Pengolahan dan Analisis Data

terbesar hingga terkecil, maka yang paling luas lautannya adalah Maluku Tengah, kemudian Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur dan Kota Ambon. Tabel 11 Letak geografis dan batas wilayah Kota Ambon dan Kawasan Maluku Tengah Kota Kabupaten Letak Astronomis Wilayah Administrasi Ket Batas Wilayah Ambon 3º-4 o LS dan 128 o -129 o BT Utara : Kec. Leihutu Selatan : Laut Banda Timur : Kec Salahutu Barat : Kec. Leihitu Daratan 359.45 km 2 , lautan 17.55 km 2 dan garis pantai 98 km. Maluku Tengah 2 o -7 o LS dan 127 o -130 o BT Utara : Laut Seram Selatan : Laut Banda Timur : Kab. Seram Bagian Timur Barat : Kab. Seram Bagian Barat Daratan 11 595.57 km 2 dan lautan 264 311.43 km 2 , serta panjang garis pantai 1 375.529 km. Seram Bagian Barat 2 o -3 o LS dan 127 o -128 o BT Utara : Laut Seram Selatan : Laut Banda Timur : Kab. Maluku Tengah Barat : Laut Buru Daratan 5 176 km 2 dan lautan 79 005 km 2 . Seram Bagian Timur Utara : Laut Seram Selatan : Laut Banda Timur : Laut Arafura Barat : Kab. Maluku Tengah Daratan 5 779.123 km 2 dan lautan 14 877.771 km 2 , serta panjang garis pantai 1 375.529 km. Sumber : Data primer diolah 2011

4.2 Kondisi Perikanan Tangkap

Sebagai salah satu Provinsi Kepulauan yang sudah tentu memiliki luas laut yang lebih besar dari pada luas daratan, maka Provinsi Maluku sangat mengandalkan sektor kelautannya. Sektor tersebut bahkan dianggap sebagai leading sector pembangunan di Provinsi ini untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat pada umumnya maupun nelayan pada khususnya. Berikut ini disajikan kondisi perikanan tangkap dari kota Ambon serta masing-masing kabupaten yang ada di Kawasan Maluku Tengah, yang terdiri dari potensi dan produksi perikanan Tabel 12, jumlah nelayan dan rumah tangga nelayan Tabel 13, serta jenis dan jumlah alat tangkap ikan Tabel 14 yang banyak digunakan di Kawasan Maluku Tengah. Tabel 12 Potensi dan produksi perikanan tangkap Kota Ambon dan Kawasan Maluku Tengah tahun 2006-2010 Kota Kabupaten Potensi Produksi ton Tahun 2007 2008 2009 2010 Ambon Potensi 224 941.9 Produksi 77 397.2 38 304.9 70 021.2 100 942 Maluku Tengah Potensi 835 400 Produksi 86 086 100 746.1 73 521.5 84 566.5 Seram Bagian Barat Potensi Produksi 592 008.7 17 807.7 20 658.3 20 090.6 37 181.6 Seram Bagian Timur Potensi Produksi 42 636.87 7 842.7 9 159.3 9 739 10 829.7 Jumlah Maluku Potensi Produksi 1 640 160 507 212.5 349 502.4 397 542.2 750 933.9 Sumber : Buku Tahunan Statistik Perikanan Provinsi Maluku Tahun 2008, 2009 dan 2010, Maluku Dalam Angka 2008, Laporan Tahunan Statistik Perikanan Maluku Tengah Tahun 2010. Potensi perikanan dari keempat KabupatenKota di atas secara berurutan dari yang terbesar ditunjukkan oleh Maluku Tengah 835 400 ton, Seram Bagian Barat 592 008.7 ton, Ambon 224 941.9 ton dan Seram Bagian Timur 42 636.87 ton. Produksi perikanan di daerah-daerah tersebut cenderung menunjukkan peningkatan, namun pada tahun 2006 hingga 2009, produksi perikanan di Kota Ambon menurun, begitu pula di Kabupaten Maluku Tengah yang menurun pada tahun 2009 dibandingkan dengan tahun sebelumnya kemudian meningkat lagi di tahun 2010. Pada prinsipnya, pemanfaatan sumber daya perikanan di Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, Seram Bagian Barat dan Seram Bagian Timur pada tahun 2010 telah mencapai 44.87; 10.12; 6.28 dan 25.40 dari jumlah potensi yang dimiliki.

