terbesar hingga terkecil, maka yang paling luas lautannya adalah Maluku Tengah, kemudian Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur dan Kota Ambon.
Tabel 11  Letak geografis dan batas wilayah Kota Ambon dan Kawasan Maluku Tengah
Kota Kabupaten
Letak Astronomis
Wilayah Administrasi Ket
Batas Wilayah
Ambon 3º-4
o
LS  dan 128
o
-129
o
BT Utara    : Kec. Leihutu
Selatan :  Laut Banda Timur   : Kec Salahutu
Barat    : Kec. Leihitu Daratan  359.45  km
2
, lautan  17.55  km
2
dan garis pantai 98 km.
Maluku Tengah
2
o
-7
o
LS  dan 127
o
-130
o
BT Utara    :  Laut Seram
Selatan :  Laut Banda Timur   : Kab. Seram Bagian
Timur Barat    :  Kab. Seram Bagian
Barat Daratan  11  595.57
km
2
dan  lautan  264 311.43
km
2
, serta
panjang  garis  pantai 1 375.529 km.
Seram Bagian Barat
2
o
-3
o
LS  dan 127
o
-128
o
BT Utara    : Laut Seram
Selatan : Laut Banda Timur   : Kab. Maluku Tengah
Barat    : Laut Buru Daratan  5  176  km
2
dan  lautan  79  005 km
2
. Seram
Bagian Timur
Utara    : Laut Seram Selatan : Laut Banda
Timur   : Laut Arafura Barat    : Kab. Maluku Tengah
Daratan      5  779.123 km
2
dan  lautan  14 877.771  km
2
,  serta panjang  garis  pantai
1 375.529 km.
Sumber : Data primer diolah 2011
4.2 Kondisi Perikanan Tangkap
Sebagai salah satu Provinsi Kepulauan yang sudah tentu memiliki luas laut yang  lebih  besar  dari  pada  luas  daratan,  maka  Provinsi  Maluku  sangat
mengandalkan  sektor  kelautannya.  Sektor  tersebut  bahkan  dianggap  sebagai leading  sector  pembangunan  di  Provinsi  ini  untuk  meningkatkan  taraf  hidup
masyarakat pada umumnya maupun nelayan pada khususnya. Berikut ini disajikan kondisi perikanan tangkap dari kota Ambon serta masing-masing kabupaten yang
ada di Kawasan Maluku Tengah, yang terdiri dari potensi dan produksi perikanan Tabel 12, jumlah nelayan dan rumah tangga nelayan Tabel 13, serta jenis dan
jumlah alat tangkap ikan Tabel 14 yang banyak digunakan di Kawasan Maluku Tengah.
Tabel  12    Potensi  dan  produksi  perikanan  tangkap  Kota  Ambon  dan  Kawasan Maluku Tengah tahun 2006-2010
Kota Kabupaten
Potensi Produksi
ton
Tahun 2007
2008 2009
2010
Ambon Potensi
224 941.9 Produksi
77 397.2 38 304.9
70 021.2 100 942
Maluku Tengah
Potensi 835 400
Produksi 86 086
100 746.1 73 521.5
84 566.5 Seram  Bagian
Barat Potensi
Produksi 592 008.7
17 807.7 20 658.3
20 090.6 37 181.6
Seram Bagian Timur
Potensi Produksi
42 636.87 7 842.7
9 159.3 9 739
10 829.7 Jumlah
Maluku Potensi
Produksi 1 640 160
507 212.5 349 502.4
397 542.2 750 933.9
Sumber  :      Buku  Tahunan  Statistik  Perikanan  Provinsi  Maluku  Tahun  2008,  2009  dan  2010, Maluku    Dalam  Angka  2008,  Laporan  Tahunan  Statistik  Perikanan  Maluku  Tengah
Tahun 2010.
