pasar yang ada. Hasil dari perbandingan tersebut dijabarkan dalam analisis Strengths
–Weaknesses–Opportunities–Threats SWOT untuk selanjutnya dihasilkan konsep strategi pengembangan sistem pemasaran ikan segar di
Kawasan Maluku Tengah. Secara skematis kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
1.7 Ruang Lingkup Kebaruan
Kondisi geografis, sifat dan karakteristik produk perikanan serta keterbatasan sarana dan prasarana pemasaran produk perikanan di Provinsi
Maluku mengakibatkan sistem pemasaran ikan segar di Kawasan Maluku Tengah lebih ditekankan pada kebutuhan pasar lokal di Kabupaten-Kabupaten di Kawasan
tersebut. Padahal ketidakseimbangan jumlah produksi dan konsumsi perikanan di tiap Kabupaten di Kawasan Maluku Tengah, menuntut adanya suatu sistem
pemasaran terintegrasi, agar ketersediaan produk secara kuantitas terjaga dengan mutu lebih baik, yang nantinya bermuara pada terciptanya keadilan dalam sistem
pemasaran. Untuk menelaah kondisi tersebut, maka digunakan pendekatan Structure S
–Conduct C–Performance P sebagai kerangka penguji faktor daya kompetitif dari pemasaran ikan segar di Kawasan Maluku Tengah baik secara
struktur tradisional maupun efisiensi. Efisiensi adalah kunci utama suksesnya kegiatan pemasaran. Efisiensi
tercapai, apabila masing-masing pihak yang terlibat dalam pemasaran setuju dan responsif terhadap harga yang berlaku. Integrasi, atau keterpaduan pasar
merupakan indikator efisiensi pemasaran, khususnya efisiensi harga adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh perubahan harga yang terjadi di pasar
acuan akan menyebabkan terjadi perubahan pada pasar pengikutnya. Semakin terintegrasi suatu pasar, maka semakin efisien sistem pemasaran tersebut.
Pada umumnya penelitian pemasaran dengan objek hortikultura telah banyak dilakukan di Indonesia. Namun di Maluku, penelitian bertopik pemasaran
dengan objek ikan segar masih kurang dilakukan, terlebih dengan pendekatan Structure S
–Conduct C–Performance P serta integrasi pasar untuk menganalisis efisiensi pasar.
Keterangan : adatidaknya intervensi lembaga pemasaran dalam proses pendistribusian
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian.
Pemasaran Ikan Segar di Kawasan Maluku Tengah
Produsen Konsumen
Karakteristik Produk
Perikanan
Wilayah Luas Transportasi terbatas
Letaknya menyebar
Musiman Mudah
busuk
Analisis Kebutuhan Berdasarkan Teori Pasar
Analisis Kondisi Pemasaran Ikan Segar di Kawasan Maluku Tengah
Formulasi masalah
Analisis SWOT pemasaran ikan segar di Kawasan Maluku Tengah
Strategi Pengembangan Pemasaran Ikan Segar di Kawasan Maluku Tengah
Produksi terpencar
Karakteristik Daerah Kepulauan
Rentan terhadap bencana
Kebijakan Pemerintah
1. Analisis karakteristik
nelayan dan keragaan usaha tangkap
2. Analisis sistem pemasaran ikan
segar
I N E F I S I E N S I
3. Analisis integrasi pasar ikan segar
Model Pengembangan Sistem Pemasaran Ikan Segar di Kawasan Maluku Tengah
2 TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini diawali dengan sejumlah penelitian tentang studi pemasaran, khususnya pemasaran produk pertanianperikanan yang telah dilakukan oleh para
peneliti terdahulu, dalam rangka menunjukkan kebaharuan dari penelitian yang dilakukan.
Penelitian tentang sistem pemasaran produk pertanian telah banyak dilakukan dan Tabel 3 maupun 4 menunjukkan sebagian kecil yang ada. Pada
hakekatnya, esensi tujuan penelitian pemasaran mengkaji bagaimana efisiensi sistem pemasaran dapat tercapai melalui analisis berbagai komponen yang
biasanya terlibat dalam sistem tersebut, yaitu Marketing mix, Segmenting, Targetting, Positioning STP dan Five Diamond Porter.