4.3 Jumlah Nelayan dan Rumah Tangga Nelayan

Jumlah nelayan dan rumah tangga nelayan di Kota Ambon dan beberapa Kabupaten di Kawasan Maluku Bagian Tengah ditunjukkan pada Tabel 13. Dari tabel tersebut terlihat bahwa sejak tahun 2006 jumlah nelayan baik di Kota Ambon, maupun Kabupaten lainnya di Kawasan Maluku Tengah cenderung meningkat, kemudian menurun pada tahun 2010 di Kota Ambon dan Kabupaten Seram Bagian Timur. Penurunan jumlah nelayan di Kabupaten Seram Bagian Timur pada tahun 2010 yang hampir sepertiga dari tahun 2009 mungkin disebabkan karena dahulunya Kabupaten Seram Bagian Timur dan Seram Bagian Barat tergabung di Kabupaten Maluku Tengah, sehingga pencatatannya sering menjadi kurang tepat dan memengaruhi analisis yang dilakukan. Akibat pemekaran kabupaten-kabupaten baru, tidak jarang pula data yang diambil menjadi berlipat ganda, atau bahkan tidak terikutsertakan dalam pengambilan data. Tabel 13 Jumlah nelayan dan Rumah Tangga Perikanan RTP tangkap di Kota Ambon dan Kawasan Maluku Tengah tahun 2006-2010 Kota Kabupaten Jumlah Nelayan orang dan RTP Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 Ambon Nelayan 4 212 4 212 4 212 4 048 3 796 RTP 2 439 2 439 1 552 3 386 3 518 Maluku Tengah Nelayan 24 683 25 904 27 403 28 684 28 852 RTP 13 179 13 445 13 857 14 071 14 130 Seram Bagian Barat Nelayan 15 828 16 470 16 656 17 930 belum terpublikasi RTP 7 914 12 814 11 379 3 035 2 969 Seram Bagian Timur Nelayan - - - 14 845 5 191 RTP - 445 453 472 6 113 Jumlah Maluku Nelayan RTP 37 004 45 741 59 619 Sumber : Buku Tahunan Statistik Perikanan Provinsi Maluku Tahun 2008, 2009 dan 2010, Maluku Dalam Angka 2008, Laporan Tahunan Statistik Perikanan Maluku Tengah Tahun 2010. Jumlah Rumah Tangga Perikanan RTP mengalami peningkatan di Kabupaten Maluku Tengah dan Kota Ambon, setelah sebelumnya menurun di tahun 2008. Seperti jumlah nelayan, jumlah RTP di Kabupaten Seram Bagian Barat mengalami penurunan yang sangat tajam pada tahun 2009 dan pada Seram Bagian Timur mengalami peningkatan yang sangat tajam pada tahun 2010.