Potensi  perikanan  dari  keempat  KabupatenKota  di  atas  secara  berurutan dari  yang  terbesar  ditunjukkan  oleh  Maluku  Tengah  835  400  ton,  Seram  Bagian
Barat  592  008.7  ton,  Ambon  224  941.9  ton  dan  Seram  Bagian  Timur  42  636.87 ton.  Produksi  perikanan  di  daerah-daerah  tersebut  cenderung  menunjukkan
peningkatan,  namun  pada  tahun  2006  hingga  2009,  produksi  perikanan  di  Kota Ambon menurun, begitu pula di  Kabupaten Maluku  Tengah  yang menurun pada
tahun 2009 dibandingkan dengan tahun sebelumnya kemudian meningkat  lagi  di tahun  2010.  Pada  prinsipnya,  pemanfaatan  sumber  daya  perikanan  di  Kota
Ambon,  Kabupaten  Maluku  Tengah,  Seram  Bagian  Barat  dan  Seram  Bagian Timur pada tahun 2010 telah mencapai 44.87; 10.12;  6.28 dan 25.40 dari
jumlah potensi yang dimiliki.
4.3 Jumlah Nelayan dan Rumah Tangga Nelayan
Jumlah  nelayan  dan  rumah  tangga  nelayan  di  Kota  Ambon  dan  beberapa Kabupaten di Kawasan Maluku Bagian Tengah ditunjukkan pada Tabel 13.  Dari
tabel  tersebut  terlihat  bahwa  sejak  tahun  2006  jumlah  nelayan  baik  di  Kota Ambon,  maupun  Kabupaten  lainnya  di  Kawasan  Maluku  Tengah  cenderung
meningkat,  kemudian  menurun  pada  tahun  2010  di  Kota  Ambon  dan  Kabupaten
Seram Bagian Timur. Penurunan jumlah nelayan  di  Kabupaten  Seram  Bagian Timur    pada  tahun  2010  yang      hampir    sepertiga    dari    tahun    2009    mungkin
disebabkan    karena    dahulunya    Kabupaten  Seram    Bagian    Timur  dan    Seram Bagian    Barat  tergabung  di  Kabupaten  Maluku  Tengah,  sehingga  pencatatannya
sering  menjadi  kurang  tepat  dan  memengaruhi  analisis  yang  dilakukan.  Akibat pemekaran  kabupaten-kabupaten  baru,  tidak  jarang  pula  data  yang  diambil
menjadi  berlipat  ganda,  atau  bahkan  tidak  terikutsertakan  dalam  pengambilan data.
Tabel  13  Jumlah nelayan dan Rumah Tangga Perikanan RTP tangkap di  Kota Ambon dan Kawasan Maluku Tengah tahun 2006-2010
Kota Kabupaten
Jumlah Nelayan
orang dan RTP
Tahun 2006
2007 2008
2009 2010
Ambon Nelayan
4 212 4 212
4 212 4 048
3 796 RTP
2 439 2 439
1 552 3 386
3 518 Maluku
Tengah Nelayan
24 683 25 904
27 403 28 684
28 852 RTP
13 179 13 445
13 857 14 071
14 130 Seram
Bagian Barat
Nelayan 15 828
16 470 16 656
17 930
belum terpublikasi
RTP 7 914
12 814 11 379
3 035 2 969
Seram Bagian
Timur Nelayan
- -
- 14 845
5 191 RTP
- 445
453 472
6 113 Jumlah
Maluku Nelayan
RTP 37 004
45 741 59 619
Sumber  :    Buku  Tahunan  Statistik  Perikanan  Provinsi  Maluku  Tahun  2008,  2009  dan  2010, Maluku  Dalam  Angka  2008,  Laporan  Tahunan  Statistik  Perikanan  Maluku  Tengah
Tahun 2010.
Jumlah  Rumah  Tangga  Perikanan  RTP  mengalami  peningkatan  di Kabupaten  Maluku  Tengah  dan  Kota  Ambon,  setelah  sebelumnya  menurun  di
tahun  2008.    Seperti  jumlah  nelayan,  jumlah  RTP  di  Kabupaten  Seram  Bagian Barat mengalami penurunan yang sangat tajam pada tahun 2009 dan pada Seram
Bagian Timur mengalami peningkatan yang sangat tajam pada tahun 2010.
4.4 Jenis dan Jumlah Alat Tangkap Ikan
Tabel  14  menunjukkan  jenis  dan  jumlah  alat  tangkap  ikan  yang  umum dipergunakan    di    Kota  Ambon  dan  beberapa  Kabupaten  di  Kawasan  Maluku
Tengah,  seperti  purse  seine  atau  pukat  cincin  yang  biasa  disebut  bobo  di Ambon, jaring insang hanyut, bagan, pancing dan sejumlah alat tangkap lainnya.
