Pendekatan Tangkapan Maksimum Lestari

yang dialami bangsa Indonesia, telah memperburuk iklim usaha nasional dan hal ini yang mendorong serta menyadarkan banyak pihak begitu pentingnya tata ekonomi baru yang kokoh dan bersumber pada pemberdayaan ekonomi kerakyatan secara luas dan menyeluruh. Pembanguna n daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional harus mampu menjalankan makna dari UU No. 322004 dan UU No. 332004 melalui penguatan ekonomi berbasis sumberdaya yang ada pada masyarakat.

2.6 Pendekatan Tangkapan Maksimum Lestari

Tangkapan maksimum lestari maximum sustainable yield atau MSY yaitu pengelolaan sumberdaya perikanan yang didasarkan atas faktor biologi. Proses pertumbuhan biologis spesies ikan yang menyatakan bahwa setiap spesies ikan memiliki kemampuan untuk berproduksi melebihi kapasitas produksi sehingga menghasilkan surplus. Model produksi surplus digunakan dalam mengestimasi stok ikan di perairan tropis, tujuannya adalah untuk menentukan tingkat upaya optimum, yaitu suatu upaya yang dapat menghasilkan suatu tangkapan maksimum lestari MSY tanpa mempengaruhi produktivitas stok secara jangka panjang Sparre dan Venema, 1999. Apabila surplus tersebut dipanen pada tingkat yang tepat maka ketersediaan spesies ikan tersebut akan mampu bertahan secara berkesinambungan sustainable. Sehubungan dengan kecenderungan terjadinya eksploitasi sumberdaya perikanan yang berlebih, MSY digunakan sebagai dasar dalam menganalisis potensi perikanan di suatu kawasan perairan laut. Adapun besarnya MSY adalah seperdua dari carrying capacity K. Hasil tangkapan sangat bervariasi tergantung pada jumlah fishing effort, sehingga diperoleh tingkat keseimbangan besarnya populasi ikan yaitu pada setiap tingkat fishing effort . Data hasil tangkapan yield berdasarkan periode waktu tertentu time series , dapat diperoleh hasil tangkapan maksimum, sehingga keseimbangan penangkapan ikan tertinggi dapat dicapai dengan tidak mengurangi besarnya ketersediaan stok ikan yang ada. Kesalahan dalam pengkajian stok akan berakibat terhadap kesalahan dalam pemanfaatan, pengelolaan, dan kebijakan pegembangan perikanan. Gambar 2 Kurva hubungan stock dan effort Eksploitasi penangkapan ikan di suatu perairan Panayatou, 1982 dapat digolongkan dalam dua kategori, yaitu : 1 tingkat eksploitasi sebelum puncak produksi under-exploited, dan 2 tingkat eksploitasi sesudah puncak produksi over-exploited. Gambar 3 menunjukkan keadaan under-exploited dan over-exploited, jika keadaan berada pada under-exploited apabila upaya tangkap effort aktual lebih Fishing effort MSY Gambar 3 Kurva hubungan produksi dan fishing effort Y under-exploited over-exploited Produksi ton Effort E Stock x rendah dari effort pada rejim maximum sustainable yield MSY, atau tangkapan aktual Y act lebih rendah dari maximum sustainable yield MSY, yang berarti bahwa pemanfaatan dan pengelolaan under-exploited secara biologi. Kebijakan yang dilakukan adalah dengan menambah fishing effort. Sebaliknya dikatakan bahwa keadan berada pada over-exploited, apabila effort aktual E act lebih besar dari effort pada rejim MSY, yang berarti bahwa telah terjadi investasi yang relatif besar, sehingga dikhawatirkan akan mengakibatkan pengurasan sumberdaya, dan bertentangan dengan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya berkelanjutan. Kebijakan yang ditempuh adalah dengan divestasi berupa buy back atau rasionalisasi. Instrumen yang biasa digunakan untuk rasionalisasi adalah instrumen- instrumen konvensional antara lain : pajak, baik pajak terhadap input maup un output perikanan, pembatasan entri limited entry, dan kuota quota. Pengelolaan perikanan pada hakekatnya adalah suatu upaya untuk mengontrol upaya penangkapan, seperti mengatur nelayan, pelaku utama kegiatan perikanan dalam mengoperasikan alat tangkapnya, kapan, dimana dan seberapa besar kapasitas perikanan yang boleh digunakan.. Dimana kapasitas adalah output maksimum yang dapat diproduksi oleh produsen dengan menggunakan faktor produksi tetap dan faktor produksi variabel pada tingkat teknologi tertentu Johansen diacu dalam Kirkley et. al. 2003. Dalam pengelolaan perikanan perlu memperhatikan pengetahuan tentang dinamika perilaku nelayan dalam kegiatan penangkapan ikan termasuk di dalamnya aspek sosial-ekonomi nelayan. Terjadinya penurunan stok ikan, meningkatnya kompetisi antar nelaya n, serta perubahan komposisi sumberdaya ikan, menjadikan nelayan melakukan upaya-upaya efisiensi dengan menambah daya kapal, teknologi penangkapan ikan, dan alat bantu penangkapan ikan yang kesemuanya mengakibatkan meningkatnya kapasitas penangkapan ikan. Nelayan yang menggunakan alat tangkap sederhana umumnya adalah nelayan tradisional, yang kondisi sosial ekonominya sangat rendah. Oleh sebab itu dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan tidak saja dilihat dari manfaat ekonomi pada rejim maximum economic yield MEY, tetapi perlu mempertimbangkan konsep maximum social yield MScY, yang dapat memberi kesempatan kerja bagi generasi nelayan, dan dapat memperbaiki pendapatan nelayan, sehingga nelayan sejahtera.

2.7 Multi Criteria Decision Making MCDM