135
utama kerajaan, maka tidak saja akan berhadapan dengan Belanda, tetapi juga dengan elit-elit baru yang mengisi kekuasaan yang disediakan oleh Belanda.
70
Peralihan kekuasaan yang diikuti oleh terbentuknya elit-elit baru dari elit inti kerajaan ke elit lapisan kedua semakin menempatkan keluarga kerajaan pada posisi
yang amat sulit. Sejak Raja Gowa yang terakhir gugur pada 1906, keluarga raja dan bangsawan Gowa yang diisolasi hidup dalam keadaan miskin. Harta mereka di sita
dan kedudukan penguasa Gowa ditiadakan. Kelumpuhaan peranan keluarga kerajaan, disertai dengan bangkitnya elit-elit baru membuat Pemerintah Hindia
Belanda berhasil mengontrol wilayah kekuasaan Gowa dengan baik.
5.3.2 Perkembangan Bidang Pendidikan
Seperti penjelasan Baudet dan Brugman 1987 pendidikan adalah salah satu faktor yang ikut berpengaruh dalam proses pembentukan elit.
71
Ini selaras dengan kebijakan Politik Etis Pemerintahan Hindia Belanda, yang menekankan
pentingnya pendidikan bagi bumiputra. Sekolah pertama tahun 1910 yang didirikan oleh Pemerintah Hindia
Belanda adalah Sekolah untuk keluarga kerajaan atau anak bangsawan. Namun sekolah ini tidak mendapat respon positif dari kalangan bangsawan, baik pada
daerah yang dikuasai langsung maupun wilayah kerajaan yang tidak diperintah langsung oleh Pemerintah Hindia Belanda.
72
Meskipun kebanyakan menolak pendidikan yang ditawarkan Belanda, akan tetapi di beberapa wilayah yang diperintah langsung oleh Belanda, melihat
pendidikan sebagai peluang yang baik. Terdapat sejumlah anak-anak bangsawan dari daerah ini mengambil kesempatan memasuki pendidikan modern. Dikemudian
hari, mereka ini menjadi kalangan terkemuka dan terdidik yang menjadi motor gerakan sosial di Sulawesi Selatan menjelang Indonesia mereka. Mereka umumnya
70
Baudet, H. dan I.J. Brugmans, penyunting. 1987. Politik Etis dan Revolusi Kemerdekaan. Jakarta: YOI
71
Ibid
72
Politik etis yang ditawarkan oleh Pemerintah Hindia Belanda direspon secaraberagam oleh kalangan nasionalis dan kerajaan. Pihak kerajaan pada umumnya beranggapan bahwa politik etis
adalah langkah sistematis kolonial untuk menjauhkan kerajaan dengan rakyatnya. Namun ada sejumlah kalangan bangsawan yang merespon secara positif politik etis. Mereka inilah kelak yang
mengisi ruang politik baru menjelang Indonesia merdeka.
136
tamatan pendidikan sekolah Belanda seperti; HIS Hollands Inlandse School, dan OSVIA Opleiding School voor Inlands Bestuur Ambtenaar.
Untuk memastikan anak-anak bangsawan yang bersekolah di tempat tersebut tetap setia pada Pemerintahan Hindia Belanda, anak-anak itu diwajibkan
menunjukkan silsilah keluarga.
73
Karena yang ikut sekolah juga terdapat beberapa bukan anak bangsawan tinggi, maka untuk membedakannya, didepan nama anak-
anak bangsawan kelas tinggi dit ambahkan gelar ―Andi‖.
74
Perkembangan pendidikan modern di Sulawesi Selatan berawal dari berdirinya sekolah Kweekschool di Makassar sekitar tahun 1880.
75
oleh B.F. Matthes. Alumni sekolah Kweekschool kemudian digunakan kembali oleh
Pemerintah Hindia Belanda untuk membangun sekolah dasar empat tahun, yang diperuntukkan bagi anak-anak bangsawan dan orang-orang terkemuka di daerah
Makassar dan sekitarnya. Mulai pada tahun 1906 pendidikan tingkat dasar mulai menyebar di seluruh ibu kota onderafdeeling di daerah Sulsel. Empat tahun
kemudian tahun 1920, dibangun lagi sekolah dasar tiga tahun di semua kota distrik, yang diikuti dengan didirikannya sekolah Leergang vor Volks Onderwijzer
atau sekolah guru Desa. Hingga tahun 1930, pendidikan modern belum merata di Sulsel. Hanya ada dua sekolah yang dipersiapkan untuk bumiputera yaitu Sekolah
Desa selama tiga tahun dan sekolah lanjutannya, juga tiga tahun. Keberadaannya tidak merata di wilayah Sulsel. Sedangkan sekolah untuk anak bangsawan tersedia
hampir di semua kota onderafdeeling di Sulsel, yaitu HIS dan Schakel Schoo, kedua-duanyal mempergunakan bahasa Belanda sebagai pengantar. Mereka yang
menyelesaikan sekolah di HIS atau Schakel School dapat melanjutkan pendidikannya di MULO Merdeer Uitbreiding Lager Onderwijs selama empat
tahun atau tiga tahun di ibu kota Sulsel Makassar. Karena MULO adalah sekolah yang dipersiapkan untuk anak-anak bangsawan, maka diatur langsung oleh
Residen Sulawesi.
76
73
Mattulada, Sejarah, Masyarakat, dan Kebudayaan Sulawesi Selatan Makassar: Lephas, 1998
74
Ibid
75
Disebut sekolah modern karena kurikulum dan gurunya berasal dari negeri Belanda. Sekolah ini dibangun oleh B. F. Mathes. Lihat juga Sejarah Daerah Sulawesi Selatan Jakarta: Proyek
Penelitian dan Pencatatan Kebudayan Daerah, 1978.
76
Lihat Sejarah Daerah Sulawesi Selatan Jakarta: Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayan Daerah, 1978.
137
5.3.3 Cikal Bakal Modernisme Pada Etnis Bugis dan Makassar