Marketing mix bauran pemasaran yang terdiri dari Product, Price, Place, Promotion
4P‟s merupakan suatu konsep untuk menerjemahkan perencanaan pemasaran ke dalam pelaksanaan. Bauran pemasaran bukanlah suatu teori ilmiah,
melainkan kerangka konseptual yang membantu manajer membentuk penawaran yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Konsep ini dapat digunakan untuk
membangun strategi jangka panjang maupun program taktis jangka pendek Palmer 2004. Dua manfaat penting dari konsep bauran pemasaran adalah
memungkinkan seseorang
melihat pekerjaan
manajer pemasaran
dan mengungkapkan dimensi lain pekerjaan manajer pemasaran. Setiap manajer harus
mengalokasikan sumber daya yang tersedia di antara berbagai permintaan yang ada dan pada akhirnya mengalokasikan sumber daya tersebut di antara elemen
kompetitif dari bauran pemasaran Chai 2009. Lebih lanjut dikatakan bahwa bauran pemasaran yang digunakan oleh suatu perusahaan akan berbeda dengan
perusahaan lainnya, tergantung dari sumber daya yang dimiliki, kondisi pasar dan perubahan kebutuhan dari konsumen. Keputusan tidak dapat diambil hanya
berdasarkan satu unsur dalam bauran pemasaran, tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap unsur lainnya.
Segmenting, Targetting, Positioning STP merupakan konsep dasar dalam memahami pemasaran dan strategi perusahaan. Pemahaman tentang model STP
merupakan dasar utama bagi seseorang untuk lebih memahami hubungan antara
segmentasi pasar, penetapan pasar sasaran dan penetapan posisi produk. Proses STP menunjukkan hubungan antara keseluruhan pasar dan bagaimana perusahaan
memilih untuk bersaing di pasar, yang didahului dengan pelaksanaan segmentasi sedang, diikuti oleh pemilihan satu atau lebih target pasar dan akhirnya
pelaksanaan posisi. STP berfungsi sebagai panduan perusahaan untuk mengembangkan dan melaksanakan bauran pemasaran Market Segmentation
Study Guide 2012. Five Diamond Porter merupakan suatu model yang menunjukkan lima
kekuatan yang memengaruhi lingkungan kompetitif suatu usaha. Kekuatan tersebut adalah kekuatan tawar-menawar produsen dan konsumen, ancaman dari
pesaing baru, ancaman produk substitusi dan industri pesaing. Five Diamond Porter menentukan lingkungan kompetitif perusahaan yang memengaruhi
profitabilitas. Kekuatan tawar menawar penjual dan pembeli memengaruhi perusahaan untuk meningkatkan harga dan mengelola biaya masing-masing.
Apabila produk yang sama tersedia dari beberapa penjual, maka pembeli memiliki daya tawar yang tinggi atas penjual. Namun jika hanya tersedia satu penjual untuk
produk tertentu, maka penjual tersebut lebih memiliki daya tawar dibandingkan pembeli. Rendahnya hambatan untuk berkompetisi dalam suatu usaha menarik
lebih banyak penjual untuk ikut dalam kompetisi tersebut Basu 2013. Walau penelitian tentang pemasaran di bidang pertanian telah banyak
dilakukan, namun penelitian tentang pemasaran produk perikanan khususnya di Maluku masih sangat terbatas.
Tabel 3 Studi terdahulu tentang sistem pemasaran produk pertanianperikanan
PENELITI TAHUN
METODE HASIL
Abdallah Omezzine
1998 Descriptive
Peningkatan efisiensi dapat dila- kukan melalui perbaikan fasilitas,
penguatan quality control QC, penegakan hukum dan pengem-
bangan pemusatan pasar ikan.
Asri Hidayati 2000
Kinerja Usaha; Struktur, Tingkah Laku dan Keragaan Pasar, Margin
dan Distribusi, Lembaga Penunjang Pemasaran.
Jasa lembaga pemasaran sangat diperlukan dalam proses pema-
saran, karena jauhnya jarak tempat produksi dengan konsumsi.
Eleni Z. Gabre - Mahdin
2001 Bilateral Optimal Model
Pedagang perantara berpengaruh positif
dalam meningkatkan
surplus.
Lanjutan Tabel 3
PENELITI TAHUN
METODE HASIL
David A. Hennesy and Jutta Roosen
2003 Endogenous seasonility
Model Produk musiman berimplikasi terha-
dap keamanan pangan. Konsumsi produk musiman turut menyeim-
bangkan program diet pada masya- rakat Uni Eropa.
Adam Lindgreen and Michael Beverland
2004 Matriks Situasi Perubahan
Penjual dan Pembeli. Perubahan keinginan konsumen,
tingkah laku pedagang dan kebijak- an Pemerintah mengakibatkan orien-
tasi usaha berubah.
Bambang Sayaka 2005
Market Conduct : institutional and functional
approach Tingginya modal, teknologi dan
SDM, mengakibatkan perusahaan multinasional cenderung oligopo-
listik.
Godfred Yeboah 2005
The Farmapine Model Koperasi sangat berfungsi dalam
produksi dan pemasaran produk. Marcel Fafchamps,
Eleni Gabre-Madhin, Bart Minten
2005 Statistic
Pemerintah harus menemukan tek- nologi dan institusi baru dalam rang-
ka meningkatkan efisiensi pasar per- tanian.