Tabel  14    Jenis  dan  jumlah  alat  tangkap  yang  umum  dipergunakan  di  Kawasan Maluku Tengah
Kota Kabupa-
ten Tahun
Jenis dan jumlah alat tangkap unit Jumlah  alat
tangkap keseluruhan
Purse seine
Jaring insang
hanyut Bagan
Pancing Alat
tangkap lainnya
Ambon 2008
48 12.63
397 8.68
12 1.05
245 4.47
1 050 3.15
1 752 2009
48 12.87
512 10.83
12 1.04
252 4.66
2 562 7.29
3 386 2010
58 11.79
540 7.03
12 0.82
148 1.63
299 0.64
1 057 Maluku
Tengah 2008
272 71.58
1 472 32.18
506 44.15
2 757 50.32
12 820 38.42
17 827 2009
264 70.78
1 428 30.21
491 42.62
2 674 49.44
12 435 35.37
17 292 2010
272 55.28
1 472 19.17
506 34.68
2 757 30.47
12 820 27.52
17 827 Seram
Bagian Barat
2008 49
12.90 549
12.00 40
3.49 406
7.41 3 965
11.88 5 009
2009 50
13.41 565
11.95 42
3.65 418
7.73 4 084
11.62 5 159
2010 46
9.35 543
7.07 40
2.74 404
4.45 3 788
8.13 4 821
Seram Bagian
Timur 2008
- -
101 2.21
5 0.44
99 1.81
307 0.92
512 2009
- -
104 2.20
7 0.61
102 1.89
320 0.91
533 2010
22 4.47
936 12.19
- -
1 039 11.45
4 116 8.84
6 113 Jumlah
di Maluku
2008 380
100 4 575
100 1 146
100 5 479
100 33 372
100 44 952
2009 373
100 4 727
100 1 152
100 5 409
100 35 158
100 46 819
2010 492
100 7 680
100 1 459
100 9 074
100 46 587
100 65 292
Sumber    :  Buku  Tahunan  Statistik  Perikanan  Provinsi  Maluku  Tahun  2008,  2009  dan  2010, Maluku Dalam Angka 2008.
Dari tabel di atas terlihat pada tahun 2009, jumlah alat tangkap di Ambon, Seram Bagian Barat dan Seram Bagian Timur meningkat dari tahun sebelumnya,
sementara  di  Maluku  Tengah  terjadi  penurunan.  Di  tahun  2010,  di  Maluku Tengah  dan  Seram  Bagian  Timur  terjadi  peningkatan,  walaupun  alat  tangkap
bagan  di  Seram  Bagian  Timur    mengalami  penurunan,  sementara  di  Ambon  dan Seram  Bagian  Barat  terjadi  penurunan  alat  tangkap  secara  keseluruhan.  Tabel  di
atas  juga  menunjukkan  bahwa  walau  jumlah  alat  tangkap  di  Kawasan  Maluku Tengah  mengalami  penurunan,  namun  persentase  terbesar  dari  alat-alat  tangkap
yang umum dipakai di Provinsi Maluku berada di Kabupaten Maluku Tengah.