4.4 Jenis dan Jumlah Alat Tangkap Ikan

Tabel 14 menunjukkan jenis dan jumlah alat tangkap ikan yang umum dipergunakan di Kota Ambon dan beberapa Kabupaten di Kawasan Maluku Tengah, seperti purse seine atau pukat cincin yang biasa disebut bobo di Ambon, jaring insang hanyut, bagan, pancing dan sejumlah alat tangkap lainnya. Tabel 14 Jenis dan jumlah alat tangkap yang umum dipergunakan di Kawasan Maluku Tengah Kota Kabupa- ten Tahun Jenis dan jumlah alat tangkap unit Jumlah alat tangkap keseluruhan Purse seine Jaring insang hanyut Bagan Pancing Alat tangkap lainnya Ambon 2008 48 12.63 397 8.68 12 1.05 245 4.47 1 050 3.15 1 752 2009 48 12.87 512 10.83 12 1.04 252 4.66 2 562 7.29 3 386 2010 58 11.79 540 7.03 12 0.82 148 1.63 299 0.64 1 057 Maluku Tengah 2008 272 71.58 1 472 32.18 506 44.15 2 757 50.32 12 820 38.42 17 827 2009 264 70.78 1 428 30.21 491 42.62 2 674 49.44 12 435 35.37 17 292 2010 272 55.28 1 472 19.17 506 34.68 2 757 30.47 12 820 27.52 17 827 Seram Bagian Barat 2008 49 12.90 549 12.00 40 3.49 406 7.41 3 965 11.88 5 009 2009 50 13.41 565 11.95 42 3.65 418 7.73 4 084 11.62 5 159 2010 46 9.35 543 7.07 40 2.74 404 4.45 3 788 8.13 4 821 Seram Bagian Timur 2008 - - 101 2.21 5 0.44 99 1.81 307 0.92 512 2009 - - 104 2.20 7 0.61 102 1.89 320 0.91 533 2010 22 4.47 936 12.19 - - 1 039 11.45 4 116 8.84 6 113 Jumlah di Maluku 2008 380 100 4 575 100 1 146 100 5 479 100 33 372 100 44 952 2009 373 100 4 727 100 1 152 100 5 409 100 35 158 100 46 819 2010 492 100 7 680 100 1 459 100 9 074 100 46 587 100 65 292 Sumber : Buku Tahunan Statistik Perikanan Provinsi Maluku Tahun 2008, 2009 dan 2010, Maluku Dalam Angka 2008. Dari tabel di atas terlihat pada tahun 2009, jumlah alat tangkap di Ambon, Seram Bagian Barat dan Seram Bagian Timur meningkat dari tahun sebelumnya, sementara di Maluku Tengah terjadi penurunan. Di tahun 2010, di Maluku Tengah dan Seram Bagian Timur terjadi peningkatan, walaupun alat tangkap bagan di Seram Bagian Timur mengalami penurunan, sementara di Ambon dan Seram Bagian Barat terjadi penurunan alat tangkap secara keseluruhan. Tabel di atas juga menunjukkan bahwa walau jumlah alat tangkap di Kawasan Maluku Tengah mengalami penurunan, namun persentase terbesar dari alat-alat tangkap yang umum dipakai di Provinsi Maluku berada di Kabupaten Maluku Tengah.

4.5 Jenis, Volume dan Nilai Produksi Ikan yang Banyak Tertangkap di

Perairan Kawasan Maluku Tengah Tabel 15 menunjukkan jenis, volume dan nilai produksi ikan segar yang banyak tertangkap di perairan Kawasan Maluku Tengah pada tahun 2009 dan 2010. Pada Buku Tahunan Statistik Perikanan Provinsi Maluku tahun 2009 dan 2010 tercatat bahwa selain udang-udangan, binatang air berkulit lunak dan keras, Tabel 15 Jenis, Volume dan Nilai Produksi Ikan Segar yang Banyak Tertangkap di Perairan Kawasan Maluku Tengah KotaKabupaten Tahun 2009 2010 Jenis Volume ton Nilai Produksi 000 Volume ton Nilai Produksi 000 Ambon Selar 2 266.10 6 278 958 1 106.70 3 098 760 Layang 12 161.10 30 402 815 10 930.50 27 326 250 