menuntut otoritas, sesuatu yang tak diinginkan penjajah. Minke, sosok yang diharapkan menjadi tangan kanan pemerintah Belanda dan penyambung lidah mereka, justru menjadi batu penjuru bagi pemerintahan kolonial. Dia dengan tulisan-tulisannya mengungkap ketidakadilan yang terjadi dalam masyarakat. Ketidakadilan yang tidak bisa dilepaskan dari tanggung jawab pemerintahan kolonial. Minke adalah sosok manusia mimikri yang akhirnya mengancam otoritas wacana kolonial. Ketika merasa diperlakukan tidak adil oleh pengadilan Putih, dia menuntut keadilan; bahasan keadilan telah dipelajarinya di bangku sekolah oleh pihak Putih yang ditirunya. Rongrongan dan tuntutan keadilan menohok otoritas kolonial; Pengadilan Putih hanya dapat mengingatkan kedudukan Minke sebagai pribumi yang lebih rendah dari Annelies, istrinya. Orang Indonesia yang dididik secara Eropa dan bahkan mengenakan baju Eropa, oleh Karel Wijbrands, seorang jurnalis terkenal jaman Hindia Belanda yang disebut-sebut reaksioner, dimasukkan dalam sebagai “Jenis yang Berbahaya ”. Dalam sebuah berita pers di Hindia Belanda, muncul ilustrasi laki- 246 laki Jawa berpakaian Eropa, bersepatu sandal dan mengenakan blankon. Di bawah ilustrasi yang digambar oleh Menno van Meeteren Brouwer 1922 muncul keterangan : Dia Jenis yang Berbahaya atau De gevaarlijke soort Termorshuizen, 2011. Gambar tersebut menampilkan seorang pribumi dengan celana dan jas Eropa, tetapi bersandal jepit dan berblankon. 6 Wijbrands ini malang melintang dalam pers Hindia Belanda; dia tercatat pernah menjabat kepala redaktur Nieuws van Den Dag, sebuah surat kabar yang beroplah sekitar 10 ribu, suatu jumlah yang besar pada masa itu. Wijbrands selalu memiliki gaya bahasa tropentaal, bahasa yang meletup-letup. Kepadanya, Tirto Adi Soeryo, pelopor jurnalistik Indonesia belajar jurnalistik, demikian diceritakan Pramoedya dalam Sang Pemula. Tirto selalu disebut- sebut sebagai prototipe tokoh Minke. Minke telah menulis untuk koran Belanda dan tentu dia menulis dalam bahasa Belanda. Dia seorang Jawa, tetapi lebih percaya diri menulis dalam bahasa Belanda. Melalui sekolahnya dia telah menyerap pengetahuan dalam bahasa Belanda. Ketika dia mengungkapkan pendapat dan pengetahuannya, bahasa Belanda yang dipilihnya. Pilihan ini sempat diprotes oleh ibunya yang menginginkan Minke menulis dalam bahasa Jawa. Beliau bahkan menuduh Minke telah melupakan tembang dan mungkin telah menjadi Kristen. Ia pergi -- lupa memperkenalkan namanya. Selebihnya aku menulis untuk S.N.vd D. BM :362. Kesempatan itu kupergunakan untuk menulis laporan yang lebih benar 6 Lihat gambar pada lampiran. 247 tentang kejadian tersebut, diumumkan oleh S.N.vd D. Di kemudian hari kuketahui: laporan-laporanku membikin tiras harian terus meningkat. BM : 306. Dalam hubungan kemasyarakatan antara pribumi dan Eropa, kerjasama dimungkinkan. Kolaborasi selalu dimungkinkan terjadi. Tulisan Minke yang bernada protes terhadap pengadilan Putih didukung oleh harian berbahasa Belanda itu. Dalam dunia kenyataan, dunia di luar sastra, terdapat sosok Tirto Adi Soeryo Tirto belajar jurnalistik dari Karel Wybrands direktur utama Nieuws van den Dag, Batavia seperti disebut di atas. Minke bekerja untuk S.N.vd D. Surabaya. Apakah S.N.vd D. dimaksudkan Pramoedya sebagai Nieuws van den Dag cabang Surabaya? Karel Wybrands adalah sosok yang dikenal memiliki bahasa yang tajam dan panas, yaitu tropentaal. Tulisan- tulisannya tidak jarang menyerang pedas para pribumi. Minke adalah manusia mimikri yang berhasil. Dia adalah sosok pribumi yang mampu berprestasi di sekolah Belanda. Dia bahkan menjadi kebanggaan guru bahasa dan sastra Belanda karena kemampuannya menulis dalam bahasa Belanda di surat kabar. Pada tahap ini Minke menjadi ancaman. Prestasi membanggakan ini tak selalu dihargai, bahkan diirikan dengan merendahkan kepribumiannya. Dengan segregasi yang dilakukan pemerintahan kolonial, tindak merendahkan pribumi akan gampang muncul BM: 237. Pidato Magda Peters yang membela pribumi dan Asia, setelah mengetahui nama asli penulis Max Tollenaar, dihentikan oleh Direktur sekolah. Menurut Peters, orang Eropa totok pun tidak tahu berapa persen darah „daerah‟ 248 yang mengalir di tubuhnya. Eropa tak boleh lupa bahwa banyak sumbangan Asia pada ilmu pengetahuan, misal angka nol. Kalau Asia tidak memiliki tradisi nama keluarga, bukan berarti mereka hina, tetapi karena tidak atau belum membutuhkan. Diskusi dibubarkan Direktur sekolah. Minke merasa dijauhi oleh teman-temannya, bahkan oleh Jan Dapperste, seorang pribumi yang dipungut pendeta Belanda, yang selalu menumpang keretanya. Diskusi-sekolah bubar. Kecuali Juffrouw Magda Peters nampaknya semua sengaja menjauhi aku. Tak ada yang berseru seperti biasanya. Tak ada tawa. Tak ada yang berlarian berebut dulu. Semua berjalan sarat penuh pikiran. BM, 240. Minke adalah sosok yang disebut dalam ilustrasi surat kabar sebagai De gevaarlijke soort. Minke menjadi pribadi yang membahayakan, dia adalah Max Tollenaar seorang penulis pribumi yang menggunakan nama samaran dan bahasa Belanda. Dia orang yang memiliki akses masuk ke dalam pikiran dan kebijakan penguasa kolonial. Dia juga pribumi yang diharapkan oleh Belanda dan keluarganya menjadi bupati, tetapi tidak ingin mau meskipun jalan itu terbuka lebar BM, 149. Artinya, Minke tidak ingin masuk menjadi tangan kanan pemerintahan kolonial Belanda. Bahkan sebagai Max Tollenaar, Minke menjadi oposan pemerintahan kolonial. “Tidak, Bunda, sahaya tidak ingin.” “Tidak? Aneh. Ya, sesuka hatimulah. Jadi kau mau jadi apa? Kalau tamat kau bisa jadi apa saja, tentu.” “Sahaya hanya ingin jadi manusia bebas, tidak diperintah, tidak memerintah, Bunda.” BM, 138. Dengan kesadaran akan peradaban baru, Minke menolak feodalisme, termasuk beristri lebih dari satu. Dia tidak bisa merasa menjadi pribadi yang