4.5 Jenis,  Volume  dan  Nilai  Produksi  Ikan  yang  Banyak  Tertangkap  di
Perairan Kawasan Maluku Tengah
Tabel  15  menunjukkan  jenis,  volume  dan  nilai  produksi  ikan  segar  yang banyak  tertangkap  di  perairan  Kawasan  Maluku  Tengah  pada  tahun  2009  dan
2010.  Pada  Buku  Tahunan  Statistik  Perikanan  Provinsi  Maluku  tahun  2009  dan 2010  tercatat  bahwa selain udang-udangan, binatang air berkulit lunak dan keras,
Tabel 15  Jenis, Volume dan Nilai Produksi Ikan Segar yang Banyak Tertangkap di Perairan Kawasan Maluku Tengah
KotaKabupaten Tahun
2009 2010
Jenis Volume
ton Nilai Produksi
000 Volume
ton Nilai Produksi
000
Ambon Selar
2 266.10 6 278 958
1 106.70 3 098 760
Layang 12 161.10
30 402 815 10 930.50
27 326 250 Tongkol
16 940.20 33 880 800
11 094.30 22 188 600
Cakalang 12 932.80
64 664 100 9 659.30
48 296 500 Madidihang
6 662.70 46 638 648
2 037.10 14 259 700
Kembung 3 127.70
9 383 244 7 929.20
23 787 600 Maluku Tengah
Selar 1 699.60
2 549 400 2 125.80
3 188 700 Layang
5 637.90 18 323 175
8 800.40 28 601 300
Tongkol 9 845.00
19 690 000 8 469.80
16 993 600 Cakalang
16 530.20 49 590 600
20 254.50 60 763 500
Madidihang 6 662.70
46 638 648 2 623.50
13 117 500 Kembung
1 012.40 1 518 600
924.40 1 386 600
Seram Bagian Barat Selar
636.20 856 532
584.00 1 168 000
Layang 1 905.60
3 411 152 1 766.80
3 533 600 Tongkol
1 653.10 1 633 100
1 448.40 1 448 400
Cakalang 1 618.30
3 538 656 1 233.30
3 699 900 Madidihang
39.10 195 730
141.70 708 500
Kembung 1 428.20
1 878 068 1 254.50
1 881 750 Seram Bagian Timur
Selar 612.40
1 837 200 741.90
2 225 700 Layang
3 361.00 10 083 000
3 686.30 11 058 900
Tongkol 1 619.10
4 266 100 767.30
1 918 250 Cakalang
540.80 1 892 800
764.00 2 674 000
Madidihang 6.40
48 000 27.30
204 750 Kembung
175.90 615 650
Total Kawasan Maluku Tengah Selar
5 214.30 11 522 090
4 558.40 9 681 160
Layang 23 065.60
62 220 142 25 184.00
70 520 050 Tongkol
30 057.40 59 470 000
21 779.80 42 548 850
Cakalang 31 622.10
119 686 156 31 911.10
115 433 900 Madidihang
13 370.90 93 521 026
4 829.60 28 290 450
Kembung 5 568.30
12 779 912 10 284.00
27 671 600 Total di Maluku
Selar 8 283.60
24 605 213 7 554.60
20 139 560 Layang
28 307.90 92 574 126
27 798.20 80 343 550
Tongkol 32 234.40
68 599 800 23 645.20
50 057 250 Cakalang
35 717.90 140 984 236
35 952.40 135 097 100
Madidihang 10 863.30
68 623 250 6 769.90
37 296 450 Kembung
10 072.50 26 031 861
14 838.60 40 459 500
Sumber :
Buku Tahunan Statistik Perikanan Provinsi Maluku Tahun 2009 dan 2010.
maka  ikan  yang  tertangkap  di  perairan  Maluku  lebih  dari  75  jenis.  Dari  jumlah tersebut,  enam  6  jenis  ikan  yang  dominan  tertangkap  di  perairan  Kawasan
Maluku  Tengah  adalah  Selar  Selaroides  sp,  Layang  Decapterus  sp,  Tongkol Auxis  thazard  Cakalang  Katsuwonus  pelamis,  Madidihang  Thunnus  sp  dan
Kembung  Rastrelliger  kanagurta.  Ikan-ikan  tersebut  sangat  sering  terdapat  di pasar  di  Kawasan  Maluku  Tengah  tanpa  mengenal  musim.  Ketika  bukan  musim
ikan, ikan-ikan tersebut bisa saja terdapat di pasar walau dalam jumlah sedikit dan ketika  bukan  musim  ikan  mencapai  puncaknya,  ikan  tongkol,  cakalang  dan
madidihang sering terdapat dalam bentuk beku di pasar. Pada  tahun  2010,  umumnya  jenis-jenis  ikan  tersebut  menunjukkan
penurunan  volume  dan  nilai  produksi  dibandingkan  tahun  2009  di  setiap Kabupaten  di  Kawasan  Maluku  Tengah  maupun  Kota  Ambon.  Hal  ini  mungkin
disebabkan  oleh  kondisi  cuaca  yang  tidak  stabil,  sehingga  memengaruhi kesempatan  nelayan  untuk  menangkap  ikan  di  laut.  Ikan  layang,  cakalang  dan
tongkol  yang diproduksi oleh nelayan di Kawasan Maluku Tengah menyumbang lebih dari 80  total produksi ikan-ikan tersebut oleh nelayan di Provinsi Maluku.