Tongkol 16 940.20 33 880 800 11 094.30 22 188 600 Cakalang 12 932.80 64 664 100 9 659.30 48 296 500 Madidihang 6 662.70 46 638 648 2 037.10 14 259 700 Kembung 3 127.70 9 383 244 7 929.20 23 787 600 Maluku Tengah Selar 1 699.60 2 549 400 2 125.80 3 188 700 Layang 5 637.90 18 323 175 8 800.40 28 601 300 Tongkol 9 845.00 19 690 000 8 469.80 16 993 600 Cakalang 16 530.20 49 590 600 20 254.50 60 763 500 Madidihang 6 662.70 46 638 648 2 623.50 13 117 500 Kembung 1 012.40 1 518 600 924.40 1 386 600 Seram Bagian Barat Selar 636.20 856 532 584.00 1 168 000 Layang 1 905.60 3 411 152 1 766.80 3 533 600 Tongkol 1 653.10 1 633 100 1 448.40 1 448 400 Cakalang 1 618.30 3 538 656 1 233.30 3 699 900 Madidihang 39.10 195 730 141.70 708 500 Kembung 1 428.20 1 878 068 1 254.50 1 881 750 Seram Bagian Timur Selar 612.40 1 837 200 741.90 2 225 700 Layang 3 361.00 10 083 000 3 686.30 11 058 900 Tongkol 1 619.10 4 266 100 767.30 1 918 250 Cakalang 540.80 1 892 800 764.00 2 674 000 Madidihang 6.40 48 000 27.30 204 750 Kembung 175.90 615 650 Total Kawasan Maluku Tengah Selar 5 214.30 11 522 090 4 558.40 9 681 160 Layang 23 065.60 62 220 142 25 184.00 70 520 050 Tongkol 30 057.40 59 470 000 21 779.80 42 548 850 Cakalang 31 622.10 119 686 156 31 911.10 115 433 900 Madidihang 13 370.90 93 521 026 4 829.60 28 290 450 Kembung 5 568.30 12 779 912 10 284.00 27 671 600 Total di Maluku Selar 8 283.60 24 605 213 7 554.60 20 139 560 Layang 28 307.90 92 574 126 27 798.20 80 343 550 Tongkol 32 234.40 68 599 800 23 645.20 50 057 250 Cakalang 35 717.90 140 984 236 35 952.40 135 097 100 Madidihang 10 863.30 68 623 250 6 769.90 37 296 450 Kembung 10 072.50 26 031 861 14 838.60 40 459 500 Sumber : Buku Tahunan Statistik Perikanan Provinsi Maluku Tahun 2009 dan 2010. maka ikan yang tertangkap di perairan Maluku lebih dari 75 jenis. Dari jumlah tersebut, enam 6 jenis ikan yang dominan tertangkap di perairan Kawasan Maluku Tengah adalah Selar Selaroides sp, Layang Decapterus sp, Tongkol Auxis thazard Cakalang Katsuwonus pelamis, Madidihang Thunnus sp dan Kembung Rastrelliger kanagurta. Ikan-ikan tersebut sangat sering terdapat di pasar di Kawasan Maluku Tengah tanpa mengenal musim. Ketika bukan musim ikan, ikan-ikan tersebut bisa saja terdapat di pasar walau dalam jumlah sedikit dan ketika bukan musim ikan mencapai puncaknya, ikan tongkol, cakalang dan madidihang sering terdapat dalam bentuk beku di pasar. Pada tahun 2010, umumnya jenis-jenis ikan tersebut menunjukkan penurunan volume dan nilai produksi dibandingkan tahun 2009 di setiap Kabupaten di Kawasan Maluku Tengah maupun Kota Ambon. Hal ini mungkin disebabkan oleh kondisi cuaca yang tidak stabil, sehingga memengaruhi kesempatan nelayan untuk menangkap ikan di laut. Ikan layang, cakalang dan tongkol yang diproduksi oleh nelayan di Kawasan Maluku Tengah menyumbang lebih dari 80 total produksi ikan-ikan tersebut oleh nelayan di Provinsi Maluku. 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Sistem Pemasaran Ikan Segar di Kawasan Maluku Tengah