Lokman Zaibet, Houcine Boughanmi and Qaseem
Habib 2005
Statistic : “Delphi Method”
Tingginya biaya transaksi merupa- kan faktor utama inefisiensi pema-
saran.
William G.Tomek and Hikaru Hanawa Peterson
2005 Ordinary Stochastic
Dominance Efisiensi suatu komoditas mendo-
rong beragamnya tingkah laku harga dan alternatif strategi pemasaran.
Ron Wilson 2006
Descriptive Kesuksesan danatau kegagalan ke-
putusan yang diambil tergantung pa- da tingkah laku jangka panjang pa-
sar yang dimasuki.
M.H.A. Binnekamp and P.T.M. Ingenbleek
2006 Descriptive
Sejumlah kunci dalam mengantisi- pasi tantangan pemasaran produk
baru.
Bambang Sayaka 2006
Market Structure Struktur pasar industri benih jagung
di tingkat produsen Jawa Timur sa- ngat oligopoli, perusahaan multina-
sional mendominasi pasar.
A. Wagenaar and M.
D‟Haese 2007
Survei Koperasi merupakan instrumen pen-
ting dalam menyediakan kredit dan pemasaran produk.
Pasquale Cirillo, Gabrielle Tedeschi and Mauro
Gallegati 2012
Analisis Regresi Linear Sederhana
Loyalitas berdampak
terhadap penentuan harga.
Omezzine 1998 dalam penelitiannya tentang Pemasaran Ikan Segar di Tepi Pantai Oman dengan menggunakan metode deskriptif menemukan bahwa
sedikitnya terdapat dua struktur pasar dengan kinerja yang berbeda. Persaingan struktur biasa dilakukan di pasar dimana pembeli bertindak sebagai pedagang atau
konsumen. Kedua pasar kelihatannya mempunyai masalah efisiensi dan persaingan yang ada akan terkoreksi melalui mekanisme pasar. Efisiensi dapat
ditingkatkan melalui perbaikan fisik fasilitas, penguatan QC, penegakan hukum dan pengembangan pemusatan pasar ikan. Lindgreen and Beverland 2004
mengemukakan bahwa berubahnya keinginan konsumen, tingkah laku pedagang dan kebijakan pemerintah mengakibatkan orientasi suatu usaha berubah. Akibat
perubahan tersebut pemasar terdorong untuk lebih mengindahkan proses pemasaran, termasuk di dalamnya bentuk hubungan dalam pasar.
Dalam penelitiannya tentang Analisis Kinerja Sistem Pemasaran Rumput Laut di Lombok Timur, Hidayati 2000 mengemukakan bahwa jasa lembaga
pemasaran sangat diperlukan dalam proses pemasaran, karena jauhnya jarak tempat produksi dengan konsumsi. Dengan menjual hasil ke pedagang pengumpul
desa, harga yang diperoleh petani akan lebih tinggi dibandingkan dengan jika menjual hasil ke pedagang pengumpul dusun, namun sedikitnya jumlah produk
yang dipasarkan membuat petani merasa lebih efisien apabila menjual produknya ke pedagang pengumpul dusun. Tidak adanya alternatif tempat meminjam uang,
mengakibatkan petani meminjam uang untuk keperluan modal dan kebutuhan lainnya kepada pedagang pengumpul, sehingga terjadi kesepakatan yang bersifat
mengikat walaupun tidak tertulis bahwa petani harus menjual produksi rumput lautnya ke pedagang pengumpul tersebut. Hal serupa dikemukakan oleh Madhin
2001 dalam penelitiannya tentang peran pedagang perantara dalam memperluas efisiensi pasar padi dan biji-bijian, menemukan bahwa kehadiran pedagang
perantara memberikan dampak positif terhadap surplus total dengan cara memungkinkan alokasi pasar yang lebih efisien.
Sementara Yeboah 2005 menerapkan The Farmapine Model sebagai suatu strategi pemasaran yang kooperatif dan pendekatan pengembangan berbasis
pasar. Model ini menunjukkan fungsi koperasi sebagai penolong petani untuk memproduksi dan memasarkan produksinya dengan baik. Sejalan dengan hal
tersebut, Wagenaar dan D‟Haase β007 dalam penelitian terhadap Pengembangan Perikanan Skala Kecil di Yaman, menemukan bahwa koperasi merupakan suatu
instrumen yang berperan penting dalam penyediaan bantuan kredit dan pemasaran produk perikanan. Koperasi juga harus memperkuat sekaligus membantu nelayan
dalam mengembangkan
teknologi penangkapannya.
Karenanya untuk