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Sistem Pemasaran Ikan Segar di Kawasan Maluku Tengah
5.1.1  Gambaran umum pasar di Kawasan Maluku Tengah
Kota  Ambon  yang  terdiri  atas  lima  5  Kecamatan,  memiliki  empat  4 pasar  di  tingkat  Kecamatan  yang  berfungsi  sebagai  pusat  interaksi  ekonomi
masyarakat.  Selain  pasar  Mardika  yang  merupakan  pasar  pusat  di  Kota  Ambon yang  bukan  hanya  menjual  barang  kebutuhan  sehari-hari,  namun  juga  barang
kebutuhan rumahtangga lainnya seperti barang elektronik, barang pecah belah dan lainnya,  terdapat  pula  pasar  Benteng,  pasar  Passo  dan  pasar  Wayame  Lampiran
2a.  Pasar  Benteng  terletak  di  Kecamatan  Nusaniwe  dan  menjadi  pusat penyediaan  kebutuhan  pangan  bagi  masyarakat  Kecamatan  Nusaniwe  dan
sebagian  masyarakat  di  Kecamatan  Sirimau,  sementara  pasar  Passo  merupakan pusat transaksi ekonomi masyarakat Kecamatan Sirimau, Leitimur Selatan, Teluk
Ambon, bahkan bagi sebagian masyarakat Kecamatan Leihitu dan Salahutu yang secara  administratif  tergabung  dalam  Kabupaten  Maluku  Tengah  namun  secara
geografis berada di pulau Ambon.  Pasar Wayame yang terletak di Desa Wayame Kecamatan  Teluk  Ambon  merupakan  pusat  penyediaan  bahan  pangan,  maupun
barang  kebutuhan  lainnya  bagi  masyarakat  Kecamatan  Teluk  Ambon.  Selain keempat pasar tersebut, di Kota Ambon terdapat pula pasar-pasar kecil di tingkat
Desa  yang  hadir  sebagai  sarana  pemenuhan  kebutuhan  rumahtangga  sehari-hari. Pasar-pasar ini muncul akibat jauhnya tempat pemukiman warga dengan pasar di
tingkat Kecamatan. Di  Kawasan  Maluku  Tengah,  terdapat  pasar  Piru  di  Kabupaten  Seram
Bagian Barat  SBB, pasar Binaya di  Kabupaten Maluku Tengah dan pasar Bula di Kabupaten Seram Bagian Timur SBT yang terletak di pusat ibukota masing-
masing Kabupaten. Walau secara fungsional pasar-pasar ini hadir untuk melayani kebutuhan ekonomi masyarakat Kabupaten tersebut, namun karena jauhnya jarak
beberapa desa dengan ibukota Kabupaten, serta terbatasnya sarana dan prasarana transportasi,  mengakibatkan  munculnya  pasar-pasar  yang  lebih  kecil  di  tingkat
Kecamatan bahkan Desa.
Pasar-pasar  tempat  penelitian  ini  dilakukan  masih  tradisional  dan umumnya  berada  di  dekat  pantai.  Pasar-pasar  tersebut  sangat  tidak  higienis,  bau
dan  becek,  serta  sampah  tidak  dikelola  dengan  baik  walaupun  ada  uang kebersihan yang harus dibayar pedagang setiap hari.  Walaupun sudah dipisahkan
antara kios penjual sayuran, ikan dan daging, namun tidak jarang dijumpai penjual sayuran  di  antara  pedagang  ikan.  Tidak  sebandingnya  kios  yang  tersedia  dengan
pedagang  yang  ada  mengakibatkan  pedagang  sering  menjajakan  dagangannya  di tepi  jalan,  sehingga  mengganggu  ketertiban  dan  kelancaran  lalu  lintas.
Pemandangan  seperti  ini  sering  terlihat  di  pasar  Mardika  maupun  pasar  Passo, sementara di pasar lainnya tidak terlihat, karena letaknya tidak di tepi jalan raya.