5.1.1 Gambaran umum pasar di Kawasan Maluku Tengah

Kota Ambon yang terdiri atas lima 5 Kecamatan, memiliki empat 4 pasar di tingkat Kecamatan yang berfungsi sebagai pusat interaksi ekonomi masyarakat. Selain pasar Mardika yang merupakan pasar pusat di Kota Ambon yang bukan hanya menjual barang kebutuhan sehari-hari, namun juga barang kebutuhan rumahtangga lainnya seperti barang elektronik, barang pecah belah dan lainnya, terdapat pula pasar Benteng, pasar Passo dan pasar Wayame Lampiran 2a. Pasar Benteng terletak di Kecamatan Nusaniwe dan menjadi pusat penyediaan kebutuhan pangan bagi masyarakat Kecamatan Nusaniwe dan sebagian masyarakat di Kecamatan Sirimau, sementara pasar Passo merupakan pusat transaksi ekonomi masyarakat Kecamatan Sirimau, Leitimur Selatan, Teluk Ambon, bahkan bagi sebagian masyarakat Kecamatan Leihitu dan Salahutu yang secara administratif tergabung dalam Kabupaten Maluku Tengah namun secara geografis berada di pulau Ambon. Pasar Wayame yang terletak di Desa Wayame Kecamatan Teluk Ambon merupakan pusat penyediaan bahan pangan, maupun barang kebutuhan lainnya bagi masyarakat Kecamatan Teluk Ambon. Selain keempat pasar tersebut, di Kota Ambon terdapat pula pasar-pasar kecil di tingkat Desa yang hadir sebagai sarana pemenuhan kebutuhan rumahtangga sehari-hari. Pasar-pasar ini muncul akibat jauhnya tempat pemukiman warga dengan pasar di tingkat Kecamatan. Di Kawasan Maluku Tengah, terdapat pasar Piru di Kabupaten Seram Bagian Barat SBB, pasar Binaya di Kabupaten Maluku Tengah dan pasar Bula di Kabupaten Seram Bagian Timur SBT yang terletak di pusat ibukota masing- masing Kabupaten. Walau secara fungsional pasar-pasar ini hadir untuk melayani kebutuhan ekonomi masyarakat Kabupaten tersebut, namun karena jauhnya jarak beberapa desa dengan ibukota Kabupaten, serta terbatasnya sarana dan prasarana transportasi, mengakibatkan munculnya pasar-pasar yang lebih kecil di tingkat Kecamatan bahkan Desa. Pasar-pasar tempat penelitian ini dilakukan masih tradisional dan umumnya berada di dekat pantai. Pasar-pasar tersebut sangat tidak higienis, bau dan becek, serta sampah tidak dikelola dengan baik walaupun ada uang kebersihan yang harus dibayar pedagang setiap hari. Walaupun sudah dipisahkan antara kios penjual sayuran, ikan dan daging, namun tidak jarang dijumpai penjual sayuran di antara pedagang ikan. Tidak sebandingnya kios yang tersedia dengan pedagang yang ada mengakibatkan pedagang sering menjajakan dagangannya di tepi jalan, sehingga mengganggu ketertiban dan kelancaran lalu lintas. Pemandangan seperti ini sering terlihat di pasar Mardika maupun pasar Passo, sementara di pasar lainnya tidak terlihat, karena letaknya tidak di tepi jalan raya. Di pasar Piru SBB bahkan sering terdapat ternak peliharaan masyarakat seperti sapi dan babi yang tidak dikandangkan, sehingga terkadang harus dihalau oleh pedagang karena masuk ke dalam area pasar. Tidak jarang pula ketika datang di pagi hari untuk berdagang, pedagang menjumpai kotoran binatang-binatang tersebut di area pasar. Di pasar-pasar lokal ini juga terdapat ikan-ikan hasil olahan seperti ikan asap, ikan asin dan produk perikanan olahan lainnya, seperti udang kering, cumi kering dan lainnya. Akan tetapi, kios ikan segar letaknya berjauhan dengan ikan- ikan hasil olahan tersebut. Kios ikan segar biasanya terletak di bagian belakang, sementara ikan olahan lebih sering berada di bagian depan pasar. Kecuali di pasar Mardika dan pasar Passo, aktivitas jual beli di seluruh pasar yang menjadi lokasi penelitian ini biasanya akan berakhir pada pukul 12.00 hingga 13.00, setelah dimulai pada pukul 04.00 dini hari. Kegiatan jual beli ini biasanya hanya berlangsung setiap hari Senin hingga Sabtu, karena para penjual beristirahat pada hari Minggu. Kalaupun ada kegiatan transaksi jual beli di hari Minggu, biasanya pedagang dan pembeli hanya dalam jumlah sedikit.

5.1.2 Analisis Struktur Pasar Market Structure Ikan Segar di Kawasan

Maluku Tengah Struktur pasar merupakan tipe atau jenis pasar yang didefinisikan sebagai hubungan korelasi antara pembeli calon pembeli dan penjual calon penjual yang secara strategi mempengaruhi penentuan harga dan pengorganisasian pasar. Berikut ini akan disajikan profil pedagang pengumpul dan pedagang pengecer produk perikanan di Kawasan Maluku Tengah.