Di pasar Piru SBB bahkan sering terdapat ternak peliharaan masyarakat  seperti sapi  dan  babi  yang  tidak  dikandangkan,  sehingga  terkadang  harus  dihalau  oleh
pedagang karena masuk  ke dalam area pasar. Tidak jarang pula ketika datang di pagi  hari  untuk  berdagang,  pedagang  menjumpai  kotoran  binatang-binatang
tersebut di area pasar. Di  pasar-pasar  lokal  ini  juga  terdapat  ikan-ikan  hasil  olahan  seperti  ikan
asap, ikan asin  dan produk perikanan olahan lainnya, seperti udang kering, cumi kering dan lainnya. Akan tetapi, kios ikan segar letaknya berjauhan dengan ikan-
ikan  hasil  olahan  tersebut.  Kios  ikan  segar  biasanya  terletak  di  bagian  belakang, sementara ikan olahan lebih sering berada di bagian depan pasar.
Kecuali  di  pasar  Mardika  dan  pasar  Passo,  aktivitas  jual  beli  di  seluruh pasar yang menjadi lokasi penelitian ini biasanya akan berakhir pada pukul 12.00
hingga  13.00,  setelah  dimulai  pada  pukul  04.00  dini  hari.  Kegiatan  jual  beli  ini biasanya  hanya  berlangsung  setiap  hari  Senin  hingga  Sabtu,  karena  para  penjual
beristirahat  pada  hari  Minggu.  Kalaupun  ada  kegiatan  transaksi  jual  beli  di  hari Minggu, biasanya pedagang dan pembeli hanya dalam jumlah sedikit.
5.1.2  Analisis  Struktur  Pasar Market  Structure  Ikan  Segar  di  Kawasan
Maluku Tengah
Struktur pasar merupakan tipe atau jenis pasar yang didefinisikan sebagai hubungan  korelasi  antara  pembeli  calon  pembeli  dan  penjual  calon  penjual
yang secara strategi mempengaruhi penentuan harga dan pengorganisasian pasar.
Berikut  ini  akan  disajikan  profil  pedagang  pengumpul  dan  pedagang  pengecer produk perikanan di Kawasan Maluku Tengah.
5.1.2.1 Profil Pedagang Pengumpul dan Pedagang Pengecer Ikan Segar a  Umur
Umur  pedagang  pengumpul,  maupun  pedagang  pengecer  yang  terbanyak berada pada kisaran 31-40 tahun, yaitu masing-masing sebanyak 12 dan 38 orang
Tabel  16.  Samuel  1997  yang  dikutip  Leatemia  2008  menyatakan  bahwa kelompok  usia  produktif  adalah  kelompok  umur  15-64  tahun.  Hal  tersebut
menunjukkan bahwa hampir seluruh pedagang pengumpul dan pedagang pengecer yang  ada  di  lokasi  penelitian  ini  produktif.    Pada  kategori  tersebut,  secara  fisik
dan  mental  responden  berada  pada  puncak  produktivitas,  karena  lebih  terarah dalam  mobilisasi  energi  tenaga  dan  lebih  matang  dalam  mengontrol  emosi,
sehingga kapasitasnya dalam memasarkan ikan berlangsung lebih maksimal. Tabel  16      Kelompok  umur  pedagang  pengumpul  dan  pedagang  pengecer  ikan
segar di  Kawasan Maluku Tengah
Pedagang Pengumpul Kategori Umur tahun
Jumlah Persentase
≤ β0 -
- 21-30
- -
31-40 12
48 41-50
11 44
51-60 2
8 ≥ 61
- -
Total 25
100 Pedagang Pengecer
Kategori Umur tahun Jumlah
Persentase
≤ β0 2
2 21-30
13 13
31-40 38
38 41-50
27 27
51-60 17
17 ≥ 61
3 3
Total 100
100
Sumber : Data primer diolah 2011 Umumnya  pedagang  yang  masih  muda  akan  lebih  banyak  membutuhkan
informasi  dan  pengalaman,  sehubungan  dengan  hal-hal  teknis  dalam  mengatur menjalankan  usaha.  Sejalan  dengan  itu,  pada  puncak  produktivitas  seseorang
tampak  berpengalaman  serta  terampil,  sehingga  menguasai  strategi  berdagang. Namun pedagang yang lebih tua akan lebih mudah menurun secara fisik, sehingga
mobilitas menjadi menurun yang berdampak pada produktivitas dan pendapatan.