5.1.2.1 Profil Pedagang Pengumpul dan Pedagang Pengecer Ikan Segar a Umur

Umur pedagang pengumpul, maupun pedagang pengecer yang terbanyak berada pada kisaran 31-40 tahun, yaitu masing-masing sebanyak 12 dan 38 orang Tabel 16. Samuel 1997 yang dikutip Leatemia 2008 menyatakan bahwa kelompok usia produktif adalah kelompok umur 15-64 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa hampir seluruh pedagang pengumpul dan pedagang pengecer yang ada di lokasi penelitian ini produktif. Pada kategori tersebut, secara fisik dan mental responden berada pada puncak produktivitas, karena lebih terarah dalam mobilisasi energi tenaga dan lebih matang dalam mengontrol emosi, sehingga kapasitasnya dalam memasarkan ikan berlangsung lebih maksimal. Tabel 16 Kelompok umur pedagang pengumpul dan pedagang pengecer ikan segar di Kawasan Maluku Tengah Pedagang Pengumpul Kategori Umur tahun Jumlah Persentase ≤ β0 - - 21-30 - - 31-40 12 48 41-50 11 44 51-60 2 8 ≥ 61 - - Total 25 100 Pedagang Pengecer Kategori Umur tahun Jumlah Persentase ≤ β0 2 2 21-30 13 13 31-40 38 38 41-50 27 27 51-60 17 17 ≥ 61 3 3 Total 100 100 Sumber : Data primer diolah 2011 Umumnya pedagang yang masih muda akan lebih banyak membutuhkan informasi dan pengalaman, sehubungan dengan hal-hal teknis dalam mengatur menjalankan usaha. Sejalan dengan itu, pada puncak produktivitas seseorang tampak berpengalaman serta terampil, sehingga menguasai strategi berdagang. Namun pedagang yang lebih tua akan lebih mudah menurun secara fisik, sehingga mobilitas menjadi menurun yang berdampak pada produktivitas dan pendapatan. b Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan faktor penting penentu dinamika perubahan dalam populasi. Tujuan pendidikan baik formal maupun informal adalah untuk mengkomunikasikan kebijakan dan pengetahuan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan untuk memfasilitasi partisipasi aktif dalam inovasi dan pengembangan pengetahuan baru Lange et al., diacu dalam Rad 2012. Tabel 17 Tingkat pendidikan pedagang pengumpul dan pedagang pengecer ikan segar di Kawasan Maluku Tengah Pedagang Pengumpul Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase SD sederajat 7 28 SMP sederajat 14 56 SMA sederajat 4 16 Total 25 100 Pedagang Pengecer Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase SD sederajat 34 34 SMP sederajat 26 26 SMA sederajat 39 39 Universitas 1 1 Total 100 100 Sumber : Data primer diolah 2011 Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses, perbuatan dan cara mendidik. Tingkat pendidikan juga turut berpengaruh terhadap keberhasilan suatu usaha, terutama keterampilan dalam mengelola usaha. Tingkat pendidikan yang dicapai oleh responden menyebar pada kategori pendidikan dasar hingga menengah dan umumnya berada pada pendidikan menengah pertama dan atas Tabel 17. Seorang pedagang pengecer memiliki pendidikan formal hingga tingkat tinggi D2 Lampiran 7. Dalam melakukan transaksi perdagangan ikan, para pedagang tidak memerlukan kegiatan khusus yang harus diperoleh melalui disiplin ilmu tertentu. Tetapi latar belakang pendidikan menengah dapat memberikan sumbangan yang berarti, terutama dalam kemampuan membangun hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, ekonomi dan budaya. c Pengalaman Usaha Pengalaman usaha mempengaruhi pengetahuan, sikap dan keterampilan seseorang dalam menjalankan usaha. Dengan belajar dari pengalaman, seseorang akan lebih responsif terhadap teknologi yang diterapkan dalam usahanya. Berbagai situasi, kondisi serta masalah dan solusi yang harus dihadapi seseorang ketika menggeluti usahanya, berpengaruh dalam mendewasakan diri seseorang dalam mengambil keputusan, terutama yang berhubungan dengan bagaimana mempertahankan dan mengembangkan usaha. Tabel 18 Pengalaman usaha pedagang pengumpul dan pedagang pengecer ikan segar di Kawasan Maluku Tengah Pedagang Pengumpul Pengalaman Usaha tahun Jumlah Persentase ≤10 1 4 11-20 17 68 21-30 6 24 31-40 1 4 41-50 - - Total 25 100 Pedagang Pengecer Pengalaman Usaha tahun Jumlah Persentase ≤10 42 42 11-20 27 27 21-30 16 16 31-40 12 12 41-50 3 3 Total 100 100 Sumber : Data primer diolah 2011 Gray and Gray diacu dalam Salleh et al. 2012 mengatakan bahwa umur suatu usaha meningkat sejalan dengan umur pemilik usaha tersebut. Apabila seorang pengusaha mampu beroperasi dan mengembangkan usahanya lebih dari lima 5 tahun, maka dapat dikatakan usahanya berhasil. Semakin lama suatu usaha beroperasi, maka karyawannya akan semakin cakap dan pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan tahunan. Mohd 2011 mengatakan bahwa ada hubungan yang nyata antara umur suatu usaha dikaitkan dengan kinerja usaha tersebut.