b  Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor penting penentu dinamika perubahan dalam populasi.  Tujuan  pendidikan  baik  formal  maupun  informal  adalah  untuk
mengkomunikasikan  kebijakan  dan  pengetahuan  dari  satu  generasi  ke  generasi berikutnya  dan  untuk  memfasilitasi  partisipasi  aktif  dalam  inovasi  dan
pengembangan pengetahuan baru Lange et al., diacu dalam Rad 2012. Tabel 17  Tingkat pendidikan pedagang pengumpul dan pedagang pengecer ikan
segar di  Kawasan Maluku Tengah
Pedagang Pengumpul Tingkat Pendidikan
Jumlah Persentase
SD sederajat 7
28 SMP sederajat
14 56
SMA sederajat 4
16
Total 25
100 Pedagang Pengecer
Tingkat Pendidikan Jumlah
Persentase
SD sederajat 34
34 SMP sederajat
26 26
SMA sederajat 39
39 Universitas
1 1
Total 100
100
Sumber : Data primer diolah 2011 Pendidikan  adalah  proses  perubahan  sikap  dan  perilaku  seseorang  atau
kelompok  orang  dalam  usaha  mendewasakan  manusia  melalui  upaya  pengajaran dan  latihan,  proses,  perbuatan  dan  cara  mendidik.  Tingkat  pendidikan  juga  turut
berpengaruh  terhadap  keberhasilan  suatu  usaha,  terutama  keterampilan  dalam mengelola usaha. Tingkat pendidikan yang dicapai oleh responden menyebar pada
kategori  pendidikan  dasar  hingga  menengah  dan  umumnya  berada  pada pendidikan  menengah  pertama  dan  atas  Tabel  17.  Seorang  pedagang  pengecer
memiliki pendidikan formal hingga tingkat tinggi D2 Lampiran 7. Dalam  melakukan  transaksi  perdagangan  ikan,  para  pedagang  tidak
memerlukan kegiatan khusus yang harus diperoleh melalui disiplin ilmu tertentu. Tetapi  latar  belakang  pendidikan  menengah  dapat  memberikan  sumbangan  yang
berarti,  terutama  dalam  kemampuan  membangun  hubungan  timbal  balik  dengan lingkungan sosial, ekonomi dan budaya.
c Pengalaman Usaha
Pengalaman  usaha  mempengaruhi  pengetahuan,  sikap  dan  keterampilan seseorang dalam menjalankan usaha. Dengan belajar dari pengalaman, seseorang
akan  lebih  responsif  terhadap  teknologi  yang  diterapkan  dalam  usahanya. Berbagai situasi, kondisi serta masalah dan solusi  yang harus dihadapi seseorang
ketika  menggeluti  usahanya,  berpengaruh  dalam  mendewasakan  diri  seseorang dalam  mengambil  keputusan,  terutama  yang  berhubungan  dengan  bagaimana
mempertahankan dan mengembangkan usaha. Tabel  18    Pengalaman  usaha  pedagang  pengumpul  dan  pedagang  pengecer  ikan
segar di  Kawasan Maluku Tengah
Pedagang Pengumpul Pengalaman Usaha tahun
Jumlah Persentase
≤10 1
4 11-20
17 68
21-30 6
24 31-40
1 4
41-50 -
-
Total 25
100 Pedagang Pengecer
Pengalaman Usaha tahun Jumlah
Persentase
≤10 42
42 11-20
27 27
21-30 16
16 31-40
12 12
41-50 3
3
Total 100
100
Sumber : Data primer diolah 2011 Gray and Gray diacu dalam Salleh et al. 2012 mengatakan bahwa umur
suatu  usaha  meningkat  sejalan  dengan  umur  pemilik  usaha  tersebut.  Apabila seorang  pengusaha  mampu  beroperasi  dan  mengembangkan  usahanya  lebih  dari
lima  5  tahun,  maka  dapat  dikatakan  usahanya  berhasil.  Semakin  lama  suatu usaha  beroperasi,  maka  karyawannya  akan  semakin  cakap  dan  pada  akhirnya
dapat  meningkatkan  pendapatan  tahunan.  Mohd  2011  mengatakan  bahwa  ada hubungan  yang  nyata  antara  umur  suatu  usaha  dikaitkan  dengan  kinerja  usaha
tersebut.